"Kenapa tadi kau harus buang air kecil dulu?"
"Ya karena aku ingin buang air kecil. Kalau tidak begitu nanti aku sakit. Dan penyakit karena menahan buang air kecil itu tidak lucu untuk seorang superstar sepertiku." Protes Jungkook ketika Yeri menyalahkannya yang buang air kecil beberapa menit yang lalu.
"Tapi tidak kah kau lihat? Karenamu kita terjebak disini? Kita kehilangan bus terakhir kita!" Yeri keukeuh memarahi Jungkook dan menyalahkannya seolah Jungkook lah yang membuat mereka berdua terjebak di desa ini.
Jungkook menggelengkan kepala. "Astaga kukira tadi kita sudah menjadi teman setelah tadi kau meminjam dadaku untuk menangis." kata Jungkook heran.
Mendengar jawaban Jungkook tentu saja membuat Yeri malu. Saat tadi di pemakaman Yeri memang sempat hilang kendal saat menangis. Dan ketika Jungkook menawarkan diri untuk menjadi tempat sandaran Yeri, Yeri tanpa sadar melakukannya. Dia menangis di pelukan Jungkook. Namun karena tentu saja Yeri harus menyembunyikan rasa malunya karena tidak mungkin ia mengakui bahwa sebenarnya ia cukup respect dengan sikap Jungkook tadi membuat Yeri kini tersenyum menyeringai. "Kalau begitu itu memang perkiraanmu saja." sahut Yeri sinis.
"Arggghhh sial! Tau begini aku tidak perlu memaksakan diri untuk menemanimu kesini." gerutu Jungkook.
Lagi-lagi Yeri tersenyum menyeringai. "Akhirnya kau menyadari itu." gumam Yeri yang entah kenapa kesal. "Kau pasti lebih memilih seandainya saja kau tetap tinggal di Seoul dan menjalankan aktivitasmu sebagai superstar daripada menjadi orang yang tidak dikenal siapapun di tempat ini!"
"Bukan begitu... aku hanya jadi tidak enak menyebabkanmu ketinggalan bus terakhir yang menuju Seoul." gumam Jungkook yang membuat Yeri sedikit terharu.
Yeri terdiam sejenak sebelum akhirnya buka suara. "Sudahlah ini bukan salahmu. Mana kita tau juga jika hari ini banyak bus yang tidak beroperasi karena sedang demo pada atasan mereka." jelas Yeri mencoba menenangkan Jungkook.
"Tapi tetap saja." sanggah Jungkook yang kemudian mengeluarkan ponselnya. "Astaga kenapa tidak ada sinyal disini?"
Yeri berdecak dan menggelengkan kepalanya. "Namanya juga desa. Tidak banyak yang punya ponsel seperti kita jadi mereka banyak yang tidak protes soal sinyal yang masuk ke daerah mereka." jelas Yeri. "Dan kuharap kau berhenti mengeluh sekarang juga."
Kini mereka sudah mulai saling terdiam di bangku itu. Di halte bus tempat mereka sudah hampir sejam ini menunggu bus. Untung saja tadi ada orang desa yang memberi tahu mereka jika bus yang beroperasi ke Seoul sedang tidak dijalankan karena demo itu.
Namun di tengah keheningan ada suara yang mengganggu mereka.
"Itu bunyi perutku. Kenapa? kau mau protes? Bukan salahku jika ia kini kelaparan dan meminta makan." jelas Jungkook.
Tawa Yeri pun mendadak pecah. "Astaga superstar kita bisa merasakan lapar dan perut berbunyi seperti ini." ledek Yeri di sela tawanya.
"Jagan mengejekku!" kata Jungkook sinis.
Yeri pun bangkit dari bangku tempat mereka menunggu lalu menoleh pada Jungkook yang masih duduk di bangku halte itu.
"Ayo!" ajak Yeri pada laki-laki yang menatapnya denga tatapan bingung itu.
"Ayo? Kemana?" tanya Jungkook penasaran.
"Tentu saja kita mengisi perut kosong kita." Jelas Yeri.
"Apa maksudmu?" tanya Jungkook lagi heran.
"Astaga kau terlalu banyak bicara hei Mr. Jeon. Ayo bangun dulu saja dan berhenti bertanya dulu." pinta Yeri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Jeon
FanfictionYeri mendadak menjadi yatim piatu setelah kedua orang tuanya mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Karena sikap Yeri yang keras kepala dan memang sebagian besar keluarga Yeri sangat jahat maka Yeri harus keluar dari tempat tinggalnya dan kini t...