Kuntum 24 - 第二十四章

165 24 3
                                    


Gerbang tinggi asrama putri terbuka setengah. Banyak lalu lalang para gadis yang keluar sore hari menikmati senja hangat musim semi. Ada yang mungkin menikmati hari tanpa tugas atau sekedar bermain bersama teman yang lain. Kelopak bunga Peony yang pohonnya tumbuh besar di sekitar trotoar jalan mengotori jalan setapak. Berguling-guling lemah mengikuti arah angin yang membawanya. Di sebelah pohon itu, berdiri sepeda bonceng yang disandarkan di dinding perbatasan asrama dengan trotoar. Punggung Luo Yi bersandar, sembari melirik jam yang kian melewati pukul empat. Sejenak, ia meraih ponsel, hendak bertanya apakah Lynn ketiduran, tapi nyatanya tindakan itu tidak sanggup ia lakukan.

Kembali, Luo Yi memutuskan menunggu sebentar lagi.

Teringat dengan jelas ketika siang tadi di kelas sewaktu membahas skenario bersama gadis itu, memo kecil yang di berikannya sudah penuh. Lynn sempat membolak-balik isinya, mencari lembaran kosong walau seluruhnya penuh. Rencananya Luo Yi ingin membelikan memo lain yang lebih tebal, memungkinkan untuk sampai enam bulan ke depan. Maka itu, niat untuk menjemput Lynn di asrama putrinya terlaksana.

"Lynn, nanti tunggu aku menjemputmu di asrama putri ya," kata Luo Yi saat itu. Lynn yang sedang membereskan barangnya di loker menoleh dan tersenyum riang ke arahnya. Senyum yang selalu melekat bahkan menembus alam mimpi malam sekaligus.

"Kau mau menjemputku? Kenapa tidak sekalian ketemu di Weihu saja?"

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat lebih dulu."

Kemudian kilasan itu menghanyut seperti magnet yang terisap kembali pada detik sekarang.

Ia masih menunggu.

Luo Yi kembali mengurungkan niatnya untuk menelepon dan memutuskan untuk menunggu lagi.

Di bawah kakinya, banyak kelopak Peony yang bertebaran, mendambakan niatnya untuk memungut salah satu bunga itu.

Luo Yi menunduk, memungut salah satu kelopak utuh bunga pagi musim semi itu. Memandanginya seraya memikirkan bayang-bayang kejadian yang bisa ia lewati bersama Lynn. Di kuntum-kuntum bunga itu, Luo Yi seperti merasa ada rasa yang terbagi. Harapan dan cinta yang tanpa sadar menelisik relung terdalamnya untuk segera mengakuinya cepat-cepat. Perasaan yang tak pernah ia sadari sejak kapan muncul. Kenapa ia bisa begitu hanyut dalam hari-hari dan sore bersama gadis itu hingga tanpa sadar, tanpa adanya dia, ia merasa sepi. Tanpa mendengar suaranya, tanpa menatap mata cerahnya, ia seperti seluruh dunianya sangat sama seperti masa SMA-nya yang membosankan.

Duduk di kursi belakang dengan kacamata bulat, ia tak lagi ingin mengulang masa-masa menyedihkan tanpa teman itu. Luo Yi tidak tahu kalau resiko menjadi murid belajar untuk sebagian murid keren lain itu menyedihkan. Tapi, Luo Yi bisa menyalahkan siapa? Karena pada akhirnya ia tak menyesal belajar banyak hal waktu SMA hingga dipertemukan dengan gadis yang sama cerdasnya dengan dia, menerima dan menemaninya dengan senantiasa tanpa kepura-puraan belaka.

Bersama Lynn, Luo Yi bisa banyak merasakan hal. Sesuatu yang tersembunyi dari Tuhan, yang tadinya tak pernah ia tahu, perlahan-lahan ia kenal ketika degup jantungnya berdentum tak keruan. Ia tahu bagaimana rasanya kehangatan, bagaimana rasanya hangat tanpa ada matahari walau hanya membayangi wajahnya, atau bahkan merasa seluruh hidupnya menjadi musim semi karena keberadaannya hingga rasanya ia tidak sanggup melepas segala tentang Lynn begitu saja. Seolah mencabut kelopak Peony dari tangkainya, seakan memaksa diri untuk melepas kenangan dari intinya.

Jemari Luo Yi mengelus lembut kelopak kecil itu, sambil menahan pikirannya, ia tersenyum kecil.

Peony, bisa tidak kau mewakili perasaanku sekali saja?

***
Pembaca yang baik, ayo di dukunh cerita ini dg menekan tombol bintangnya^^ terima kasih^^

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang