Part 10

4.8K 558 32
                                    

Jungkook bergegas pergi karena ada yang harus ia kerjakan di studio. Tapi apa yang terjadi? Perempuan itu justru menghalangi jalannya.

"Aku ingin ikut setidaknya kau bisa turunkan aku di jalan saja." Yeri menatap sambil memohon pada Jungkook.

"Bukankah sudah kubilang semalam kalau aku tidak mau membawamu pergi denganku." sahut Jungkook ketus dan mencoba meninggalkan Yeri namun tangannya di tahan oleh Yeri.

"Tapi aku harus datang untuk wawancara di Cafe tempatku akan bekerja nantinya." Jelas Yeri yang semalam mendapatkan telepon dari Saeron yang mengatakan jika pamannya sudah bersedia memperkerjakan Yeri setelah melakukan tatap wawancara kerja hari ini. Tapi ya masalahnya hanya satu yaitu Yeri harus bisa pergi dari rumah ini tanpa ketahuan oleh para penggemar Jungkook tapi Jungkook yang menjadi satu-satunya orang yang bisa membantunya tidak mau melakukannya untuknya. "Aku butuh pekerjaan agar aku bisa pergi dari rumah ini secepatnya."

Jungkook melepaskan tangan Yeri dengan kasar lalu tersenyum menyeringai sambil menatap Yeri tajam. "Itu urusanmu bukan urusanku." kata Jungkook yang kemudian pergi meninggalkan Yeri.

Yeripun mulai melayangkan sumpah serapahnya yang tentu saja tidak akan di dengar oleh Jungkook yang telah pergi.

"Mr. Jeon gila! Mr. Jeon jahat! Kusumpahi kau akan mendapat kesialan hari ini!"

***

Jungkook merasa harinya lancar-lancar saja sebelum tiba-tiba mobilnya berhenti di jalan. Dia menyadari mobil hitam miliknya itu mogok kemudian ia memukul stir mobil itu keras.

"Kenapa aku mendadak sial seperti ini?" keluhnya sambil keluar dari mobil itu lengkap mengenakan masker untuk menutupi wajahnya.

Ia memeriksa mesin mobilnya namun sepertinya tak ada gunanya karena ia tak mengerti apa yang terjadi dengan mobilnya.

Dia lalu kembali ke dalam mobilnya laly menelepon seseorang menggunakan telepon genggamnya. "Nanti aku kirim lokasinya jadi tolong jemput aku dan berikan aku mobil derek."

"Ah sial kalau begini aku bisa terlambat untuk ke studio."

***

"Jadi bagaimana? Hasil wawancaramu bagaimana?"

Yeri mendesah mendengar pertanyaan Saeron lewat telepon itu dan Saeron yang mendengar desahan napas itu jadi penasaran. "Kenapa? Dia tidak menerimamu?"

Yeri refleks menggelengkan kepala walaupun tentu saja Saeron tidak akan melihatnya. "Tidak. Bukan..."

"Lalu?"

Yeri terdiam dan perlahan matanya berkaca-kaca lalu ia dengan cepat menyeka air matanya yang hampir mulai jatuh membasahi wajahnya.

"Kim Yerim? Hei? Apa kau sedang menangis?" tanya Saeron yang seolah bisa menebak apa yang dilakukan sahabatnya itu di ujung telepon. "Apa Mr. Jeon yang melarangmu pergi?" tanya Saeron yang lagi-lagi seperti cenayang yang  bisa menebak apa yang terjadi pada Yeri.

Dan kini tangis Yeri tampak tidak terbendung lagi dan Yeri kini menangis.

"Astaga jahat sekali Mr. Jeon itu. Memangnya dia siapa bisa memerintahmu seenaknya? Aissshhh astaga aku sangat kesal sekali padanya. Seandainya aku bertemu dengannya aku akan... akan..."

"Akan apa?" tanya Yeri di sela tangisnya.

"Aku akan menyuruh Sohyun untuk memukulnya." Kata Saeron yang kemudian terkekeh.

Dan seolah virus yang menular, kekehan Saeron yang terdengar dari ujung telepon itu berhasil membuat Yeri ikut terkekeh.

"Astaga akhirnya kau bisa terkekeh juga." Kata Saeron terdengar bahagia.

"Ini semua karena ulahmu." sindir Yeri sambil terkekeh dan menyeka air matanya.

"Iya ini ulahku, Ini ulahku. Tapi aku bahagia karena ulahku ini." sahut Saeron bangga.

"Terima kasih."

"Sama-sama. Kita kan sahabat." jelas Saeron yang membuat Yeri kini benar-benar tersenyum lebar. "Tenanglah Yeri aku berjanji aku akan mencoba membujuk sepupuku itu agar mau mengundangmu wawancara lagi."

"Terima kasih."

"Astaga aku sudah mendapat banyak terima kasih darimu hari ini."

"Hei hanya dua."

"Ah baiklah dua terima kasih."

***

"Tidak biasanya mobil kesayanganmu itu membuatmu kesulitan." Gumam Namjoon sambil sibuk menyetir mobil dan duduk di samping Jungkook itu. "Sepertinya seseorang baru saja mengutukmu." ledek Namjoon yang kemudian tertawa.

Dan hebatnya Jungkook langsung memikirkan Yeri begitu mendengar ledekan Namjoon soal kutuk-mengutuk.

"Astaga mana ada orang yang mau mengutuk laki-laki tampan sepertiku?" tanya Jungkook percaya diri.

Namjoon berdecak. "Astaga rasa percaya dirimu tinggi sekali. Jika aku jual sepertinya aku akan sangat kaya." ledek Namjoon lagi.

Jungkook mendengus mendengar ledekan Namjoon. "Mengapa hari ini kau bersemangat sekali untuk meledekku?" tanya Jungkook kesal.

Namjoon mengangkat bahunya. "Entahlah aku merasa lebih bersemangat saja setelah kau tinggal bersama Yeri dan bahkan sepertinya Yeri satu-satunya perempuan yang bahkan berani menjahilimu seperti saat kita mengantarnya ke sekolah waktu itu." jelas Namjoon yang tentu saja tidak membuat Jungkook senang. "Eunha memang lebih imut dari Yeri tapi Yeri lah yang membuat hidupmu lebih berwarna."

Jungkook geleng-geleng kepala mendengar penjelasan Namjoon. "Jika begini beberapa saat lagi hyung akan mulai berhalusinasi tidak jelas." jelas Jungkook dan berhasil membuat Namjoon tertawa.

"Astaga mengapa kau jadi seolah-olah peramal yang bisa membaca isi pikiranku?" tanya Namjoon. "Kau pasti tau jika aku akan mengatakan bagaimana jika kau putus dengan Eunha lalu berpacaran dengan Yeri dan kalian yang tinggal bersama akan ah..."

"Astaga pikiranmu..." gumam Jungkook sambil geleng-geleng kepala.

"Akan indah maksudku bukan akan seperti apa yang pikiran kotormu pikirkan." Sanggah Namjoon. "Hidup kalian yang di rumah tinggal bersama akan jadi terasa bahagia dan lebih berwarna." jelas Namjoon lagi.

"Hyung dari tadi terus saja mengatakan tentang warna. Apa kau baru saja ikut lomba mewarnai?" tanya Jungkook menyindir Namjoon.

"Memangnya kau pikir aku anak sekolah dasar?" tanya Namjoon yang kemudian teringat sesuatu. "Ah iya di hari libur seperti ini apa yang Yeri lakukan di rumah?" tanya Namjoon penasaran.

Jungkook mengangkat bahunya lalu tersenyum menyeringai. "Entahlah mungkin dia kini sedang menangis di pojokkan." sahut Jungkook santai sementara Namjoon menatap tajam padanya.

"Menangis? Kenapa?" tanya Namjoon penasaran.

Jungkook tersenyum seolah menang karena perbuatannya pada Yeri. "Aku tidak mengizinkannya keluar rumah padahal ia akan mengikuti tes wawancara kerja freelance." sahutnya.

Mendengar jawaban itu membuat Namjoon mengerem mobil nya mendadak kemudian mengusir Jungkook turun dari mobilnya.

"Kau gila dan jahat jadi jangan naik ke mobilku lagi." kata Namjoon yang kemudian pergi meninggalkan Jungkook yang di tinggal di pinggir jalan.

"Ah Sial!" gumam Jungkook yang tanpa sadar sudah membuat banyak gadis jadi memperhatikannya.

Dan mereka dengan cepat mengerubungi Jungkook begitu sadar jika Jungkook adalah idola yang sedan naik daun. Dan Jungkook tentu saja jadi tidak bisa kabur dari tempat itu. Jungkook menyukai penggemarnya hanya saja saat ini ia tidak siap terlebih penggemar yang mengerubunginya kini penggemar yang gemas padanya.

"NAMJOON HYUNG TOLONG AKU! NAMJOON HYUNG!" teriak Jungkook dan merasa bodoh sendiri karena tentu saja Namjoon tidak mungkin mendengarnya.

"Astaga kenapa aku jadi sangat sial sekali hari ini?"

Mr. JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang