Kau adalah cerita yang sangat tidak ingin ku ketahui akhirnya akan seperti apa. Aku hanya ingin menjalani waktu dengan mu tanpa kenal waktu dan kenal akhir.
"Eyang pasti gak apa apa kan Bunda? Iya kan?"
Bunda tidak menjawab apa apa, wanita itu hanya menatapku penuh kekhawatiran. Walau dia mencoba tersenyum, aku tahu ada yang disembunyikannya. Jelas saja ini tidak boleh, Eyang adalah manusia satu satunya yang ku miliki di dunia.
"Kita doain saja ya sayang, Bunda juga berharap Eyang akan selalu baik baik saja."
Bunda mengelus lembut kepalaku, untaian kata kata penyemangat keluar dari bibirnya agar aku tetap sabar dalam kehidupan ini. Bunda seolah mengetahui, seolah paham bahwa kejadian tidak menyenangkan silih berganti datang padaku. Terimakasih Tuhan, terimakasih kau sudah memberikan ku sosok manusia seperti Bunda.
"Kamu pasti bisa ngelewatin apapun yang terjadi. Bunda dulu juga pernah ada di posisi kayak kamu gini, tapi sayangnya saat itu bunda bener bener gak punya siapapun lagi. Saat itu Ayah Kris mengusir kami dari rumahnya, dia memperlakukan Bunda benar benar tidak beretika, semua hutang hutang dia, bunda yang disuruh melunasinya. Harta yang diberikan papa Bunda sudah habis di main mainkannya untuk berjudi atau mencari perempuan. Yang Bunda punya saat itu hanya Tuhan dan Kris saja, Lisa. Hidup Bunda benar benar gak tahu arah, rumah gak punya, uang gak punya. Saat itu Bunda ingat betul bagaimana cobaan silih berganti menghampiri Bunda,"
Dia menarik nafas dalam, menceritakan luka sendiri butuh banyak tenaga ternyata.
"Bunda dan Kris terpaksa tinggal di rumah paman Bunda, tapi ternyata tinggal disana sama saja memasuki neraka yang dibuat sendiri. Istri paman Bunda benar benar tidak menginginkan kami berdua, dia mengatakan bahwa kami pembawa sial bagi kehidupan mereka. Tapi Bunda coba bertahan agar Kris bisa berteduh dari panas nya matahari dan dinginnya hujan. Tetapi satu bulan saat kami tinggal disana, Paman Bunda meninggal dunia."
Aku meneguk ludah, "bunda dituduh membunuh paman Bunda sendiri. Bunda di fitnah habis habisan saat itu. Dipukul, dikatakan pembawa sial, di hina hina, diludahi, sudah Bunda lewati semua. Dan ternyata Tuhan masih sayang sama Bunda dengan menemukan Kris dengan seseorang yang membawanya menjadi seperti sekarang. Sejak itu lah, kehidupan kelam dan mengerikan kami mulai terhapuskan,
-yang perlu kamu tanamkan sekarang ini hanyalah, setiap manusia pasti melewati fase fase kehidupan yang menyedihkan dan menyeramkan dalam hidupnya. Bunda tahu, masalah datang bertubi tubi menimpah mu. Bunda juga menyesal mengapa anak Bunda bisa sampai sejahat itu sama kamu, sekali lagi maafin bunda udah gagal didik dia."
"Bunda gak salah,"
Bunda memeluk ku lagi, aku baru tahu bahwa Bunda melewati masa mengerikan seperti itu sendiri. Dan beliau masih bisa bertahan sampai sekarang. Padahal aku masih memiliki banyak orang disekeliling ku, tetapi aku sudah hampir menyerah oleh keadaan.
Hingga pintu ruangan itu terbuka, menampilkan Dokter serta antek antek disampingnya. Aku tersenyum lalu dengan cepat berdiri.
"Keadaannya baik baik saja kan Dok? Eyang saya pasti bisa melawan sakitnya kan?" Tanyaku membabi buta.
Dokter itu tersenyum pada ku, tidak ini bukan senyum bahagia. Tidak ku mohon, tidak...
"Saya hanya bisa berharap semoga nona bisa bersabar atas perkataan saya setelah ini," aku mengerjap sesaat, " terjadi pendarahan hebat saat kami selesai melakukan operasi pembedahan jantung pasien. Maka yang terjadi, Pasie-
"Apasih! Coba cek lagi deh, Eyang aku gak selemah itu!" Aku menarik baju Dokter itu, "CEPETAN!!!"
"Tapi sudah terlambat nona, pasien sudah tidak bisa diselamatkan. Kami mohon maaf sebesar besarnya akan ketidakmampuan kami untuk membuatnya tetap hidup."
Lalu mereka pergi.
Kalian tahu bagaimana perasaan ku saat ini? ingin mati tapi tetap dipaksa hidup. Ini lebih menyakitkan dari segala peristiwa yang menimpahku belakangan ini. Tidak apa apa aku kehilangan seluruh manusia di bumi ini asal jangan,
Asal jangan ambil Eyang dariku.
Tuhan, aku baru tahu. Kau ternyata sekejam itu.
Lalu setelah Eyang pergi, apa yang bisa ku lakukan? Apa yang bisa membuatku tetap mampu berdiri di muka bumi ini? Tidak ada! Jawabannya tidak ada.
"Eyang ada nitipin ini waktu dia setengah sadar saat akan dibawa kesini, Lisa."
Bunda menyerahkan satu buku kecil padaku, buku itu berwarna kuning yang dipinggir pinggirnya sudah banyak yang berlubang seperti digigit rayap.
Ku buka buku itu, pada lembaran pertama air mata ku menetes. Membasahi kertasnya,
Eyang tuh gak bisa buat surat surat kayak gini sebenarnya Lisa. Tapi harus Eyang tulis, siapa tahu bakal berguna di kemudian hari hahaha.
Iya hanya itu, lalu aku membuka lembaran selanjutnya.
Belakangan ini Jantung Eyang sering kambuh. Dada Eyang juga sering sakit sakitan, bahkan sampai gak bisa bernafas. Eyang pikir inilah waktunya Eyang harus kembali menyusul orang tua kamu. Eyang juga sudah tua, sudah gak pantas lagi minta umur panjang sama Tuhan.
Dan lagi pula, tugas Eyang sudah selesai. Kamu sudah menikah, walau dengan orang yang salah. Maaf, maafin Eyang. Eyang bahkan gak bisa maafin diri Eyang sendiri karena hal itu.
Eyang... aduh gimana ya ngomongnya. Eyang tuh sayang sekali sama cucu Eyang yang manisnya ngalahin gula ini, eh gak boleh senyum dulu! Nanti orang orang bakal ngerumunin kamu saking manisnya.
Aku menyudahi sebentar, menahan sesak di dada karena tulisan ini.
Kamu kuat sayang, kamu cucu Eyang yang paling Eyang sayang di dunia ini. Dulu saat ibu kamu ngelahirin kamu, Eyang seperti diberi tuhan keberkahan yang tidak terhingga lagi rasanya. Kamu yang mungil, yang kulitnya saat itu benar benar pink kemerahan, yang tangisnya menumpahkan seluruh kebahagiaan Eyang. Kamu dulu tuh lucu banget deh, kalau bisa bikin kamu jadi kecil lagi, Eyang bakal ngelakuin apa aja asal bisa ngulangin semuanya lagi. Kamu besarnya udah gak gemesin soalnya, bikin Eyang marah mulu.
Aku tertawa pelan sembari menetes kan air mata.
Inget gak saat pertama kali kamu masuk sekola dasar? Ya pasti inget lah, cucu Eyangkan ingatannya kuat banget! Ibu kamu sama ayah kamu gak sempet antar kamu waktu pertama kali nginjakin kaki di sana, jadi Eyang lah yang nganterin kamu. Kamu yang masih malu malu buat ketemu sama orang orang, kamu yang gak berani bicara di depan umum, kamu yang gemesin karena nangis akibat permennya jatoh dan banyak lagi dan malah eyang yang lupa heheh. Masa masa itu, masa paling nyenengin buat Eyang. Beneran deh!
Masa SMP mu juga nyenengin sih, walau disana juga Eyang harus kehilangan satu satunya anak Eyang yang perempuan. Kamu sempet gak mau keluar kamar satu minggu, dan buat Eyang bener bener khawatir. Untung aja ada nak Aksa.
Dan masa SMA nya paling gak nyenengin buat Eyang! Kamu makin besar makin gak nurut sama Eyang, Eyang bilang gak boleh pacaran, eh malah pacaran. Sembunyi sembunyi lagi pacarannya. Saat itu Eyang marah besar sama kamu, kamu sampai pengen lari dari rumah kan? Hahaha, maafin Eyang ya cucu Eyang.
Dan gak lama kamu putus dari cowok itu, kamu buat Eyang jadi gak berguna sama sekali waktu itu. Wajah ceria kamu digantiin wajah muram dan mata bengkak bengkak, kalau di inget lagi pengen Eyang musnahin aja deh tuh manusia yang bikin kamu kayak gitu.
Aku membuka lagi lembaran ketiga buku ini. Tetapi ku sudahi dulu karena ada suara manusia paling kuhindari sekarang. Tanpa melihatnya aku berlari terlebih dahulu, lalu memberhentikan taksi yang lewat di depan Rumah sakit ini.
Aku harus menyudahi bacaan ku dulu.
✨✨✨Aku tuh gak suka kalau ada sad sadnya gini 😑
HEHEHE
Update mulu ya, kalian bosen gak sih hahaha?:(
Lagi mood soalnya belakangan ini 😌
See u again lovee 💕

KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something!
Romance•Mengungkap rasa tak selalu dengan bicara• Mengapa eyang harus menjodohkan ku dengan selebritis yang sedang naik daun itu? Dia lelaki sombong, angkuh, dan beku. bicara saja tak mau! gimana mau bangun rumah tangga? -Lalisa Valleria. ...