58

27.4K 901 18
                                    

Dua tahun kemudian.

"Nonton yuk!"

"Kuy! Nonton apaan?"

"Terserah deh gue mah ngikut aja."

"Film horror aja, biar seru gitu."

"Jangan film horror dong."

"Yaelah masa cwo takut film horror sih. Banci lo!"

"Ng-nggak! Siapa juga yang takut film horror!"

"Tadi bilang jangan film horror, berarti lo takut ya kan. Ngaku lo."

"Nggak. Gue gak takut! Ayo nonton film horror. Gue gak takut!"

"Nah gitu dong. Cwo tuh harusnya pemberani, bukan penakut."

Andreas menyadari Rachel yang sedang melamun sambil melihat jalanan lewat kaca cafe.

Andreas menyenggol lengan Berliana lalu menunjuk ke arah Rachel dengan dagu nya. "Cha, lo kenapa?" tanya Berliana.

Elno, Kenny, Ryan dan Nadine ikut menoleh ke arah Rachel yang sedang melamun. "Cha."

Rachel tersadar dari lamunannya. "Eh iya kenapa."

"Mikirin Marvin?" Mereka sudah tahu hobby Rachel dua tahun terakhir ini, melamun memikirkan Marvin.

Rachel menunduk dan mengangguk. "Udah lah Cha. Ini udah lama banget. Udah dua tahun loh. Masa lo mau gini terus sih."

"Tapi gue yakin Marvin masih hidup Nad. Gue yakin. Yakin banget."

Rachel kembali melamun melihat ke arah jalan. Namun, beberapa menit kemudian, Rachel memicingkan matanya saat melihat seorang pemuda sedang menyebrang.

Rachel fokus menatap pemuda itu lalu matanya membulat. "Marvin! Itu Marvin!"

Rachel beranjak dari kursinya lalu keluar dari cafe untuk menyusul pemuda itu. Nadine dan yang lainnya ikut keluar dari cafe untuk menahan Rachel.

"Marviiin!" teriak Rachel. Namun pemuda itu sudah masuk ke dalam mobil.

"Cha, tenangin diri lo Cha." cegah Kenny saat Rachel akan menyebrang.

"Nggak! Itu Marvin! Itu Marvin! Gue liat pake mata kepala gue sendiri. Dan gue yakin itu Marvin!"

"Marviiiin!" teriak Rachel. Namun mobil itu sudah pergi dari tempatnya.

"Kita susul mobil itu!"

Rachel hendak berlari namun tangan Elno lebih dulu menahannya. "Cha, lo gak bisa kayak gini terus."

"Tapi gue yakin Marvin masih hidup No." Rachel menunduk dan terisak. Kenny, Berliana dan Nadine mendekat dan memeluk Rachel.

"Cha, udah. Jangan siksa diri lo sendiri. Itu bukan Marvin. Itu cuma khayalan lo doang."

Rachel masih menunduk dan terisak. "Kita pulang aja ya." Kenny memeluk bahu Rachel dan membawa Rachel ke dalam mobil.

Keesokan harinya.

Tok tok tok

"Sha, ada tamu tuh. Bukain gih."

Tasha bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu.

"Apa benar ini rumahnya Acha?"

Tasha melihat kurir pengantar barang itu. Kurir itu membawa sebuket bunga mawar putih.

"Iya. Saya adiknya."

"Ini ada kiriman bunga."

"Dari siapa?"

Marchel [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang