Kuntum 30 - 第三十章

160 20 2
                                    


Setelah mandi dan membereskan beberapa buku pelajaran untuk besok ke kampus, Lynn segera memungut kotak berikat kerut pita di atas meja belajarnya. Sementara ia mengeringkan rambut dan selesai memberi kabar pada ibunya di Indonesia, ia membuka jendela satu daun di depannya, membiarkan angin malam bertukar dengan udara di ruangan. Membiarkan pemandangan malam kota Beijing menjadi temannya.

Lynn masih merasa menyesal kenapa ia begitu bodoh bisa melupakan perjanjiannya dengan Luo Yi. Walau Luo Yi terlihat sangat kalem, tapi tetap saja ia tak pernah merasa nyaman karena sudah melupakan perjanjian. Malah, tiba-tiba pemuda itu memberikan benda ini tanpa mengajukan alasan. Lynn jadi semakin bingung perasaan Luo Yi terhadapnya. Bahkan merasa dia seperti bukan teman yang baik karena sudah menyepelekan sebuah janji.

Pelan-pelan, ia membuka tutup kotak kecil itu. Lynn mengangkat alisnya begitu sinar lampu menyirami sebuah memo kecil di dalam kotak. Memo berukuran A5 yang kali ini agak tebal daripada sebelumnya, bewarna putih dan bercorak bunga merah muda. Ia mengeluarkan benda itu, meletakkannya di atas meja dan menyingkirkan kotaknya. Beberapa saat terdiam memandangi memo itu, Lynn meraih ranselnya, kemudian mengeluarkan memo yang sama walau dengan warna sampul yang berbeda. Ia meletakkan memo dari Brandon Jun, bersebelahan dengan memo dari Luo Yi.

Kenapa semua orang jadi memberikannya memo?

Lynn menyentuh permukaan memo dari Brandon Jun. Saat telapaknya menyatu dengan memori itu, kilasan jingga sore di Summer Palace kembali menguap. Mengisi kosong jiwanya dengan riak kelembutan kesan tropis. Senyum Brandon Jun yang terasa hangat, dan pancaran mata asing yang berubah menjadi dekat. Suara dan tawanya yang tak pernah hilang, kian merekat pada kalbu dalam hatinya. Lynn masih ingat sewaktu ia jalan-jalan di Long Coridor terbuka tempat jalannya Ratu, Brandon, tiba-tiba berkata, "ada banyak orang yang sering berpura-pura baik karena aku adalah artis. Aku sering bingung membedakan karakter mereka, karena aku benci melihatnya. Tapi, akibatnya, aku jadi sering kali kena musibahnya dan sakit hati karena mereka berteman denganku hanya ada maunya saja." Waktu itu sinar matahari yang menyinari lantai koridor membuat bayangan kaki panjang keduanya. Sepi menghantar suara Brandon Jun merasuki pikiran Lynn, membayangi seorang artis yang ternyata sering di manfaatkan juga. Menjadi tahu, kalau artis juga sering merasakan patah hati untuk hal yang sedemikian biasanya.

"Lynn, kalau aku bukan artis, dan aku... tidak seperti ini, apakah kau tetap ingin berteman denganku?"

Saat itu Lynn tak kepikiran satupun kata-kata. Karena ketika membayangkan Brandon Jun adalah orang lain, ia tidak tahu apakah takdir itu tetap ada bersamanya. Yang Lynn tahu, siapapun yang diketemukan dengannya, berarti dia sudah ditakdirkan untuk bertemu di dunia dengan alasan yang sudah dibuat oleh Mahaesa. Dan tak ada yang bisa menjabarkan hal itu mengapa dan kenapa. Semuanya adalah misteri. Bertemu dengan Brandon pun sebuah misteri.

"Semua orang yang bertemu karena sudah ditakdirkan untuk bertemu. Aku tidak pernah tahu kenapa kita bisa berteman, tapi aku tidak pernah tidak menyukai siapapun. Bahkan, kalau kau pun bukan Brandon Jun, kalau kita ditakdirkan untuk bertemu, aku pasti berteman denganmu."

Kembali menyusut ke detik ini, Lynn mengerjap beberapa kali, tersadar.

Kenapa Brandon Jun tak pernah berhenti menguasai pikirannya? Kalau dipikir, apa yang membuatnya jadi begitu? Tetapi, jika dipikirkan lagi, apakah Lynn tetap bisa merasakan degup jantungnya yang terpompa cepat ketika menatap manik cokelat hangat itu? Jika Brandon Jun bukan Brandon Jun, apakah ia bisa menyukai sama seperti ia menyukai Brandon Jun sekarang?

Lynn tidak pernah tahu jawabannya. Tapi ia selalu percaya, orang yang diketemukan pasti ada sebuah garis takdir yang direncanakan sebelumnya. Ada alasan kenapa Brandon Jun diciptakan, dan ada alasan kenapa setiap orang di dunia ini dilahirkan. Tatkala mereka hanya manusia biasa atau spesial seperti Brandon Jun. Tapi kembali lagi, mereka manusia. Sama seperti makhluk hidup yang lain. Memiliki garis takdirnya masing-masing, memiliki jalur kehidupannya masing-masing. Dan yang terpenting, memiliki perasaan untuk seseorang yang sudah ditakdirkan.

Mungkin kalau Lynn ditakdirkan menyukai Luo Yi, rasanya akan berbeda. Dan kondisinya akan berbeda. Tetapi, takdir itu tidak pernah ada yang tahu kan? Sama seperti bunga Peony yang masih menanggalkan tanda tanya akan pengirimnya sampai hari ini.

Sewaktu Lynn beralih menatap memo dari Luo Yi, mendadak, hatinya menceracau takut. Pikiran dan hatinya mendadak menerka hal-hal yang tak ia inginkan.

Bagaimana kalau sebenarnya, akhir dari garis takdirnya adalah bersama Luo Yi, bukan dengan Lei Han? Apakah sebenarnya hati bisa secepat itu memutar perasaan pada satu orang yang sebenarnya memiliki tempat berbeda di posisinya?

Luo Yi sangat baik. Lei Han pun sama. Tapi, kalau hati lebih mengacungkan degupnya ketika hanya membayangkan wajahnya saja, pikiran Lynn bisa memutuskan apa? Ia hanya terlalu menyukai Lei Han sampai tak tahu apakah Luo Yi menaruh rasa yang sama. Atau sebenarnya, ia tak ingin Luo Yi menaruh rasa padanya.

***

Aku kaget pas nyadar kalo part ini belum di update. Padahal perasaan aku tadi pagi udah update deh.

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang