37

1.4K 106 4
                                    

Baby take my hand
I want you to be my husband
Cause you're my iron man
And i love u 3000

"Gejala ibu hamil emang gitu Kris, Bunda aja dulu waktu hamil kamu, benci banget lihat wajah suami Bunda sendiri."

Kris masih memijit pelan kepalaku, dengan sedikit minyak urut dan kemampuan urutnya yang bisa di bilang enak dia bisa sedikit mengusir pusing di kepalaku. Bahkan lama kelamaan aku pasti tertidur.

"Kris, uang Bunda hanya cukup biayayain rumah sakit istri kamu sampai tiga hari kedepan. Emas, tabungan simpanan bunda juga udah diambil semua sama bank."

Satu langkah lagi padahal aku akan terlelap, suara bunda menghentikannya. Aku melupakan masalah besar yang sedang terjadi di keluarga ini karena rasa sakitku. Disaat mereka seperti ini aku bahkan tidak bisa melakukan apa apa.

"Saya akan cari kerja lagi Bun, untuk Lisa dan anak kami apa pun akan saya lakukan."

Aku membuka mata, namun mereka tak melihat itu. Kedua nya masih berselisih paham di kursi berjumlah dua itu. Pikiran ku menerawang diatas atap dinding dinding rumah sakit ini. Memikirkan apa saja yang telah terjadi setelah Eyang meninggal. Dulu waktu kecil, aku ingin sekali menjadi dewasa, atau bahkan cepat cepat dewasa karena di masa masa SMP terlalu membosankan dan begitu saja.

Namun ternyata jadi dewasa tidak semudah itu, masalah kehidupan juga semakin pelik bahkan masalahnya akan semakin dewasa seiring bertambahnya usia ku.

"Bunda, jangan terlalu di pikirin. Biar saya yang ngurus semuanya, Bunda cukup jaga keduanya, dan duduk diam saja. Mungkin ini memang balasan Tuhan untuk saya yang sudah banyak menyakiti banyak orang ini."

Kris berdiri, lalu menghampiriku yang tengah menatapnya. Satu lagi, dia tidak tersenyum. Jahat sekali. Aku, ais! Aku lupa, kalau dia tersenyum pasti perutku terasa mual. Mood ku memang berubah ubah beberapa jam ini.

"Gak jadi tidurnya?" Tanyanya sambil mengelus rambutku, dan tangan satu laginya menggenggam erat jemari kiri ku.

"Kris, aku mau pindah kamar aja ya. Kayaknya disini terlalu dingin deh, makannya juga terlalu enak, aku ingin di kamar biasa aja."

"Ini bukan karena kamu dengar obrolan saya dengan Bunda tadikan? Kamu tidak ingin yang terbaik untuk kehamilan pertama kamu ini?" Aku menggeleng,

"Bukan gitu, aku juga mau yang terbaik untuk buah hati kita, tapi emangnya di kamar biasa kita gak bisa dapatin itu?"

"Perawatannya beda Lisa."

"Pokoknya aku di kamar biasa aja, atau aku gak makan 2 hari!" Ini kekanakan, namun pasti aku akan membantu meringankan bebannya dari pada bermalam di kamar VVIP yang biayayanya tidak murah ini.

"Baiklah, saya akan hubungi stafnya jika memang itu keinginan kamu."

Aku tersenyum, sebisa mungkin aku akan menjaga diriku untuk tetap baik baik saja dan tegar diatas semua masalah ini.

✨✨✨

"Jadi aku bakal jadi aunty nih?" Aku mengangguk cepat, dan mencubit gemas pipi sahabat ku itu, Rose. Dia baru kembali ke Indonesia lagi, setelah berapa bulan berada di Australia sana. Serasa ada yang aneh dalam diriku, aku ingin selalu mencubit pipi chubby nya dan membuat perempuan itu menatapku kesal karena pipinya terasa sakit.

"Li, sakit tau." Selamanya dia tetap yang terbocah dimata ku diantara mereka bertiga alias sahabat sahabatku itu.

"Pokoknya, kamu harus hubungin aku menjelang lahiran! Titik. Aku gak mau tahu, aku harus ada sehari sebelum bayi ini lahir."

Say Something!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang