39

1.3K 111 11
                                    

Selamat membaca ❤️

"Kris, aduh gimana sih! Kan aku suruh beli margarin sama gula, kenapa kamu belinya kecap sama terigu sih? Bener bener gak nyambung."

Aku mengelus jidat saat melihat barang belanjaannya. Rencana nya hari ini aku ingin memasak kue kering, tapi persediaan margarin dan gula di rumah ini habis, jadi ya aku menyuruhnya membeli kedua bahan itu di warung yang tak jauh dari rumah kami.

Namun apa lah daya, dia malah membeli bahan yang lain. Yang jauh berbeda dari yang ku suruh.

"Yaudah sih pakai ini aja,"

"Gundulmu pakai ini aja! Mana ada kue kering pakai kecap, kalau terigu sih mungkin mungkin aja."

Dia terkekeh pelan, "untuk cocolan nya aja yang,"

"Tau ah males. Buat aja sana kue nya, aku males pengen tidur aja. Kamu bener bener buat mood aku hancur,"

"Saya mana tau buat yang begituan Lisa. Ini aja saya belum nyelesain baca naskah drama yang akan saya peranin seminggu lagi it-

"Bodo amat. Aku gak nanya, urus dulu kue nya kalau kamu gak mau anak kamu ileran."

Jadi satu jam itu kami habiskan untuk berdebat saja, sebelum akhirnya dia memilih mengalah dan kewarung lagi untuk membeli apa yang kusuruh itu. Oh iya, hari ini sudah tepat lima bulan sejak kejadian di rumah sakit itu. Dan sudah selama itu juga aku tak melihat keberadaan Ririn lagi. Namun, lima bulan itu tampak amat damai. Seolah hidupku baik baik saja. Benar benar menghilang tanpa tau jejak nya lagi.

Bahkan ibunya sendiri pun tak tahu anaknya itu kemana.

"Ini," dia menggoyang goyangkan plastik hitam berisi margarin itu di depan mataku.

"Lama."

"Salah terus saya dari tadi." Dia menatapku kesal, namun aku malah menyukai tatapan nya yang seperti itu. Kris, kamu terlalu menggemaskan.

"Lihat deh by, kelakuan ayah kamu. Padahal ini kamu lho yang mau bukan ibu."

"Iya iya, udah sana masak kue nya. Udah mau sore juga, saya solat ashar dulu."

Aku tersenyum, lalu mengangguk.

"Nah itu baru boleh di contoh, ayah kamu biar kulkas begitu, rajin juga iba-

Lalu Kris melewati ku begitu saja, tak peduli aku sedang berbicara dengan anak ku yang masih di dalam perut ini.

✨✨✨

"Kok manis banget ya," aku memuntahkan kue itu ke tempat sampah, "padahal aku masukkin gulanya cuma sedikit," lirihku.

Aku kembali mencoba kue yang lain, dan sama saja. Makanan itu terasa sangat manis di lidahku. Perut ku terasa mual, aku saat hamil sangat tidak suka yang manis manis. Tapi, takaran gula itu sudah sesuai dengan resep yang ada di mbah gugel lho, kok bisa kemanisan sih?

"Gimana? Udah jadi?"

Dia tiba tiba datang lagi, "udah. Gak enak..." lirih ku menatap piring yang berisi kue itu dengan nanar,

"Saya sudah bilang, suruh Bunda aja yang bikinin."

"Aku udah berapa kali ngerepotin bunda, ya gak enak lah." Masih dengan tampang lesu, aku menjawab nya.

"Jadi kamu maunya kayak gimana?" Tanya nya,

Aku menggeleng, "sebenarnya mau makan bikinan bunda, tapi...tapi aku gak enak Kris, kamu aja gih sana yang minta iz-

"Bunda gak pernah ngerasa di repotin kamu yaa! Apalagi kalau itu buat cucu bunda," entah kapan bunda datang, dia tiba tiba memasuki obrolan kami.

"Lho Bunda? Kapan datangnya?"

Say Something!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang