52

24.8K 756 5
                                    

"Kenapa Vin? Acha kenapa? Acha kemana?" tanya Nadine cemas.

Marvin menunduk dan menghela napasnya. "Acha hilang."

Elno dan Nadine terkejut mendengar jawaban Marvin. "Hilang? Kok bisa? Bukannya tadi Acha pulang bareng lo? Kenapa bisa hilang? Pasti lo-"

Elno mengusap bahu Nadine untuk menenangkannya. "Syuttt udah. Tenangin diri kamu ya." ucap Elno menengahi. "Vin, masuk dulu. Cerita nya di dalem aja."

Marvin mengangguk lesu. Marvin duduk di sofa ruang tamu dan menceritakan semuanya.

"Jadi gitu ceritanya." Marvin menatap lurus dengan pandangan kosong.

"Bentar deh, lo ngerasa aneh gak sih Vin?"

Marvin menoleh ke arah Elno yang berada duduk di sampingnya. "Aneh gimana?"

"Ya aneh. Coba deh lo pikir. Tadi kan Acha ke perpus. Terus hilang. Lo cari ke rumahnya, dan Mama nya bilang Acha sms ke Mama nya kalo Acha mau nginep di rumah Nadine. Sedangkan Acha gak kesini sama sekali."

Marvin pun merasakan keanehan ini. Marvin merasa ada sesuatu yang janggal.

"Apa jangan jangan Acha-"

"Diculik?" timpal Nadine yang membuat Marvin dan Elno refleks menoleh ke arahnya.

"Maksud lo?"

"Jadi yang sms tante Audrey tuh bukan Acha, tapi si penculik itu. Si penculik itu sms ke tante Audrey pake ponsel nya si Acha."

"Tapi kalo emang bener Acha diculik, kenapa si penculik itu sms nya kalo Acha nginep di rumah Nadine? Bukannya kebanyakan penculik tuh nyulik orang karena mereka butuh uang ya?"

"Mungkin si penculik itu gak mau bikin tante Audrey khawatir."

"Kalo emang bener gitu, berarti penculiknya adalah orang yang deket sama keluarga Acha dong?"

"Bisa jadi."

Marvin sedari tadi hanya diam. Dipikirannya hanya Rachel, Rachel dan Rachel.

Marvin berteriak keras lalu mengusap wajahnya dengan frustasi dan menyandarkan tubuhnya ke sofa.

Elno mengusap bahu Marvin untuk memberinya semangat. "Gue bakal bantu lo buat cari Acha."

Marvin memejamkan matanya. "Gue gagal jagain Acha." lirih Marvin.

***

Rachel membuka matanya yang terasa sangat berat. Rachel mengerjapkan matanya berkali kali. Angin malam menerpa tubuhnya. Rachel mengedarkan pandangannya.

Rachel dapat melihat keindahan kota Jakarta pada malam hari di tempat ini. Di depan Rachel terdapat sebuah meja lengkap dengan makanan dan lilin di tengahnya. Mulut Rachel ditutup oleh kain. Tangannya diikat ke belakang. Rachel melihat ke bawah, dirinya kini memakai dress berwarna biru.

Di depannya, ada seorang pria yang kondisinya sama seperti dirinya. Terikat di kursi dengan mulut yang ditutup oleh kain. Pria itu sepertinya belum sadar karena kepalanya tersandar ke belakang dengan mata terpejam. Rachel menyipitkan matanya untuk melihat pria tersebut. Rachel terkejut karena pria itu adalah Vero.

Vero memakai jas berwarna hitam yang membuatnya menawan meskipun dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Prok prok prok

Suara tepukan tangan membuat Rachel refleks menoleh ke arah tersebut. Rachel tidak mengenali orang tersebut karena dia memakai hoodie berwarna putih. Memakai kacamata dan masker. Kepalanya dia tutupi dengan kupluk hoodie nya itu.

Marchel [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang