Mereka pun sampai di Ancol. Marvin memarkirkan mobilnya dan membayar tiket dan mereka diberi kartu permainan. Suasana disana ramai pengunjung karena ini hari weekend. Banyak orang yang memilih untuk rekreasi ke tempat ini termasuk Marvin dan Rachel. Ralat, Marvin yang mengajak Rachel kesini.
Marvin menggenggam erat tangan Rachel layaknya seorang kakak menggenggam tangan adiknya agar adiknya tidak hilang.
Marvin membawa Rachel ke wahana tornado yang terkenal ekstrem di Ancol.
"Kita mau naik ini?" tanya Rachel dengan nada gemetar saat mereka berada di depan wahana tornado. Jujur saja, Rachel takut ketinggian.
"Kenapa? Lo takut?" tanya Marvin dengan sedikit nada meremehkan.
"Nggak kok! Gue nggak takut! Tunggu apalagi? Ayo naik!" ucap Rachel sambil menarik tangan Marvin. Gengsi dong ya bilang takut ketinggian di depan orang yang kita sayang haha.
Mereka pun menunjukkan kartu mereka dan mereka memilih tempat duduk. Mereka dipasangkan sabuk pengaman dan memasang pengaman.
"Yakin lo mau naik ini?" tanya Marvin yang duduk disebelah Rachel.
"Yakin!" Walau sebenarnya Rachel tak sepenuhnya yakin, tapi Rachel memberanikan diri untuk naik. Dicoba tidak ada salahnya kan?
Wahana tornado itu perlahan berjalan. Semakin kencang dan semakin kencang. Rachel hanya menutup mata karena takut. Marvin yang menyadari Rachel ketakutan, menggenggam tangan Rachel kuat.
"Buka mata lo! Jangan dirasa rasain takutnya! Rasain aja kalo lo happy!" teriak Marvin berusaha membuat Rachel agar tidak takut. Rachel perlahan membuka matanya. Lama lama, Rachel mulai menikmati wahana itu. Rasa takutnya hilang dan tergantikan dengan kesenangan.
"Gue haus nih." ujar Rachel saat mereka sudah menaiki wahana tornado.
"Ice cream mau?" tawar Marvin.
"Mauuuu." jawab Rachel kegirangan. Marvin membawa Rachel ke salah satu kedai ice cream yang ada disana.
"Mau rasa apa?" tanya Marvin saat mereka sudah ada di kedai ice cream.
"Hmm vanila deh."
"Coklat 1, vanila 1 ya mas." ucap Marvin kepada salah satu pegawai di kedai ice cream itu. Pegawai itu pun langsung membuatkan ice cream pesanan Marvin.
"Ini ice cream nya mas, mbak." Setelah membayar, mereka keluar dari kedai ice cream.
"Mau nyobain yang gue gak?" tawar Rachel. Marvin menggeleng sambil menikmati ice cream yang ada di tangannya.
"Yaudah gini aja. Kita saling cicipin gimana? Lo nyobain yang gue, gue nyobain yang lo. Tapi kayak yang lagi suapan gitu."
"Oke." Rachel menyodorkan ice creamnya ke mulut Marvin, begitu juga dengan Marvin. Namun, dengan jahilnya Rachel malah membuat hidung Marvin kotor karena ice cream yang dipegang Rachel. Rachel tertawa cekikikan dan berlari menjauh dari Marvin. Marvin pun langsung mengejar Rachel. Seperti ala india ya haha.
Karena terlalu bersemangat, ice cream mereka berdua pun jatuh.
"Ice cream gueee." lirih Rachel setengah terisak seperti anak kecil yang baru saja kehilangan ice cream nya.
"Nanti beli lagi. Sekarang, kita naik wahana yang lain." Marvin pun langsung menggandeng tangan Rachel.
Setelah puas menikmati semua wahana yang ada di Ancol, ada satu wahana yang belum dinaiki mereka, bianglala.
Setelah memasuki salah satu sangkar, bianglala itu berputar dengan lambat. Mereka duduk berhadap hadapan. Mereka dapat melihat pemandangan Jakarta dari atas sini. Marvin tersenyum melihat Rachel bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marchel [COMPLETED]
Teen FictionMarvin Alfaro Miller, seorang mostwanted sekolah. Memikili wajah yang tampan, badan eksotis yang mampu membuat kaum hawa tergila gila padanya. Rachel Dianita Madison, seorang gadis penderita kanker darah yang memiliki paras cantik, rambut indah, dan...