5

2.3K 236 2
                                    

Vote nya jangan lupa:(

13 hari kemudian.

Cincin itu baru saja terpasang di jari manis ku. Eyang dan Bunda Vika tersenyum senang disana, menyaksikan hari pertunangan kami berdua. Aku ikut tersenyum, walau terpaksa. Berpura pura bahagia didepan kamera, dan Kris? Seperti biasa lelaki itu hanya berwajah datar dan beku. Seolah, senyum itu sangat sulit untuk dilakukannya. Padahal bunda sudah mewanti wantinya semalam, untuk mencoba tersenyum. Karena, disini sudah banyak kamera yang menyorot kami berdua.

Ini hanya acara tunangan, belum resepsi. Sudah seramai ini. Fans fans Kris berteriak teriak diluar sana. Beberapa pasang mata memandang ku, seperti lauk. Sangat tajam dan menyeramkan. Aku berusaha tak memperdulikan, walau lumayan sulit. Kerlap kerlip lampu kamera menusuk ke kornea mataku, rasanya ingin kabur saja dari tempat ini.

"Kau harus tenang, kamera mengintai kita." Aku mengangguk, lalu seorang perempuan berbaju hitam dan berlogo nama stasiun televisi yang sering ku tonton mendekati kami berdua. Tak lupa juga, microphone yang ada ditangannya.

"Selamat ya atas pertunangannnya Kris dan Lalisa," Aku mengangguk dan tersenyum simpul, Kris pun mengangguk dan sedikit tersenyum tipis.

"Media sosial tengah heboh oleh pemberitaan ini, pagar #patahHatiNetizen sudah ramai di gunakan oleh warganet. Bolehkah saya bertanya tanya sedikit tentang hubungan kalian ini? Untuk meluruskan isu isu tak jelas yang beredar di media sosial, Kris?" Kris mengangguk, aku mulai gugup. Seperti apa saja rasanya.

"Awal mula kalian kenal dimana dan bagaimana?" tanya perempuan itu serius,

"Di telepon dan begitu lah, kurasa itu hal yang terlalu privasi untuk di bicarakan." Perempuan itu mangut mangut,

"Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?"

"Cukup lama." Aku menahan tawa, Perempuan yang mewawancarai Kris sepertinya menahan emosi. Padahal rasanya belum lama lama banget deh.

"Banyak Krisver yang patah hati saat tahu anda bertunangan, Kris. Apa anda punya kata kata untuk menyenangkan mereka lagi? Atau kata kata yang bisa membuat mereka mengurangi rasa patah hatinya?" Kris tersenyum simpul,

Matanya menatap lurus kamera, seolah mengulang kembali waktu yang sudah berlalu. Mata itu menyorot kepedihan luka dan masa kelam.

"Dulu, saya bukan siapa siapa. Saya hanya lelaki yang tak ada nilainya,  guna nya, dan hanya berhama. Lalu, seorang pria dengan hati malaikat mengulurkan tangan. Membantu saya untuk menjadi orang. Membantu mengembangkan bakat saya. Pria itu sangat baik  bahkan kata baik tak bisa menggambarkannya. Dan sekarang, beliau telah berpulang. Meninggalkan dunia selama lamanya." Kris terdiam sejenak. Mengatur nafasnya yang kian memburu,

"Dan seminggu setelah kepergiannya. Album pertama saya keluar, dan meledak seperti bom. Yang menggantarkan saya pada keadaan seperti sekarang. Saya saat itu sangat bersyukur dan hampir tidak menyangka. Pengamen jalanan seperti saya bisa menjadi Kriswu Hamilton yang mempunyai keluarga seperti Krisver. Yang perlu kalian ingat Krisver, kalian bukan penggemar, bukan fans. Kalian lebih dari itu di hati saya. Kalian keluarga saya. Tanpa kalian semua saya bukan apa apa. Bahkan dulu, saya tidak ada niat ingin menikah atau apalah itu. Saya hanya ingin membagi waktu dengan kalian. Hingga, Bunda mengenalkan perempuan yang ada disamping saya ini. Perempuan yang Penuh dengan teka teki. Walau pada akhirnya kami tetap memutuskan untuk saling terjalin ikatan pernikahan."

Kris mengambil nafasnya dalam dalam, dan menghembuskannya kembali.

"Krisver, tak usah bersedih hati. Walau nanti saya sudah menikah, kalian akan tetap menjadi prioritas dihati saya. Karena kalau bukan karena kalian, saya tidak mungkin bisa begini. Saya mencintai kalian semua Krisver! jadi jangan bersedih lagi ya!"

Say Something!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang