Kapan pun kau merasa tidak berguna, ingat lah ini. Aku ada untukmu, jadi gunakanlah itu.
Kris menyudahi hantamannya itu setelah Hanif benar benar tidak bergerak sama sekali. Mungkin lelaki itu pingsan atau bahkan ah tidak, Hanif tidak mungkin selemah itu. Dia mungkin sudah kebal akan hantaman orang di tubuhnya, dari SMP hingga SMA dia selalu jadi bahan samsak kakak kelas yang membenci anak culun, berkaca mata dan senang sekali ke perpus itu.
Kris menoleh ke arahku, aku menunduk. Seketika aku merasa selemah itu di hadapannya dan tidak bisa berbuat apa apa. Aku...malu. Dia menghampiri ku lalu tak lama matanya membelak terkejut.
"KAMU BENER BENER GILA CITRA! Dia ini perempuan sama sepertimu!"
Citra memasang tampang sedihnya saat Kris berteriak keras seperti itu.
"Kris, aku yang ngelindungin dia dari semua orang. Dan kamu malah nuduh aku? Ya-
"Kamu kira saya akan tertipu? Dan kamu kira saya sebodoh itu?" Tanya Kris.
Citra berkaca kaca disana, "Kris kamu gak percaya sama aku?" Dia mendekat ke arah Kris.
Namun lelaki itu tidak perduli, dan melepaskan segala ikatan di tubuhku ini. Dia menatapku penuh prihatin, dan aku tidak suka tatapan itu.
"Kamu keren tadi," lirihku,
Lelaki itu menggeleng, lalu menyibak rambutku yang sudah berantakan dan lepek karena keringat.
"Maaf. Lagi lagi karena saya, kamu terluka. Dan maaf terlambat."
Aku segera menggeleng, ini bukan hanya salahnya. Ini salahku juga yang memaksa ikut kesini, dan menyebabkan semua kekacauan yang tidak pernah terpikirkan olehku ini.
"Kris, apapun yang aku lakukan gak pernah kamu hargai! Kenapa sih? Kenapa kamu gak pernah nganggap aku ada?"
Tiba tiba Citra sudah berada di samping lelaki itu. Kris menatapnya dingin, bahkan mengintimidasi. Aku merasakan hawa itu dari jarak sedekat ini. Citra hanya menampilkan wajah sedih yang di buat buatnya. Perempuan itu benar benar pandai memainkan drama.
"Karena kamu tidak punya hati, Citra."
Lalu Kris mengangkat tubuhku, "setelah ini silahkan mendekam selama lamanya di penjara. Selamat tinggal,"
Dan benar saja, tak lama banyak polisi yang menyerbu tempat ini. Terdengar teriakan nyaring dari Citra, gadis itu benar benar sudah gila kurasa.
"KRIS, KUPASTIKAN KAMU AKAN SELALU MENJADI MILIKKU!" Teriaknya dengan nada amat keras.
✨✨✨
Satu minggu setelah kejadian itu, tubuhku sudah mulai membaik. Tapi tidak juga sih, nyatanya sakit di lengan ku itu belum sepenuhnya pulih. Di gerakkan saja rasa sakitnya bukan main. Untung saja sudah di obati.
"Saya sudah menemukannya. Dan masalah disini sudah selesai semua, kamu ingin jalan jalan tidak?" Aku menoleh, dari tadi yang ku lakukan hanya menatap pemandangan lewat jendela rumah ini. Aku trauma rasanya untuk keluar.
"Mau."
Kris tiba tiba berjongkok, menyamai tinggiku. Dia mengelus lembut rambutku yang masih berantakan karena tidak pernah lagi ku sisir. Sesaat kemudian, lelaki itu mengambil sisir dan menyisiri rambutku. Aku hanya diam, tubuhku benar benar belum pulih ternyata karena masih saja terasa lemas kadang kadang.
"Sebentar lagi sembuh kok sayang."
"Apasih, geli." Aku tertawa, dia benar benar tak cocok menyebutkan kata itu. Aneh sekali membuat perutku mual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something!
Romance•Mengungkap rasa tak selalu dengan bicara• Mengapa eyang harus menjodohkan ku dengan selebritis yang sedang naik daun itu? Dia lelaki sombong, angkuh, dan beku. bicara saja tak mau! gimana mau bangun rumah tangga? -Lalisa Valleria. ...