Part 2

6.8K 695 31
                                    

Mata mereka sesekali melirik tajam satu sama lain sambil sama-sama sibuk menggoreskan tinta mereka di kertas mereka masing-masing.

"Apa kau sudah selesai?" tanya Jungkook sambil melirik apa yang Yeri tulis.

Beberapa menit kemudian akhirnya Yeri menghentikan kegiatan menulisnya lalu mendongak menatap Jungkook.

"Ya sudah. Bagaimana denganmu?" Yeri balik bertanya.

"Tentu saja sudah." kata Jungkook sambil memegang lembaran kertas miliknya. "Setelah hitungan ketiga kita langsung menukar kertas kita. Bagaimana?"

Yeri mengangguk. "Tentu. Siapa takut." sahut Yeri percaya diri.

Pagi ini mereka memang sudah sepakat untuk membuat sebuah kesepakatan tertulis selama mereka tinggal bersama.

"Satu.. Dua... Ti..." Jungkook mulai berhitung.

"Ga!" Dengan cepat kertas yang tadi mereka genggam bertukar posisi. Dan kini mereka sama-sama sibuk membaca tulisan yang ada di kertas yang mereka pegang masing-masing.

"Satu Jeon Jungkook tidak boleh sembarangan masuk ke kamar Kim Yerim." Jungkook membacanya dengan suara lalu menoleh pada Yeri yang sedang sibuk membaca. "Hei apa kau lupa ini rumahku? Kenapa kau memerintahku untuk tidak sembarangan masuk ke ruangan manapun yang aku mau? Ini rumahku dan seluruh ruangan serta barang yang ada disini adalah milikku. Termasuk kamarmu."

Yeri tersenyum sinis. "Lalu kalau ini rumahmu jadi kau bisa seenaknya menggangu privasiku di dalam kamarku?"

"Cih! Privasi apanya? Memangnya kau seorang selebritis sepertiku yang boleh berharap punya privasi?" tanya Jungkook ketus.

"Hei lihat siapa yang bicara. Bukankah biasanya selebritis yang sulit memiliki privasi? Hidupmu harus apa adanya di depan penggemarmu. Mereka yang membuatmu terkenal, jadi buang harapan kau ingin privasi seperti itu."

Jungkook berdecak mendengar kata-kata Yeri. "Astaga kata-katamu itu kasar sekali."

Dan sadar jika kata-kata yang diucapkannya tadi memang sedikit keterlaluan, akhirnya Yeri diam.

"Lagipula kenapa kau butuh privasi?" tanya Jungkook yang berhasil membuat mereka kembali bertatapan sinis. "Apa karena kau seorang wanita?" tanya Jungkook yang kemudian melirik tubuh Yeri. "Tubuhmu saja tidak menarik bagiku. Apa kau masih berpikir jika aku akan menganggapmu sebagai wanita?"

"Hei!" teriak Yeri yang kemudian melemparkan pena miliknya dan berhasil mengenai dahi Jungkook.

Pletak!

Jungkook mengelus-elus dahinya lalu menatap tajam Yeri. "Hei! Kau apa-apaan? Kenapa kau berusaha merusak asetku?"

"Ups! Sepertinya pena milikku adalah penggemarmu makanya ia ingin mencium dahimu." kata Yeri tanpa merasa bersalah.

"Hei benar-benar. Ah bisa gila aku."

Yeri tidak mempedulikan Jungkook yang mulai mendumel lalu melanjutkan kegiatan membacanya.

"Satu Kim Yerim harus memanggil Jungkook dengan sebutan Mr. Jeon." kening Yeri berkerut membaca peraturan nomer satu itu lalu menatap Jungkook untuk melayangkan protes. "Kenapa aku harus memanggilmu Mr. Jeon? Bukankah Jungkook yang angkuh itu lebih baik?"

"Enak saja! Sudah turuti saja. Setidaknya tidak boleh sampai ada yang curiga jika kau tinggal denganku." jelas Jungkook.

Walau kesal Yeri menuruti dan lanjut membaca. "Dua Kim Yerim tidak boleh mengganggu privasi Jeon Jungkook yang merupakan seorang artis terkenal. Ah kalau itu sih mudah. Tiga Kim Yerim tidak boleh membocorkan apapun soal kehidupan Jeon Jungkook yang merupakan artis terkenal. Ke empat Kim Yerim tidak boleh cerita pada siapapun kalau ia tinggal bersama Jeon Jungkook yang merupakan artis terkenal. Kelima..." Yeri menghentikan kegiatan membacanya lalu menatap Jungkook.

Mr. JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang