43

33.6K 1K 9
                                    

Setelah Marvin menjelaskan semuanya pada Rachel, semuanya masih berjalan dengan baik. Rachel tidak membenci Marvin, begitupun sebaliknya. Karena mereka sadar, ini buka kesalahan mereka, tapi ini memang sudah takdir.

Siang ini, Marvin cs dan Rachel cs sedang berada di kantin. Marvin mentraktir ketiga sahabatnya dan ketiga sahabat Rachel.

Oh iya, mungkin karena Rachel dan Nadine terlalu sibuk menyelidiki tentang Marvin dan Keysha, mereka sampai melewatkan berita baik. Sekarang, Berliana dan Andreas sudah resmi berpacaran. Lalu disusul esoknya Kenny dan Ryan.

"Nanti malem kita nonton yuk!" ajak Andreas.

"Yuk!" seru semuanya.

"Maaf tapi gue sama Acha gak bisa." timpal Marvin.

"Loh kenapa? Aku kan pengen ikut nonton bareng mereka." protes Rachel cemberut.

Marvin mendekat ke telinga Rachel dan berbisik, "Aku ada hadiah buat kamu."

Senyum Rachel langsung mengembang mendengarnya.

"Gimana nih? Jadi ikut gak Cha?"

"Nggak deh. Gue sama Marvin gak ikut."

***

Tak terasa, sekarang sudah libur akhir semester. Tahun depan, Rachel dan yang lainnya akan menduduki bangku kelas 12.

Selama libur, setiap hari Marvin pergi ke rumah Rachel.

"Kamu tuh ngapain sih tiap hari ke rumah aku terus? Kayak nggak ada kerjaan aja." cibir Rachel.

"Kenapa? Emangnya gak boleh?"

"Yaa bukan gitu sih. Tapi emangnya kamu gak ada kerjaan lain apa di rumah? Bantu bantu Mama kamu atau apa gitu."

Marvin tersenyum, "Mama sama Papa masih sibuk di kantor Cha. Nih ya, aku tiap hari ke rumah kamu tuh karena tiap di rumah aku kepikiran kamu terus. Aku rindu kamu."

"Ah lebay banget sih." Rachel berusaha menyembunyikan rona merah di pipi nya.

"Beneran. Aku tuh pengennya deket kamu terus."

"Kenapa gak sekalian nikah aja? Kan kalo udah nikah kemana mana berdua." Rachel menyadari ucapannya yang kelewatan itu. Rachel menepuk nepuk mulutnya sendiri sambil mengucapkan sumpah serapah untuk dirinya sendiri.

Marvin diam sejenak seperti sedang berpikir. "Oke."

Satu kata yang keluar dari mulut Marvin berhasil membuat mata Rachel membulat.

"E-eh bukan gitu maksud aku." Rachel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil berpikir bagaimana menjelaskannya.

"Nanti kamu mau kapan nikahnya?"

"Marvin."

"Tamat SMA? Beres kuliah?"

"Marvin."

"Nanti kamu mau punya anak berapa? Kalo aku sih pengen--"

"Marvin ihhh!" Rachel mencubit pinggang Marvin dengan kesal. Marvin mengaduh kesakitan.

"Apa apaan sih kamu. Sakit tau." Marvin mengusap usap pinggangnya yang tadi Rachel cubit.

"Bukan gitu maksud aku."

Marvin tersenyum, diraihnya kepala Rachel dan diletakan di bahunya. "Iya iya aku ngerti maksud kamu apa. Aku minta maaf ya tadi udah bikin kamu kesel."

"Aku yang seharusnya minta maaf." jawab Rachel sambil memainkan jarinya sendiri.

"Sekarang kita sama sama ngejar prestasi dulu biar bisa masuk kuliah yang sama. Abis kuliah, kita baru deh bahas ini lagi." Marvin mencubit hidung Rachel dengan gemas.

Marchel [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang