Melintasi lorong gedung F-1, sehabis dari studio sinema, Ban Xio Song melengang menuju kelas. Karena perutnya kelaparan, jadi dia dan Jun Lei Han tadi menyempatkan diri ke kantin.Kantin benefit dengan berbagai kios makanan yang sangat higenis menghiasi seluruh ruangan. Ban Xiao Song dan Jun Lei Han tidak menyadari beberapa kelompok mahasiswi yang sedang mengintainya dari belakang, sementara keduanya menepi ke kios bakpao yang kebetulan lagi sepi. Seperti biasa, a'i* penjual bakpao itu sering menggoda Jun Lei Han dengan menyapa ala anak gadis. Padahal wanita itu sudah berkepala empat, tapi gayanya sangat kekinian. Dengan memakai headband yang melingkari kepalanya, ia tersenyum mesem-mesem ke arah Lei Han yang hari ini memakai kaus putih sederhana dibalut boomber hijau lumut.
"Sepertinya setiap hari penggemarmu tambah banyak, ya Lei Han," gumam a'i. Lei Han hanya tersenyum lebar, menerima dua bungkus bakpao yang baru saja keluar dari langsang berkepul asap itu.
"A'i, jangan katakan kalau setiap hari kau melipatgandakan dirimu sendiri untuk menyukaiku." Lei Han menyenggol bahu Xiao Song yang tergelak. Terbiasa dengan sikap a'i centil itu.
Wanita itu memicingkan mata serius. "Tapi kali ini aku serius. Jangan lihat sekarang. Sepertinya penggemarmu bertambah menjadi dua clan." Alis a'i berkedut, menunjuk ke belakang Jun Lei Han. Dari samping, Xiao Song pelan-pelan mengintip ke sisi belakang pilar yang berada beberapa meter dari kios. Kemudian, dengan pendengaran yang tajam, Xiao Song menangkap suara tawa tertahan gadis-gadis--yang sudah tidak asing lagi--kalau itu suara penggemar Jun Lei Han.
Xiao Song menoleh seakan memberi kode untuk segera beranjak kepada Lei Han. Pemuda itu mengangguk cepat, lalu langsung melesat ke koridor kantin lewat belakang gedung. Menghindari hal yang membahayakan. Karena seperti biasa, kalau sudah sampai koridor belakang yang sepi, biasanya mereka--para mahasiswi itu--bisa jadi sangat liar dan menyeramkan. Pernah sekali, tiba-tiba mereka menerkam punggung Lei Han sampai hampir terjungkal kalau Xiao Song tidak langsung menariknya untuk cepat-cepat kabur. Apa jadinya kalau Lei Han benar-benar terjatuh, bisa-bisa... Lei Han sudah tidak perawan lagi. Hh, menyeramkan, gumam Xiao Song yang melengang sendiri ke koridor utama, sengaja melewati perkumpulan mahasiswi itu supaya berhenti mengikutinya karena Lei Han sudah tidak bersamanya.
Tapi, rencana tidak pernah berjalan sesuai yang diperkirakan.
Ketika langkah Xiao Song membelah keramaian koridor perpustakaan, ia ditahan oleh segerombolan mahasiswi tadi. Benarkan, perasaan Xiao Song juga sedari tadi ia merasa masih diikuti. Gadis-gadis itu hampir menutupi setengah jalan koridor. Di tangan gadis-gadis itu tergenggam secarik amplop pink, setangkai bunga, sekotak cokelat, dan berbagai benda lain yang sudah sangat biasa ditemukan di laci, loker, bahkan di tas Lei Han.
"Kalian mau apa?" sergah Xiao Song, tepat berhenti di ambang pintu perpustakaan yang setengah terbuka.
Salah satu gadis menyodorkan amplop di tangannya, berkedip penuh harap. "Xiao Song ge, bantu kami sekali lagi, mau ya? Kau sangat tampan sebenarnya kalau semakin berbaik hati."
Xiao Song berdecak sambil mengibaskan tangannya. "Trik lama. Tidak tertarik." Ia kembali melanjutkan langkahnya, tapi kumpulan gadis itu menghadang.
"Xiao Song ge! Kumohon." Sinar mata gadis itu kian berlinang penuh harap. Melihat ekspresi begitu, Xiao Song selalu luluh. Beberapa detik terdiam sejenak, akhirnya ia tidak tega juga tidak membantu mereka. Walau agak mengesalkan, tapi, ya mau bagaimana lagi. Resiko berteman dengan seorang artis jadi begini. Xiao Song ya terima-terima saja.
Ia merampas amplop yang kemudian sudah dikumpulkan jadi satu oleh gadis itu. "Aku tidak akan ambil barang kalian. Aku ambil suratnya saja. Eh, dengar ya."
Xiao Song mengangkat-angkat amplopnya, mengacungkan ke arah mereka seolah ia seorang guru yang sedang menasehati anak muridnya. "Kalian ini sudah besar. Sekarang bukannya lagi jamannya mengirimkan qing shu. Ini perkuliahan. Kalian harus serius belajar, jangan memikirkan idola kalian terus. Yah, walaupun Lei Han sangat menghargai kalian, tapi berilah dia sedikit ruang untuk menikmati masa-masa perkuliahannya dengan normal."
Para gadis itu tertunduk, seakan memahami nasihat Xiao Song dan menyesal tidak akan mengulangnya lagi.
"Sekarang, kembali ke kelas kalian masing-masing. Berhenti untuk mengirimkannya surat, dasar merepotkan!" gerutu Xiao Song hendak melangkah pergi. Tapi kakinya ditahan lagi dengan cepat.
"Tunggu sebentar!"
Xiao Song melirik resah ke arah gadis yang lebih pendek darinya itu. "Apa lagi?"
Gadis itu terdiam sejenak sambil menoleh ragu ke dalam perpustakaan yang pintunya agak terbuka, menampikkan meja petugas dari samping. Otomatis, Xiao Song ikut mengintip ke arah gadis itu. Tapi, ketika tanpa sengaja pandangannya menerobos ruangan perpustakaan itu, bola matanya terhenti di bayangan seorang gadis berkacamata yang sedang berdiri di belakang meja petugas itu. Bukan matanya saja, tapi seluruh raganya. Pertanyaan gadis di depannya seketika lenyap hilang dan samar-samar. Matanya membeku di bayangan gadis yang kini agak membungkuk, membuka sebuah buku di atas meja penjaga. Sebelumnya Xiao Song bisa melihat dengan jelas gadis itu membaui amplop ditangannya dengan sepenuh hati, lalu barulah diletakkan ke selipan buku besar di atas meja. Melihat pemandangan itu, mendadak jantung Xiao Song seperti perih.
Sesudah meletakkan itu, gadis itu kembali tersenyum malu, lalu melesat pergi dari sana tanpa menyadari dirinya yang tertangkap basah melihat pengirim surat rahasia itu.
Feifei..?
Degup jantung Xiao Song bergetar luka. Sesuatu seperti tersangkut di tenggorokannya. Ia ingin menelan itu, tapi rasanya sangat berat dan menyakitkan.
"Gege!"
Lamunan Xiao Song seketika pecah. Ia menoleh kaget ke arah gadis di depannya, memandangnya agak bingung.
"Kau dengar aku?" kata gadis itu.
Mengingat kejadian tadi, entah kenapa membuat hati Xiao Song berjengit sakit. Ia ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu, berharap bayangan itu juga pergi.
"Maaf, aku harus pergi." Xiao Song membelah kerumunan, meninggalkan raut bingung seluruh mahasiswi tadi. Buru-buru ke kelas, dan memastikan yang sebenarnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Peony
Ficción GeneralCompleted. Sebuah bunga pagi dari belahan Istana Musim Panas dari Dinasti Jin bermekaran. Musim Semi pada pertengahan Semester di Beijing Film University, ada rahasia dari keindahan yang besar itu. Di dalam loker 101, Lynn menemukan sekuncup Peony t...