12.

1.9K 189 3
                                    

Rasanya aku ingin menangis sekarang. Ya Tuhan apa yang sudah terjadi beberapa jam yang lalu? Mengapa aku dengan mudahnya menyerahkan seluruh jiwaku pada lelaki yang sedang terlelap disamping ku ini. Bagaimana jika kemungkinan kemungkinan terburuk terjadi setelah aku melepaskan mahkota ku itu.

"Gimana kalau Kris ninggalin Lisa nantinya?" Aku menahan sebisa mungkin isak tangis ku agar tak membangunkan lelaki disamping ku ini.

Aku sangat menyesal. Menyesal akan keputusan bodohku beberapa jam yang lalu. Mengapa aku harus membangunkan macan lapar?! Aku termenung, memandang kosong kedepan. Seolah harapan hidup tidak ada lagi, walau pikiran positif ku masih mencoba menyemangati ku.

Oke Lisa, tenangkan dirimu. Kau dan Kris sudah menikah maka ini tidak akan apa apa. Jadi tidak usah bersedih lagi.

Tapi tetap saja! Aku dan Kris menikah juga karena perjodohan. Kris juga melakukan hal itu tanpa cinta. Ya tuhan tenggelamkan saja aku sekarang. Kalau Kris kelak menceraikan ku, siapa yang mau dengan perempuan tidak per-

"Buang semua pikiran kotor mu itu. Saya tidak sebejat yang kamu fikirkan, " Aku menoleh, menatap lelaki yang baru saja berbicara tadi. Walau matanya masih terpejam, aku tahu dia sudah bangun.

"Kris, gi-gimana kalau aku hamil?!" Kris menoleh, tatapannya masih datar dan dingin.

"Ya bagus."

Apa yang baru saja dikatakan bastard itu?! Bagus apanya. Dia enak, tidak mungkin hamil bagaimana dengan ku?! Lalu bagaimana juga, jika dia meninggalkan ku setelah mendapatkan seluruh tubuhku ini. Aku takut sendiri membayangkan pikiran ku sekarang ini. Mungkin kalian bisa mengatakan bahwa aku alay atau lebay. Terserah, tapi ini reaksi tubuh ku.

Aku membelak saat Kris tiba tiba berdiri dan memakai celananya. Tanpa memakai baju, dia segera memasuki kamar mandi. Aku masih diam, memandang kasur yang ku duduki ini dalam diam. Tiba tiba otakku kembali menayangkan adegan demi adegan kejadian semalam yang membuatku harus kehilangan suatu hal paling berharga dalam hidupku itu.

"Huaaaaaaa! Ngapain aku harus inget itu sih!" teriak ku memenuhi ruang kedap suara ini. Tak lama Kris keluar dalam kamar mandi dengan wangi yang menguar, mataku bergerak sendiri untuk melihat kearahnya.

"Mandilah. Tubuhmu pasti lengket semua. Dan juga yang sudah terjadi biarlah terjadi. Jangan terlalu kamu pikirkan, lagian semalam kamu juga menikmatinya."

Ku yakin wajahku sudah seperti terbakar sekarang sangking merahnya. Kris kalau ngomong tidak pakai filter dulu. Dengan selimut yang melilit tubuhku, aku tertatih berjalan menuju kamar mandi.

Bagian bawah sana terasa perih dan sangat sakit. Ini semua gara gara Kris! Tak lama kekehan kecil terdengar, ku yakin itu Kris. Dia sedang mentertawakan nasib sialku ini.

"Mau saya bantu?" Dengan cepat aku menggeleng tanpa menoleh,

"GAK PERLU! INI SEMUA JUGA GARA GARA KAMU BRENGSEK!!!"

✨✨✨

"Saya mau ke studio sebentar," aku yang sedang mengunyah cemilan itu pun menoleh terlihat Kris sudah rapi dengan pakaian kasualnya.

"Ehm, Kris," Kris menaikan sebelah alisnya, "kalau aku ikut, boleh gak?"

"Kamu mau ikut?" aku mengangguk cepat dan berdiri menghampirinya. Walau sakit disitu masih berasa sampai sekarang, aku mencoba tetap kuat.

"Aku bosen dirumah terus. Jadi boleh ya ya ya?" aku mengerjap sok imut di depannya. Siapa tahu dia bisa luluh dengan tatapan ku itu.

Say Something!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang