10.

2K 188 1
                                    

Aku bosan.

Kris sepertinya berbelok arah ke amerika dulu sampai selama ini. Mengusir rasa bosan aku segera keluar, menuju tempat dimana aku bisa melihat bunga bungan cantik dan unik tadi.

Perlu kalian ketahui, letak rumah Kris ini seperti diujung sekali. Sepi senyap, suara mobil motor pun jarang terdengar. Itu yang bisa ku infokan kepada kalian selama duapuluh menit aku menunggu kedatangan Kris.

Aku menatap satu persatu bunga bunga itu, ingin sekali memegangnya tapi takut. Takut merusak bunga indah itu,

"Pegang saja non, tuan Kris tidak akan marah." Aku tersentak dan mundur beberapa langkah.

Aku menoleh, tak jauh dari tempatku berada berdiri seorang wanita yang sedang tersenyum lembut itu. Aku pun memabalas dengan senyum seadanya.

"Saya Maryam, orang yang merawat rumah ini selama tuan Kris tidak ada. Semoga non betah dengan kehadiran saya," Aku tersenyum dan mengangguk,

"Tidak usah panggil non bik, panggil saya Lisa saja."

"Ah, saya gak enak non. Nanti Nyonya Vika marah lagi," aku tertawa pelan.

"Gak akan. Saya yang tidak enak dipanggil non non-an segala."

"Saya tidak terbiasa mengangguk nama, bagaimana kalau saya panggil non, neng saja?" Aku berpikir sebentar, lalu mengangguk.

"Yang penting jangan non saja bik." Lagi lagi bibi Maryam tertawa. Aku juga tertular oleh tawa khas dari wanita yang sudah termakan usia itu.

"Tuan Kris nya dimana no- eh neng?"

"Ngambil laptop yang ketinggalan di hotel kemarin bik." Bi Maryam mangut mangut,

"Rumah saya ada dibelakang rumah neng Lisa kalau mau main, pintu rumahnya akan selalu terbuka hehehe." Aku dengan segera mengiya kan dan membalas senyum hangat yang terpancar dari nya.

"Neng Lisa umurnya berapa? Soalnya neng kayak seumuran dengan anak gadis saya," tanya bisa Maryam,

Aku lelah berdiripun memilih duduk, "umur saya duapuluh satu tahun bik," jawabku,

"Ah, beda empat tahun saja ternyata. Anak gadis saya umurnya tujuh belas tahun neng. Tapi sekarang dia masih di sekolah, belum pulang mungkin bentar lagi." Aku mengangguk. Sepertinya bisa Maryam senang diajak bicara tak apalah, wanita ini bisa jadi temanku disaat saat Kris pergi.

Sebuah teriakan nyaring memecahkan kesunyian yang baru saja kami rasakan tadi, ucapan Bikin maryam memang tepat sekali. Terbukti oleh kehadiran anaknga didepanku ini.

"Ibu aku tadi da- lho, ini istrinya kak Kris ya bu?" tanyanya,

"Iya. Cantik sekali kan?! Ibu aja sampai pangling," Aku tersenyum malu malu.

"Hallo kak, aku Ririn. Salam kenal ya," Dia mengulurkan tangannya padaku, perempuan manis itu terlihat menggemaskan. Aku tersenyum dan membalas uluran tangannya,

"Salam kenal juga," balasku.

"Kak Kris pinter banget nyari istri ya, sampai secantik ini." Lagi lagi aku melambung tinggi oleh pujian yang dilontarkan kedua orang di depanku ini. Mereka terlihat tulus memyampaikannya, dan juga,

"Kamu lebih Rin. Tapi terimakasih sebelumnya," gadis tinggi dan manis itu tersenyum lembut kearahku. Aku membalas seadanya. Lalu tak lama dia pamit menaruh tas dan berganti seragam sekolah yang masih terpasang rapi di tubuhnya.

Saat mendengar derap kaki, aku menoleh. Ternyata lelaki itu sudah datang. Hampir dua jam lebih dia mengambil laptop di hotel yang tidak terlalu jauh dari rumah itu. Sudah kubilang, dia berbelok arah dulu ke amrik makanya lama.

Say Something!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang