(2) kejadian tak terduga.

3.4K 258 11
                                    

"Huh? 2 bulan lagi? Itu terlalu cepat, Eyang!" kali ini aku benar benar marah, demi Tuhan itu terlalu cepat. Aku belum menyiapkan diri.

"Dan apa tadi kata eyang? Lamaran nya 2 minggu lagi?" Eyang mengangguk santai, emosi ku sudah di ujung kepala. Aku mengambil oksigen sebanyak banyaknya, untuk mengontrol emosi.

"Tenangkan dirimu, Lisa. Lebih cepat lebih baik bukan?" tanya Eyang, aku hanya menggeleng lemah. Tidak menyetujui kata kata Eyang.

"Terserah Eyang saja lah," Eyang tersenyum, aku sudah lelah.

Tapi ada pertanyaan besar dalam benak ku sekarang, dan memang ini waktunya untuk bertanya kepada Eyang.

"Siapa nama'nya' Eyang?" Eyang menoleh, beliau menyeruput kopi hitam pekatnya sebentar, lalu menatap lurus mata ku.

"Kriswu Hamilton." Aku mengerjapkan mata beberapa saat, nama itu terasa familiar. Lalu beberapa menit kemudian aku membelak kaget, luar biasa kaget!

Ini mimpi kan? Ya, ini pasti mimpi. Pasti Kris yang lain bukan Kris yang ku bayangkan itu, dia terlalu jauh.

"Semua pikiran mu benar, Lisa. Dia memang seorang selebritis, musisi terkenal. Lagu lagunya sudah dikenal hingga ke manca negara." Aku terduduk lemas.

Mata ku terpejam, seharian ini kejutan demi kejutan silih bergantian menimpa hidupku. Bukan, bukannya aku tak senang dapat calon se' perfect' dia. Hanya saja,

Bagaimana kalau lelaki itu sudah punya pacar? Dia tampan, kaya raya pasti banyak yang ingin bersanding dengannya. Apalah daya ku ini.

"Lisa! Dari tadi Eyang panggilan, gak nyaut nyaut," aku tersentak beberapa saat. Dan menoleh kearah Eyang,

"Kenapa?"

"Ini ada ibunya calon kamu, mau ngomong," ujar Eyang sembari memberikan ponsel itu kepadaku. Aku masih menganga tak jelas, "Cepetan ngomong, Lisa. Ngapain cenga cengo terus dari tadi?" sambung Eyang dengan penuh tanya,

"Tapi-

"Hallo Lisa, ini bunda Vika sayang. Bundanya Kris," belum sempat aku menyelesaikan ucapan, suara lembut wanita di hp Eyang menyentakku.

"I ... iya tante Vika," ucap ku gugup, perasaan ku saat ini susah di deskripsi kan.

"Eeeits! Not call me tante, pangil bunda aja ya! Sama kayak Kris." Aku meneguk ludah samar,

"Iya tan- eh Bunda maksudnya." Terdengar kekehan kecil disana, aku mangatur nafas ku yang sendiri tadi tak karuan.

"Gak usah gugup dong, sayang. Anggap aja bunda kayak mama kamu. Lagian bentar lagi, bunda udah jadi mertua kamu kok hahaha." Aku ikut tertawa, walau tak lucu. Tapi aku tak menyangka Bunda Vika akan sebaik itu. Dari segi sifat hingga tutur kata.

"Disamping tante ada calon suami kamu lho Lis, mau ngomong gak sama dia?" Aku membelak, jantungku ingin lepas dari tempatnya rasanya.

Aku hanya diam tak menyahuti, terdengar kerasak kerusuk dari sebrang sana. Dan aku masih mendengar suara Bunda Vika yang menyuruh dia bicara denganku. Aku mengigit bibir menunggu semua itu selesai.

Hingga, di detik itu juga aku hampir kehilangan nafas hanya karena mendengar,

"Bunda, saya tidak mau." Hanya 4 kata itu saja, nada berat dari suara itu membuat ku mengerjap beberapa saat.

Suara itu, suara yang menghasilkan puluhan lagu yang dikenal dunia. Suara yang selalu ku dengar saat aku bosan, galau, atau lagi kesal.

"Dia calon istri kamu lho Kris! Bicara bentar doang ya,"

Say Something!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang