18.

1.6K 151 5
                                    

Semoga aku masih tetap menjadi satu satunya, bukan salah satunya dihidupmu.

Perasaan tidak enak ku tadi menghilang setelah Beri datang. Dan memberitahu pesan Kris untuk mengajak ku kesuatu tempat, walau Beri sudah menyebutkan nama tempat tersebut namun tetap saja. Aku mana tahu.

Kota New York sayang untuk dilewati begitu saja, pemandangan kota ini sungguh membuat mataku segar kembali. Andai saja disamping ku Kris, dan kami menghabisi waktu bersama untuk mengelilingi tempat ini. Alangkah bahagianya aku. Bibirku menyunging senyum tipis saat membayangkan khayalan yang tidak mungkin terjadi itu.

Karena terlalu serius memperhatikan keindahan kota ini, aku sampai tidak sadar bahwa mobil sudah berhenti. Pintu mobil terbuka, aku segera turun.

"Ini dimana Beri?"

"Ini tempat makan kesukaan tuan Kris nona,"

Aku mengangguk, dan melihat keadaan tempat yang ramai dikunjungi orang orang itu. Dari jarak yang lumayan jauh seperti ini, aku sudah bisa menebak kalangan apa saja yang bisa memasuki tempat ini. Tidak sembarang orang bisa makan disini, sepertinya.

"Ayo nona," aku menoleh, lalu mendahuluinya ketempat itu.

✨✨✨

"Nona, Tuan Kris bilang dia akan sedikit terlambat untuk datang," aku mencoba untuk tetap sabar.

"Iya."

Padahal satu jam yang lalu laki laki itu menelpon ku dan mengatakan bahwa dia akan segera sampai. Namun nyatanya? Di satu jam berikutnya pun dia tetap tidak ada. Aku benci menunggu. Tetapi, tidak ada yang bisa ku lakukan selain itu. Kris, kau senang sekali membuatku kesal.

Aku melihat meja yang ada disampingku, sepasang keluarga yang terlihat bahagia. Keluarga itu memancarkan kehangatan yang tidak bisa ku jelaskan, jauh sekali dengan keadaanku yang tampak menyedihkan ini. Duduk sendiri, sembari memakan makanan yang enak namun tidak bisa kunikmati dengan lahap karena tidak ada yang menemani.

Aku menoleh kearah lain, keluarga itu hanya membuat sifat iriku semakin besar. Ku tajamkan penglihatan ku saat aku melihat sosok Aksa yang baru saja memasuki restoran ini. Ingin sekali aku memanggilnya, tetapi tidak bisa. Aku malu karena dulu tiba tiba meninggalkannya, mungkin Aksa pun sudah tidak lagi menganggapku sahabatnya. Aku lantas membuang jauh jauh niatku untuk kembali mengajaknya berbicara seperti dulu.

Namun, saat aku hendak melepaskan pandangan ku darinya. Aksa tiba tiba melihatku, cepat cepat aku menoleh kearah lain dan menutup wajahku dengan buku menu. Sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepadaku, lelaki itu malah menghampiriku yang sedang sendiri seperti orang bodoh.

"Lisa?"

Sudah kepalang basah, aku membuka perlahan buju menu yang menutupi wajahku itu. Sesaat kemudian Aksa tersenyum kecil,

"Lo ngapain disini? Suami lo mana?" Dia menarik kursi yang tersedia di depanku, dan mencatat pesanannya di sebuah tab yang tersedia.

"Ya makan lah. Gak mungkin mulung kan? Kamu ini ada ada aja Sa. Dan kalau kamu nanya dimana suami ku, dia belum datang. Entah lah aku juga tidak tahu kapan datangnya laki laki itu."

Aksa mencomot kentang goreng ku, dan menggeleng.

"Berarti dari tadi lo sendiri disini?" Aku mengangguk, "udah nunggu lama?" Aku mengangguk, lagi.

Say Something!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang