Kuntum 39 - 第三十九章

127 18 0
                                    


Semalam, Lynn mendapat pesan dari Weixinnya. Yan Zi Wei akan mengadakan pertemuan tertutup untuk brifieng cast pagi hari ini serta menjelaskan segala dari rencana pra produksinya. Setahu Lynn, Zi Wei hanya akan mengambil setting di dekat sini. Jadi, seharusnya Lynn tidak perlu menyiapkan waktu banyak untuk berkumpul dengan anggota grupnya sendiri.

Maka pagi ini ia sudah siap-siap untuk rapat itu. Ruang loker pagi itu tidak ramai. Hanya beberapa orang yang sedang bertukar sepatu dan sekilas mengambil buku. Lynn berjalan ke deretan loker kedua dari depan, mengarahkan kuncinya ke nomor loker 101 di paling atas dari tiga loker atas bawah. Ketika pintu lokernya terbuka, pandangannya lagi-lagi terarah pada bunga itu.

Peony itu tergeletak lagi di sudut lokernya.

Lynn meluaskan pandangan cepat-cepat. Tapi tanda-tanda keberadaan orang yang meletakkan itu, lagi-lagi tidak ada. Ia mengulurkan tangan, lalu memungut bunga itu. Memandanginya beberapa saat, berpikir, apakah ini saatnya ia membuka kebenarannya sendiri lewat Lei Han? Tapi, ia tidak tahu apakah sanggup menanyakan hal yang bisa membuat tubuhnya gemetar tak keruan, dadanya meloncat seakan ingin lepas dari rasa itu. Yang ada otaknya malah bersiteru mengatakan bagaimana kalau ternyata bunga itu bukan dari Lei Han, bagaimana kalau ternyata Feifei hanya salah lihat. Walau begitu, keyakinan hatinya lebih kuat dari apapun. Segala pertanyaan dari logika terhantam oleh harapan terbesar dari hatinya dan berteriak keras-keras kalau bunga itu adalah dari Lei Han.

Tidak mungkin ada orang yang berniat membuka pintu lokernya cuma-cuma.

Lei Han sangat menyukai musim semi. Tropis dan segala keindahan di suasana itu.

Lei Han sangat ingin mengenalnya.

Lei Han dengan tangkas menyebut nama Indonesianya untuk kali pertama dari seluruh orang China yang ia temui di Beijing.

Dan Lei Han, adalah orang yang berbagi keindahan dengannya di Summer Palace.

Apakah otaknya bisa menghentikkan segala fakta yang telah terjadi setelah ini?

Tapi, bagaimana cara Lei Han membobol loker Lynn? Dan kenapa Lei Han memilih sembunyi-sembunyi meletakkan bunga musim semi di dalam lokernya sementara ia sudah lumayan dekat dengannya?

Dan Peony yang ada di tangannya adalah segala keyakinan akan jawaban itu.

***

Di ruangan serbaguna yang ada di ujung koridor gedung F, biasanya dipakai untuk latihan teater ekstrakulikuler, kini menaungi kurang lebih dua belas orang. Duduk melingkar di ruangan yang sebagian dindingnya berkaca, membuat sebagian lantai kayu terkena cahaya pagi hari. Tiap orang menggenggam satu buah naskah yang sama. Setelah celotehan ringkas dari Zi Wei yang hari ini memakai terusan oranye muda dengan bentuk kerah sabrina itu berdiri menjadi pusat perhatian. Ternyata delapan orang ini adalah keseluruhan cast dan peran pembantu. Lynn tidak mengira kalau Zi Wei akan memiliki pemeran sebanyak ini. Walau inti ceritanya kelihatan simpel saja, tapi nyatanya mengikutsertakan banyak pihak.

Duduk di samping sang pemeran utama, Lynn tak menemukan apa-apa selain ketenangan yang mengalir dari sampingnya. Fokus Brandon Jun saat mempelajari naskahnya adalah serangan out focus Lynn. Aura keheningan yang sangat memikat itu adalah sinar yang terlalu terang hingga membuatnya buta tak melihat apa-apa selain kemegahan cahayanya. Brandon Jun yang selama ini dilihatnya adalah itu. Ini bukan kali kedua Lynn berads dekat dengan pemuda ini, tapi entah kenapa hatinya tidak pernah berubah sejak awal ia merasakan hal itu.

Lei Han membalik kertas naskahnya dengan pelan, kemudian berdeham, memangku sebelah kakinya dengan mata tetap tertuju pada tiap kalimat skrip skenario. Berusaha keras Lynn menautkan pikirannya kembali menyatu pada konsentrasi, tapi tiap hentakan napas Lei Han yang terdengar jelas dari sebelahnya, atau sekilas pikirannya yang tiba-tiba melambung tinggi, mengilaskan bayangan tentang hari-harinya bersama Lei Han yang semakin pekat dan sulit dicairkan. Irama jantungnya yang tak pernah bisa berhenti berdegup normal hanya dengan memikirkannya. Brandon Jun terlalu menguasai dirinya. Lynn harus mengambil kendali, tidak boleh terlalu terpana pada hal yang baru menjadi harapannya.

Peony itu adalah ketakutan yang teryakini. Dan Lynn percaya ia masih punya waktu untuk mencari jawabannya.

Menetralisir keadaan, Lynn mengerjap cepat, menyadarkan diri dari lamunannya. Kembali membalik adegan skrip sesuai arahan Zi Wei. Di sini, pemeran utama dipegang oleh Brandon Jun sendiri yang berperan sebagai artis. Dalam film, Lynn akan berperan menjadi asisten artis tersebut dan terlibat cinta lokasi. Dan yang menyedihkan adalah akhir tidak baik. Menurut Lynn, perasaan akan terbuang percuma karena akhirnya Zi Wei membuat asisten itu merelakan perasaannya tak terbalaskan. Tapi, ini film dia, Lynn sudah cukup untuk memerankan salah satu tokohnya. Tidak ingin lagi mencampuri ide creator lain. Jadi ia pun memilih pasrah memerankan tokoh yang menyedihkan. Demi harga diri dan kesanggupannya melawan Zi Wei.

"Lynn? Kau dengar tidak?"

Tersentak sejenak, Lynn mengangkat wajah. Ia menemukan dirinya terlamun pada baris-baris kalimat di depannya, baru menyadari suara keras Zi Wei yang ternyata sudah memanggilnya dua kali. Ia tergegap, menoleh Lei Han yang menaikkan alisnya dengan tatapan lembut.

"Apa? Ada apa?"

Semua orang agak mendesah rendah kecuali Lei Han. Lynn memandang berkeliling, menatap temannya satu-satu.

"Kau tidak mendengarkan aku dari tadi? Hello, aku bukan kaset rusak yang terus bicara. Waktuku sangat berharga. Sudahlah, biar saja seseorang beritahu dia nanti. Yang penting nanti malam aku akan bagikan jadwal syutingnya. Terima kasih. Rapat selesai."

Semua orang bangkit dari kursi, serempak mengangkut ransel mereka dan keluar ruangan. Lynn sempat mencekal tangan Lei Han sebelum pemuda itu beranjak. Zi Wei yang masih duduk di kursinya sendiri, sibuk dengan kertas-kertas di pangkuannya, sedikit berusaha menguping pembicaraan Lynn.

"Lei Han, Zi Wei tadi bilang apa?" Lynn bertanya seraya menunjuk gadis di sebrangnya dengan bola mata. Lei Han agak tertunduk, kembali duduk dan merendahkan suaranya sampai hanya terdengar di telinga Lynn saja.

"Buka halaman dua puluh, itu adalah momen di saat kau harus menjiwai peranmu. Itu yang Zi Wei ingin katakan."

Lynn ber-oh panjang, mengangguk datar lalu membuka halaman dua puluh yang dimaksud Lei Han tadi dipangkuannya dengan gerakan lambat. Deretan kalimat dan latar setting di sana mengarah ke adegan di mana Lynn harus berakting sedih dan menangis karena seorang Brandon Jun akan meninggalkan dia selamanya. Ia harus terlihat terluka sedalam-dalamnya dan meyakinkan penonton.

Beberapa saat, Lynn bergeming. Membayangkan dirinya yang tidak begitu baik memerankan tokoh, ia merasa kurang yakin. Apalagi adegan menangis. Lynn paling tidak bisa berpura-pura bagaimana pun juga.

"Lynn?"

Lynn menoleh cepat ke arah Brandon yang ternyata sudah menatapnya lebih dulu. Ia mengangkat kedua alisnya, lalu dengan lembut berkata, "kau tidak apa?"

Kemudian Lynn merasa keningnya hangat. Telapak tangan Lei Han ada di atasnya sekarang. Memeriksa suhu tubuhnya, mendiamkannya sejenak, membuat suhu tubuh Lynn justru semakin panas.

Manusia mana yang bisa melupakan tatapan lembut dari rasa madu lembah penuh kehangatan itu? Lei Han terlalu jauh memupuk rasa itu hingga membuatnya tumbuh dan menjalar, membelit seluruh tubuhnya dalam kebisuan rasa. Hatinya bergolak rapuh. Ia lelah merasa begitu. Tapi cinta yang dimilikinya saat ini hanya bisa seperti itu.

"Lynn?"

Lynn mengerjap cepat. Lei Han menurunkan tangannya, masih menatap Lynn khawatir.

"Tidak apa." Lynn menggeleng cepat. "Aku tidak apa. Hanya... aku memiliki satu pertanyaan untukmu."

Tiba-tiba mulut Lynn tergelincir pada jebakan suara hatinya. Ia tidak bisa menahan gejolak pertanyaan dalam logikanya untuk terus menahan seluruh perasaan pada rasa penasaran.

"Kau mau bertanya apa?"

Entah perasaan Lynn saja atau wajah Lei Han semakin mendekat ke wajahnya. Suaranya kian merendah karena secara tidak sadar, Lynn juga kian berkata pelan seakan tidak punya tenaga untuk mengatakan itu.

Namun, lagi-lagi, entah kekuatan dari mana, Lynn berani mengucapkannya dengan mulus.

"Apa kau tahu soal Peony yang sering muncul di lokerku?"

Pada detik kedua Lynn menyadari kalau kening Brandon Jun mengerut bersamaan dengan mata pemuda itu yang mengosong di depannya.

***
Huehehe penasaran gak Brandon bakal jawab apa? Wajib tungguin kelanjutannya besok ya!

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang