Kuntum 41 - 第四十一章

115 17 0
                                    


Suhu tubuh Lynn seketika menghangat, menuju ke panas. Didih dalam hatinya meluap-luap. Ada satu buih yang kian meribu deru dalam jiwanya. Di dalam mata penuh surgawi dan di rengkuhan kata-kata yang menguasai seluruh raganya. Untuk kesekian kali, Lynn merasa Lei Han terlalu jauh menggapainya dalam harapan yang tak pasti.

Tangan pemuda itu turun dari keningnya, lalu ia tersenyum sampai gingsul kecilnya mengembul di antara giginya.

"Ayo ke kelas." Lei Han bangkit berdiri, bergerak meninggalkan dirinya yang menggeming melihat kepergian pemuda itu. Lei Han sempat melambai pamit ke arah Zi Wei yang membalasnya sekilas, namun Lynn terus tak beranjak pergi dari buncahan-buncahan rasa yang meletup bagai petasan di langit malam.

Lynn menunduk, berusaha bangkit sambil mengais serpihan logika yang terbang akibat angin pesona Lei Han. Meruntuhkan nol koma satu persen daya peka Lynn karena terlalu nyaman di titik pesona itu.

Lei Han..
Kenapa dia harus bermain rahasia bersamaku?
Apa benar kata, Xiao Song? Kalau seorang pria juga perlu persiapan khusus untuk menyatakan perasaannya? Astaga, kenapa aku bisa terlalu yakin kalau Lei Han sebenarnya menyukaiku sama seperti aku menyukainya? Tapi Peony itu...

Mata Lynn terangkat ke udara. Ia mencari keberadaan Zi Wei yang sedang berkemas di sebrang ruangan. Agak terburu-buru, Lynn menghampiri Zi Wei yang tepat ketika itu hendak berbalik ke arah pintu keluar di belakang Lynn.

"Zi Wei."

Gadis berambut merah itu menaikan satu alisnya agak risi. Langkahnya tertahan beberapa meter dari depan Lynn.

"Apa?"

"Eh, anu.." Lynn menatap kakinya, meragu sejenak sebelum menanyakan hal itu.

Kalau Lei Han tidak mau mengakuinya sendiri. Mungkin teman kecil Lei Han sendiri mau memberitahunya. Walau kenyataan pahit Lynn harus mencari tahu sendiri kalau teman kecilnya Lei Han adalah gadis yang paling ingin ia adu kompetisi, tapi kalau soal rasa penasaran, Lynn tidak peduli lagi. Biar Zi Wei mengganggapnya aneh pun, ia tetap menghargai segala jawaban dan reaksi atas rasa penasarannya itu.

"Apa kau tahu Lei Han suka menyukai bunga?"

Alis Zi Wei kian meninggi. Sebelah pundaknya terjinjing tas tangan kulit berwarna putih. Mata Zi Wei yang mencureng sipit ke belakang kian menyipit seraya bertumbuhnya rasa heran sekaligus aneh itu.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya begitu?"

Di tanya begitu, Lynn agak menggugup. Tak mungkin ia membeberkan rahasia kejadian lokernya dia ini. Apalagi kepada Zi Wei. Berita buruk yang ada.

"Tidak apa. Hanya penasaran saja." Lynn menjawab tenang, mengusir keraguannya.

Zi Wei memutar bola matanya, dengan langkah tak peduli ia meninggalkan Lynn sambil berkata, "tidak ada hubungannya denganku." Sebelum melanjutkan langkahnya, gadis tinggi bak model majalah itu menghentikan kakinya dan menoleh ke belakang, menembus bayangan Lynn yang sibuk mencari celah dalam kebingungannya.

"Lagipula, jangan membuang waktuku karena walaupun aku tahu, aku tidak akan memberitahumu."

Lynn menghampiri Zi Wei. "Kenapa kau tidak mau memberitahuku?" sambar Lynn cepat, kembali menahan Zi Wei di ambang pintu rapat yang sepi.

"Apakah pertanyaan itu perlu kujawab? Karena itu bukan hal penting untuk membuang waktuku."

Setelah berkata begitu, Lynn tertunduk lemas. Menunggu kemungkinan juga salah. Lalu apa yang bisa ia lakukan untuk mencari satu demi satu serpihan jawaban itu? Kalau bukan merasakannya dengan feeling, terhadap Lei Han, sinyal itulah yang terangkat duluan menjemputnya.

Namun, ketika kosong menyelinap, otak Lynn mendetingkan sesuatu. Lalu tanpa suara, ia mengambil langkah cepat, keluar menuju ruang dosen.

***

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang