Sudah hampir seminggu Rachel menyelidiki tentang Marvin dan Keysha. Namun nihil, tak ada satu pun info yang Rachel dapat tentang mereka.
Di atas kasurnya, Rachel sedang memikirkan langkah apa yang harus Rachel lakukan untuk memulai penyelidikan ini.
Rachel membuka layar ponselnya, dan mulai mengetik sebuah nomor.
"Hallo."
"Hallo Nad. Eum malem ini lo sibuk gak?"
"Nggak sih. Nanti malem gue gak sibuk. Gak ada acara juga. Kenapa gitu Cha?"
"Bisa ke rumah gue nanti malem?"
"Kenapa? Lo lagi ada masalah ya?"
Rachel menghembuskan napasnya pelan, sahabatnya ini sangat mengerti tentang dirinya.
"Iya nih Nad. Gue pengen minta bantuan lo."
"Yaudah ntar malem gue ke rumah lo. Udah lama juga gue gak berantakin kamar lo."
"Yeee lo mah gak berubah berubah. Ke rumah gue cuma mau berantakin kamar gue doang."
"Haha udah jadi hobi."
"Yaudah ntar malem gue tunggu ya."
"Eh sekalian gue nginep di rumah lo dong. Gue home alone ini. Mama sama Papa gue lagi pada keluar kota. Terus kakak gue lagi nginep di rumah temennya. Gue ditinggal sendiri masa. Jahat bener ya mereka ninggalin anak bungsu sendirian di rumah, hiks." celoteh Nadine tanpa jeda.
Rachel tersenyum mendengar celotehan Nadine. Nadine masih sama seperti Nadine yang dikenal Rachel saat awal mereka kenal.
"Iya iya lo boleh nginep disini. Biasanya juga kan lo sering nginep disini."
"Aaaaa makacih Acha ku tayanggg."
"Dih sejak kapan lo jadi alay gini Nad? Ketularan Elno lo."
"Haha udah udah gue mau beres beres dulu. Kapan gue kesananya ini kalo lo ngajak ngobrol gue terus."
"Yaudah sana. Gue tunggu."
"Oke siap."
Sambungan terputus.
***
"Hah? Keysha pernah deket sama Marvin? Kok bisa?"
"Nah itu. Gue juga gak tau. Gue pengen nyelidikin ini. Tapi gue bingung gue harus mulai darimana."
"Tenang. Gue bakal bantuin lo."
"Thanks ya Nad."
"Iya sama sama. Lagian kan Keysha juga sahabat gue, sahabat lo, sahabat kita."
"Kita mulai dari mana?"
Nadine berpikir sejenak. Telunjuk kanannya ia ketuk ketukkan ke dagu nya. Tak lama, Rachel menjentikkan jarinya, "Gue tau kita harus mulai dari mana."
Esoknya
Sebuah mobil berwarna putih berhenti di depan rumah yang sederhana, namun terlihat asri.
"Yuk turun!"
Saat Nadine ingin melepas seatbelt nya, tangan mungil Rachel menahannya. Nadine mengalihkan pandangannya ke arah Rachel, "Kita beneran mau masuk?" tanya Rachel dan dibalas anggukan oleh Nadine.
Rachel melepaskan tangannya dari tangan Nadine lalu menyandarkan tubuhnya di jok mobil, "Gue belum siap."
Nadine tau apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh Rachel sekarang. Nadine mengambil tangan kanan sahabatnya itu dan menggenggamnya, "Cha, udah. Berhenti nyalahin diri lo sendiri. Ini bukan salah lo. Lo nggak salah apa apa. Ini emang udah rencana Tuhan. Lagian kan orang tua nya Keysha juga nggak bilang kalo lo penyebab kematian Keysha kan? Ayolah, jangan kayak gini. Gue yakin Keysha udah tenang disana kok. Jadi, berhenti nyalahin diri lo sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marchel [COMPLETED]
Teen FictionMarvin Alfaro Miller, seorang mostwanted sekolah. Memikili wajah yang tampan, badan eksotis yang mampu membuat kaum hawa tergila gila padanya. Rachel Dianita Madison, seorang gadis penderita kanker darah yang memiliki paras cantik, rambut indah, dan...