"Ma, Pa, Acha berangkat dulu ya" ucap Rachel sambil menyalami kedua orang tuanya yang sedang sarapan.
"Nggak sarapan dulu Cha?" tanya Audrey.
"Nggak Ma. Acha lagi nggak mood sarapan. Tapi Acha bekel roti kok".
"Tapi nanti di sekolah usahakan makan nasi ya Cha" ucap Devian, Papa Rachel.
"Siap Pa. Yaudah Acha berangkat dulu yaa" sahut Rachel.
"Eh kak tungguin!" teriak Natasha yang baru saja turun dari kamarnya, menuruni tangga dengan tergesa gesa.
"Ma, Pa, Tasha berangkat dulu". Tasha menghampiri kedua orang tuanya dan menyalaminya, lalu menyusul Rachel yang sudah siap di dalam mobil.
***
Sesampainya di sekolah, Rachel langsung memarkirkan mobilnya.
Rachel melangkahkan kakinya dengan malas menuju kelas. Rachel sebenarnya malas bertemu dengan Marvin, apalagi mereka satu kelas, satu bangku pula. Namun mau tak mau Rachel mempercepat langkahnya menuju kelas karena sebentar lagi upacara akan dimulai.
Suasana kelas sepi saat itu karena yang lainnya sudah berbaris di lapangan. Rachel mempercepat langkahnya menuju lapangan dan ikut berbaris dengan yang lainnya.
Rachel baris paling belakang. Rachel melihat Marvin baris ketiga dari depan. Marvin sepertinya sedang mencari seseorang, Marvin cari siapa ya? Ah bodo amat bukan urusan gue.
Saat Rachel melihat ke arah sepatunya, tali sepatunya itu lepas tanpa Rachel sadari. Rachel pun berjongkok dan memasang kembali tali sepatunya itu. Saat Rachel berdiri kembali, Rachel kaget karena Marvin sedang berdiri disampingnya.
"Lo kenapa disini?" tanya Rachel sambil mengernyit.
"Ya upacara lah".
Rachel memutar bola matanya malas, "Maksud gue, lo ngapain barisnya pindah ke belakang? Bukannya tadi lo baris di depan?".
"Pengen baris deket lo" jawab Marvin sambil menyunggingkan senyum.
"Oh". Rachel mengalihkan pandangannya ke depan karena upacara telah dimulai.
Saat pembina upacara sedang menyampaikan nasihat, Rachel merasa pusing. Mungkin karena Rachel belum sarapan. Karena Rachel tidak terbiasa tidak sarapan. Apa yang dilihat Rachel semuanya berputar putar, dan lama lama berubah jadi hitam, tubuhnya limbung. Dan saat itu juga, Rachel tidak sadarkan diri.
***
Saat Rachel sadar, Rachel menyadari sekelilingnya teduh, tidak panas seperti upacara tadi. Rachel menyadari dirinya tertidur, bukan berdiri seperti upacara tadi.
Saat Rachel ingin berdiri dari tidurnya, kepalanya terasa sangat berat dan pusing. Tangan Rachel refleks memegang kepalanya.
"Kenapa? Pusing? Tidur aja dulu. Jangan dipaksa bangun kalo masih pusing". Rachel menoleh ke arah suara tersebut. Rachel melihat Marvin sedang tersenyum kepadanya "Nih minum dulu". Marvin menyodorkan gelas dan sedotan bertengger manis di gelas itu. Marvin membantu Rachel setengah bangun untuk minum. Setelah minum, Rachel kembali berbaring.
"Gue kenapa?" tanya Rachel.
"Lo tadi pingsan. Wajah lo pucet banget. Untung aja gue baris disamping lo. Jadi pas lo pingsan gue siap nopang tubuh lo".
"Lo belum sarapan?" tanya Marvin. Rachel menggeleng sebagai jawaban.
"Nih gue udah beliin roti sama bubur. Mau makan yang mana?" tanya Marvin yang ditangan kanannya memegang semangkuk bubur dan tangan kirinya memegang roti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marchel [COMPLETED]
Teen FictionMarvin Alfaro Miller, seorang mostwanted sekolah. Memikili wajah yang tampan, badan eksotis yang mampu membuat kaum hawa tergila gila padanya. Rachel Dianita Madison, seorang gadis penderita kanker darah yang memiliki paras cantik, rambut indah, dan...