Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Semua anak anak sedang bersiap pulang.
"Yuk pulang!" ajak Marvin.
"Kamu duluan aja."
"Gak mau."
"Aku mau ke perpus dulu. Mau ngembaliin buku."
"Aku ikut."
"Gak usah. Aku bisa sendiri."
Marvin menghela napas. "Yaudah aku tunggu di parkiran."
Mereka pun berpisah di lorong sekolah. Perasaan Marvin tidak enak tentang Rachel. Namun Marvin berusaha menepis semua perasaan buruk nya itu.
Rachel berjalan menuju perpus sendirian. Suasana saat itu sepi, karena yang lain sudah pulang. Rachel sendiri mempunyai firasat buruk, namun sebisa mungkin Rachel membuang semua firasat buruk itu.
Rachel memasuki perpustakaan dan menyimpan kembali buku yang telah dipinjamnya. Rachel ingin meminjam buku lagi. Jika kalian berpikir Rachel meminjam buku pelajaran, itu salah. Karena Rachel lebih menyukai novel dibanding buku pelajaran.
Saat Rachel sedang memilih novel yang akan dia pinjam, Rachel merasa ada seseorang yang tengah mengamatinya. Rachel menoleh ke arah itu, namun tidak ada siapa siapa. Rachel melanjutkan memilih buku sambil dihantui perasaan yang tidak enak.
Rachel merasa sedang diamati bukan hanya oleh satu orang, melainkan lebih dari satu. Karena perasaannya tidak enak dan Rachel tidak ingin sesuatu yang tidak diinginkan terjadi padanya, Rachel mengambil novel dengan asal agar segera keluar dari perpustakaan.
Rachel mempercepat langkahnya keluar dari perpustakaan. Rachel berjalan dengan mata yang terus melihat keadaan sekeliling. Suasana sekolah benar benar sepi.
Tiba tiba saja ada yang membekap Rachel dari belakang menggunakan sapu tangan. Rachel meronta dan berusaha melepaskan diri. Sedetik kemudian, Rachel merasa pusing dan dirinya pun tak sadarkan diri.
"Bawa dia pergi! Jangan lewat parkiran karena disana ada Marvin."
"Siap bos!"
Dua pria bertubuh kekar itu menuruti apa yang diperintahkan atasannya itu. Salah satu dari mereka menggendong Rachel dan membawa pergi.
Sedangkan atasannya yang tadi memberi perintah itu masih berdiam di tempatnya sambil melipat kedua tangan di depan dada nya.
'Gue bakal bikin lo dan Marvin pisah.'
Orang itu membenarkan masker dan kacamata nya lalu menunduk dan memasukan kedua tangannya ke dalam saku hoodie yang dipakainya lalu pergi dari tempat itu sebelum ada yang melihatnya.
Di dalam mobil, Marvin dengan gelisah menunggu Rachel di mobil. Marvin beberapa kali melihat ke arah lorong, berharap Rachel menampakan dirinya. Namun, Rachel belum kembali.
Marvin memutuskan untuk keluar dari mobil dan mencari Rachel. Marvin berjalan menuju perpustakaan dengan tergesa gesa. Di sana, hanya ada penjaga perpustakaan yang sedang beres beres.
"Ada Acha?" tanya Marvin sambil melihat ke sekeliling perpustakaan.
"Tadi ada kesini ngembaliin buku. Terus minjem novel lagi. Abis itu dia pergi."
Marvin mengacak rambutnya frustasi. Marvin pergi dari perpustakaan tanpa mengucapkan terima kasih.
Marvin menyusuri setiap sudut sekolah. Mulai dari kelas, kelas sahabat sahabatnya Rachel, kantin, UKS. Namun nihil. Rachel tidak ada sama sekali.
Kamu dimana Cha, batin Marvin.
***
Tok tok tok
Pintu dibuka oleh wanita paruh baya yang menggunakan daster. "Eh ada Marvin. Masuk nak." Itu Audrey, Mama Rachel.
"Nggak usah Ma. Acha nya ada?"
Ya, semenjak mereka pacaran, Marvin memanggil Audrey dengan sebutan Mama, itu karena Audrey yang menyuruhnya.
"Tadi Acha sms ke Mama, katanya pulang sekolah dia langsung ke rumah Nadine, mau nginep disana. Emangnya kamu gak dikasih tau sama Acha?"
Marvin hanya melongo mendengar jawaban Audrey. Acha nginep di rumah Nadine? Tadi kan dia bareng gue di sekolah? Gak beres nih
"Vin? Kamu gak papa kan?" Audrey menyadarkan Marvin dari lamunannya.
"Eh iya gak papa Ma."
"Kenapa? Ada apa?"
Marvin tidak mungkin memberitahu Audrey kalau Rachel hilang. Yang ada, nanti Audrey malah kepikiran Rachel terus.
"Nggak ada apa apa kok Ma. Yaudah kalo gitu Marvin pulang dulu ya Ma."
"Gak mau mampir dulu?"
"Kapan kapan aja deh Ma. Marvin pulang dulu." Marvin menyalami tangan Audrey dan keluar dari pekarangan rumah Rachel.
Marvin mengarahkan mobilnya menuju rumah Nadine dan berharap semoga Rachel memang benar berada di rumah Nadine.
Mobil Marvin berhenti di depan rumah megah milik Nadine. Marvin keluar dari mobil lalu berlari kecil memasuki pekarangan rumah Nadine
Tok tok tok
"Loh Vin? Tumben kesini." Yang membuka pintu adalah Elno.
"Acha ada?" tanya Marvin to the point karena Marvin tidak suka basa basi.
Sebelum Elno menjawab, Nadine muncul dari belakang Elno. "Ada apa?"
"Acha ada?" Marvin mengulang pertanyaannya dengan tidak sabar.
Nadine mengernyit. "Acha? Bukannya tadi Acha pulang sama lo? Kok jadi lo nanya ke gue sih?"
Marvin memukul pintu rumah Nadine dengan wajah frustasi.
"Kenapa Vin? Acha kenapa? Acha kemana?" tanya Nadine cemas.
Marvin menunduk dan menghela napasnya. "Acha hilang."
-----------------------------------------------------------------
Hai readers😚 Jangan lupa komen dan vote. Karena komentar dan dukungan dari kalian, motivasi buat aku biar bikin cerita MCB makin menarik😚
Salam author,
Febiane Nurshabrina20 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Marchel [COMPLETED]
Teen FictionMarvin Alfaro Miller, seorang mostwanted sekolah. Memikili wajah yang tampan, badan eksotis yang mampu membuat kaum hawa tergila gila padanya. Rachel Dianita Madison, seorang gadis penderita kanker darah yang memiliki paras cantik, rambut indah, dan...