Kuntum 3 : 第三章

417 43 1
                                    


"Terima kasih untuk pelajarannya hari ini. Jangan lupa tugasnya besok. Sampai jumpa," ujar Leixin Laoshi mengakhiri kelas di pertengahan pukul sebelas. Satu jam sebelum istirahat. Semua mahasiswa menyahut tak berbarengan, ada yang mengerang, ada yang cuek saja.

Fei duduk di sebelah Lynn, kursi mereka tepat di tengah ruangan, di sebelah Brandon Jun yang berbeda dua kursi dari belakangnya. Ban Xiao Song yang duduk di belakang Lynn sedari tadi tidak berhenti bicara mengenai Feifei di sebelahnya. Selama ocehan pemuda itu, Lynn hanya terkikik pelan karena pemuda itu sibuk menggoda Feifei yang sangat jutek.

"Lynn, bisakah kita tukar tempat? Ayolah, anak baru, berbaik hati sedikit pada sesepuhmu," rengek Xiao Song, pemuda k-style itu mencolek bahu Lynn berkali-kali.

"Ban Xiao Song! Sekali lagi kau merengek begitu, kulempar kau pakai kamera terbaru keluaran pabrik Ousyin!" protes Fei menatap galak ke arah Xiao Song.

Xiao Song menjulurkan lidah, membuat sebagian wajahnya jadi sedikit imut. "Coba saja, nanti kutangkap lalu kugunakan untuk merekam wajahmu."

"Kau..!!!" Fei bangkit dari kursi sambil menggebrak hingga Ban Xiao Song segera lari terbirit-birit dari kursinya keluar ruangan. Melihat kejadian itu, Lynn terpana sesaat barulah terbahak agak keras.

Fei meliriknya agak kesal. "Tertawa apa kau?!"

Lynn terus terkikik sampai tidak sadar sikutnya menjatuhkan buku kecil dari atas meja.

"Kalian lucu sekali."

Fei mendelik sebal sambil bangkit dari kursi. "Tertawa sepuasmu, Lynn."

"Eh! Eh! Fei, tung--"

Tiba-tiba ketika hendak beranjak dan keluar dari kursi mengejar Fei, tubuh mungil Lynn terhantam sesuatu dari sebelahnya. Ia terpekik kecil, lalu menoleh terkejut ke arah yang ditabraknya.

Ada bola mata cokelat itu lagi menghantam pandangannya. Selama hampir lima detik, Lynn tidak sadar kalau semua pesona itu luruh seperti jemari lentik yang mengusap permukaan kulit hingga seluruh jiwa bergetar, memuji keindahan itu.

"Bukumu..."

Lynn mengerjap cepat, ia melihat ke arah buku yang di sodorkan Brandon di tangannya. Lalu dengan tergagap mengambilnya.

"Oh. Maaf," sahut Lynn pelan, mengambil benda itu, lalu kembali menengadah ke arah Brandon Jun yang sama sekali tidak bergerak mejauhkan jarak. Dan justru Lynn baru menyadari betapa dekatnya ia dengan pemuda itu sekarang. Karena sekarang ia tahu penyebab jantungnya yang makin menggebu ke seluruh nadinya.

Seulas senyum terbit di wajah pemuda yang masih menatapinya itu. "Tidak apa. Sekarang, kapan kau mau melepaskan kakimu di atas kakiku ini?"

Dalam sekejap Lynn menunduk dan refleks mengangkat sebelah kakinya yang tanpa sengaja menginjak kaki kanan Brandon Jun. Terdengar Brandon terkekeh pelan, sementara Lynn terperanjat dengan letak kakinya sendiri. Ia langsung menunduk, hendak membersihkan sepatu putih Brandon yang kotor akibat terinjak itu.

"Astaga. Maaf-maaf! Aku.. benar-benar tidak sengaja--"

Jun Lei Han langsung merenggut tangan Lynn yang bergerak liar ingin membersihkan sepatunya. Lalu dengan cekatan, ia menarik Lynn agak mendekat, menghentikan gerakan itu hingga Lynn merasa jantungnya nyaris copot.

"Kubilang apa? Tidak apa-apa." Brandon Jun melengangkan senyum kepayang itu. Bahkan Lynn tidak tahu seperti apa sekarang wajahnya, malu bercampur kaget dan.. kacau?

Dengan sekali tepis, Brandon Jun bergerak mundur sejenak, lalu kembali tersenyum lebar ke arah Lynn.

"Aku mau ke toilet. Awas, bukumu." Brandon mengingatkan.

Lynn terperangah pada senyum itu, lalu secara tidak sadar mengangguk setengah terpana melepas kepergian Brandon dari hadapannya. Menghilang dari kelas, kemudian Lynn menyentuhkan tangannya ke atas dada, dengan perlahan, mengangkat buku di tangannya sambil bergumam penuh arti, "kenapa setiap kali melihat mata itu, aku mendadak tidak bisa merasakan kelima indraku dengan sempurna?"

***

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang