6

2.1K 202 3
                                    

Perutku terasa seperti diputar, diaduk, dan ditusuk tusuk beribu jarum. Jangan tanya lagi seperti apa rasa sakitnya sekarang. Aku memutar mutar posisi berbaring ku, mencari tempat yang bisa membuat nyaman.

Ringisan kesakitan keluar dari mulutku tanpa aba aba lagi. Sialan! Ini sangat sakit. Dan bodohnya, aku hampir menangis. Lupakan lah riasan make up yang masih terhias di wajah ku, persetan juga dengan orang orang yang masih ramai didepan kamar ini! Yang jelas perut ku hampir mati rasa karena sakit,

Ini pengalaman haid terburuk sepanjang hidupku. Karena sakit kali ini berbeda dari sebelumnya, ini lebih lebih, dan lebih sakit! Dan pertahanan ku runtuh, tak bisa ku cegah lagi, aku menangis. Ini pasti gara gara mengonsumsi sambal balado tadi!

Aku berdiri, dan mencoba menetralkan rasa sakit. Walau ternyata, tetap tidak bisa. Rasa sakit itu betah berlama lama di dalam perut ku. Tapi, aku tak boleh berdiam terlalu lama disini. Dengan tertatih berjalan menuju pintu, walau rasanya setiap langkah yang kupijaki seperti ada jarum yang menusuk menusuk perutku.

Dan akhirnya aku berhasil keluar. Suasana tidak seramai sebelumnya. Mungkin orang orang sudah banyak yang pulang, mata ku mengelilingi ruangan. Entahlah aku bingung mencari siapa. Sahabat sahabatku sudah pulang duluan karena ingin segera menyelesaikan tantangan yang ku beri.

"Hei..." aku menoleh, "Saya cariin dari tadi ternyata disini, ngapain?" Aku diam saja, dan bergedik tak acuh.

"Saya bertanya, Lisa." Aku berdecak kesal, mood ku sedang buruk ditambah lagi dengan kehadirannya.

"Emang ngapain lagi kalau yang bisa aku didalam kamar? Berenang?" jawabku sewot,

"Bibir mu pucat, sakit?" aku mengangguk malas. Hebat sekali lelaki ini mengalihkan pembicaraan.

"Sakit perut. Afek haid," jawabku padanya, dia mangut mangut saja. Dan meneliti kearah perutku, dasar aneh.

Aku mengigit bibir saat mengingat suatu hal, "Ehm, Kris..." Dia menaikan kedua alisnya,

"Beliinakupembalut," dengan satu tarikan nafas aku mengucapkan hal memalukan itu. Kris mengerenyit bingung, ya jelas bingung lah.

"Ngomong yang jelas."

"Iih, masak gak denger sih! A-aku minta beliin pembalut," aku segera menunduk malu. Wajahku pasti sudah merah sekali sekarang. Kris terdiam cukup lama, dengan perlahan aku megadah keatas melihat dirinya kembali.

"Pembalut itu apa?" tubuhku yang sudah lemas tambah lemas. Aku meringis sedih, ini beneran selebritis yang sudah terkenal dimana mana itu kan? Masak pembalut saja tidak tahu, di televisi sudah penuh iklan benda itu! apa mungkin dirumahnya tidak ada televisi ya? Aku menggeleng, pikiran ku sudah menjalar kemana mana.

"Yasudah, kamu ikut saja."

Dia menarik paksa tangan ku, dengan terseok seok aku mengikuti langkah kaki jenjangnya itu. Perut ku yang masih sakit itu pun bertambah nyutnyutan. Dasar lelaki yang tidak berperasaan!

"Pelan pelan, Kris. Perut ku sakit sekali." Tiba tiba genggaman tangan itu terlepas, dia berbalik dan memandangku cukup khawatir atau entahlah aku juga tidak tahu bagaimana cara mendeskripsikannya.
"Kenapa tidak bilang?"

"Kamu gak nanya sih!" sentakku marah, aku menghemlaskan genggaman atau lebih pas disebut cengkraman Itu begitu saja. Dan mendahuluinya menuju mobil,

Say Something!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang