Ini benar benar kejutan ter 'luarbiasa' dalan hidupku. Aku tak bisa berkata kata, bibirku bungkam sejak 27 menit yang lalu.
Aroma maskulin nya tercium di hidung ku dari jarak sedekat ini. Eh tidak terlalu dekat sih, mata nya menatap tajam jalan yang sedang macet itu. Aku mencoba fokus juga. Padahal aslinya jantungku sudah kejang kejang. Dia idolaku. Dari dulu aku sudah mengidolakan lelaki disampingku ini.
Dan, semesta mempertemukan ku dengannya.
Tidak dalam jarak antar ponsel, antar ribuan orang yang menyaksikan konsernya, tidak dengan layar kaca televisi.
Kini, aku berada disampingnya. Terduduk kaku antara bingung ingin ngapain dan menjaga image, kaki ku sudah keringat dingin. Berlebihan? Jelas. Dia lelaki yang tidak bisa ditolak pesonanya. Tapi, lelaki itu sendiri tadi hanya diam, seolah aku ini makhluk tak kasat mata. Aku melupakan satu fakta, dia memang sedingin itu.
Apa tak ada basa basi gitu? Atau apalah yang bisa membuat kita ngobrol? Ah mimpi rasanya.
"Umurmu berapa?" aku menahan nafas, pucuk dicinta ulam pun tiba. lalu aku menoleh kearahnya.
"20 tahun," balasku, untung saja aku tak gugup menjawabnya! Hufft.
"Kuliah?" tanya nya,
"Tidak." Lalu dia tak bersuara lagi,
Kini mobil terasa senyap, hanya suara music terdengar. Aku mana mau memulai percakapan! Gengsi dong. Lagian, dia juga sepeti nya malas berbicara.
Lalu aku merasa ada yang ganjal. Rumahku, arah rumahku sudah lewat.
Aku memutar leher ku ke belakang, jalan rumah ku sudah lewat! Apa dia tak mengetahui rumah ku ya?
"Rumahku sudah lewat," ucapku pelan. Entah lelaki ini dengar atau tidak.
"Saya tahu." Kalau sudah tahu mengapa dilewatkan? Coba kalau ngomong tuh jelas jelas! Batinku menggerutu.
Lalu, mobil mewah ini berhenti di sebuah cafe berkelas di kota ini. Yang sudah sering di masukin oleh kalangan selebritis. Kami pun turun, tidak ada acara buka bukaan pintu. Itu mimpi.
Aku menoleh saat tangannya menepuk pundak ku pelan.
"Pakai ini, untuk keselamatan mentalmu." Aku tak mengerti, lelaki itu menghela nafas kasar. Dengan cepat dia memakaikan ku masker hitam itu,
"Ayo masuk," aku mengangguk bodoh. Dan mengikuti langkah nya yang terbilang tergesah gesah itu.
Saat sampai disana, aku hanya terperangah. Aroma makanan tercium di hidung ku, tiba tiba perut ku berbunyi lagi. Padahal beberapa menit lalu aku sudah makan lho.
"Duduk lah."
Aku menarik kursi lalu duduk didepan nya. Meja bundar dan kursi berjumlah dua buah.
Tak lama pelayan wanita datang menghampiri kami, dan memberi kan buku menu. Aku tak fokus mengamati menu menu itu, karena melihat keganjenan pelayan perempuan di samping ku ini. Tubuhnya seperti ular di siram garam aja! Ngeliuk liuk gak jelas. Padahal sudah tahu Kris membawa perempuan di sampingnha
"Jus melon, dan...?" Kris menatap ku, aku gelagapan sendiri, maklum di tatapan orang ganteng.
"Crispy Chikken dan milk tea." Pelayan wanita itu mengangguk, sebelum pergi dia berkata sebentar yang membuatku ingin memakan hidupnya detik itu juga.
"Mbak boleh fotoin saya sama Kak Kris?" tanya nya santai. Aku tersenyum palsu, dan mengambil nafas sebanyak banyak nya. Lalu wanita itu menyerahkan ponsel nya yang terbilang mewah untuk kalangan pelayan restoran kepada ku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something!
Romansa•Mengungkap rasa tak selalu dengan bicara• Mengapa eyang harus menjodohkan ku dengan selebritis yang sedang naik daun itu? Dia lelaki sombong, angkuh, dan beku. bicara saja tak mau! gimana mau bangun rumah tangga? -Lalisa Valleria. ...