Saat kau ingat aku, ku ingat kau.
Saat kau rindu aku juga rasa.
Ku tahu kau selalu ingin dengan ku.
Ku lakukan yang terbaik, yang bisa ku lakukan.
Tuhan yang tahu kucinta kau~"Jelasin kenapa kalian bisa kumpul gini!" Sentakku,
Ketiganya hanya cengengesan tak jelas, saling menatap satu sama lain.
"Apasih Lili ku sayang, kamu gak seneng kita ngumpul gini? Kamu gak kangen sama kakak tercantik kamu ini?" Jiso memeluk ku, dia yang paling dewasa diantara kami bertiga, maksudnya umur nya saja, tingkahnya sudahlah aku malas membahasnya.
"Ya kangen, tapi kok tiba tiba gini?" Tanyaku.
"Kan ini libur awal tahun, ya kali kami kuliah mulu, lo kenapa sih? Kayak gak seneng banget kami datang."
Kepalaku kembali berdenyut, mereka cukup menguras emosi. Padahal bukan itu maksud ku, aku hanya tidak ingin mereka melihat ku dalam kondisi seperti ini. Kondisi keluarga ku yang sedang kehilangan arah ini.
"Ni, Lili masih pusing, jangan buat dia tambah pusing." Nini mengendikkan bahunya acuh, namun aku paham dari luar gadis itu memang tampak tak perduli namun aslinya dia itu paling peduli pada kami bertiga. Cara dia menyayangi sahabatnya berbeda, dia punya cara tersendiri.
"Gue udah beli semua perlengkapan kehamilan lo, bentar lagi kayaknya di kirim deh. Terus, gue udah minta salah satu perawat buat jagain lo selam-
"Kamu gila?"
Nah benarkan apa yang baru saja ku bicarakan.
"Gak usah sok tegar, lo butuh bantuan kami. Satu lagi, kenapa lo bisa di kamar biasa gini? Gue gak mau ya ponakan gue di bulan pertama dia hadir, dapat perawatan biasa kayak gini. Kalau suami lo gak sanggup biayayain kamar yang nyaman buat lo sama anak lo, gue sanggup Li. Gue bisa biayayain semua sampai lo keluar lagi dari rumah sakit ini. Lagian pemilik rumah sakit ini juga kerabat bokap gue,"
"Disini nyaman. Dan gak usah aneh aneh, aku gak mau."
Ini yang aku tak suka, mereka bisa seenaknya sendiri. Walau pun, aku memang membutuhkannya. Seolah aku ini hanya berteman karena harta mereka saja. Dan sejak dulu, mereka memang begitu. Apalagi Nini, dia bahkan bisa saja melakukan apa pun untuk ku melebihi apa yang aku ingin kan. Keluarganya memang keluarga berada di negara ini. Dia juga salah satu model satu brand terkenal di dunia.
"Lo kenapa selalu nolak bantuan gue sih?"
"Bukan nolak, kalian ini berlebihan. Kita bukan lagi remaja SMA, apalagi aku! Aku udah punya suami, lalu apa gunannya suami aku jika masih bergantung sama kalian? Apa kata mertua aku?"
"Bilang aja hadiah dari temen kamu, eh iya gimana kondisi kamu sekarang Li? Udah agak baikkan belom?" Jiso memasuki pembicaraan agar lebih sejuk.
"Nambah parah, kepala aku tambah pusing karena mikir ini semua. Kalian baik banget, aku aja gak pernah kasih kalian yang macem macem, apalagi Nini."
"Ini hadiah, hadiah atas kehamilan kamu. Inget ini, kami sahabat kamu. Kamu ngomong gak enak, gak enak sekali lagi, aku bakar juga nih rumah sakit."
Aku tertawa lalu merentangkan tangan agar mereka memeluk ku, Jiso cepat maju di susul Rose, kami berpelukan, dan terakhir Nini baru menyusul. Dia memang paling gengsi diantara kami bertiga. Dia enggan yang tampak nyata, menurutnya itu terlalu alay bin lebay.
"Nomor gue masih nomor lama, kalau butuh apa apa, tinggal telpon atau hubungin media sosial gue."
Aku mengangguk saja, mengiyakan si kepala batu ini.
"Ashiap." Jiso menyahut,
"Bahasa apa itu? Kok aku gak pernah denger," balas Rose.
"Bahasa youtuber, kamu kudet banget sih Rose. Ini tuh udah terkenal lho," ujar Jiso sengit, perempuan itu mengeluarkan hp nya dan segera mencari nama youtuber itu. Mereka berdua memperhatikan chanel youtuber itu dan menirukannya lalu tertawa bersama. Aku menggeleng, jangan sampai anak ku sama seperti kelakuan dua orang ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something!
Romance•Mengungkap rasa tak selalu dengan bicara• Mengapa eyang harus menjodohkan ku dengan selebritis yang sedang naik daun itu? Dia lelaki sombong, angkuh, dan beku. bicara saja tak mau! gimana mau bangun rumah tangga? -Lalisa Valleria. ...