Lynn setengah berlari menuju koridor ruangan loker. Ia belum mengganti sepatu, takut ketahuan Leixin laoshi, jadi lebih baik cepat-cepat ia ganti walau sudah sangat nyaman dengan sandal pantai yang dikenakannya. Ternyata, pertemuan kemarin Leixin Laoshi dengannya hanya karena sendal pantai yang sering Lynn pakai setiap pagi. Kata Leixin laoshi, pemandangan itu tidak boleh terjadi lagi, dan harusnya ini adalah kali terakhir ia memakai sandal, sebab pagi tadi ia lupa kalau sudah diperingatkan.Ruang loker yang terang benderang oleh sinar matahari pagi itu cukup merebak ke seluruh ruangan. Seperti biasa, sinarnya menyorot ke tiap sudut. Membuat pandangan Lynn terpaku pada seorang pemuda yang sibuk membuka jaket dan topinya di depan lokernya sendiri ketika ia masuk ke ruang loker.
Brandon Jun tak menyadari keberadaan Lynn. Bukankah itu ide yang baik? Setidaknya diam Brandon kali ini sangat karismatik. Dan rasanya, Lynn sangat merasa romantis memandangi paras penuh pesona itu dari balik pintu lokernya.
Pemuda itu hari ini memakai kaus lengan panjang bewarna putih sederhana. Dipadu levis biru tua menjuntai, menutupi kaki tingginya. Ia melepas topi baseballnya, mengembulkan rambut ala model kecokelatan itu dari kepala, kemudian melemparkan benda itu seenaknya ke dalam loker.
Karena tidak menuruti refleks, tiba-tiba Lynn merasa sekujur tubuhnya di siram air dingin dari pucuk kepala. Brandon Jun yang tadinya sangat serius melepas segala peralatan penyamarannya itu, kini beralih memandangnya. Lynn agak merinding ketika Brandon mengangkat senyum kepayang itu.
"Pagi," sapa Brandon sangat ramah. Satu hal yang Lynn benci jika melihat pemuda itu tersenyum adalah, dua buah gingsul yang sangat terlihat imut itu. Lynn tidak tahu apakah ia bisa menahan desahan dalam hati, karena ketika Brandon Jun menggembulkan senyumnya, Lynn merasa ingin mati saja dari pada memaksakan degup jantung yang berdegup tak keruan.
"Pagi," sapa Lynn yang agak pelan, ia berbalik, mengambil sepatu putihnya dari dalam loker lalu berjongkok dan memakainya di lantai. Sesaat, ada dua orang gadis yang masuk ke ruang loker sambil bercakap-cakap, mencairkan suasana sepi yang tadi mengitari.
Diam-diam mengikat sepatu, pandangan Lynn terarah pada lemari Brandon Jun yang penuh buku itu. Brandon pasti jarang belajar kecuali saat-saat tertentu. Dan pasti dia jarang membawa buku itu kembali ke apartemennya, jadi ia letakkan semua bukunya di sana hingga loker itu kelihatan sangat penuh. Walau kelihatannya semua buku pelajaran, tapi mata Lynn menangkap satu buku bewarna biru, covernya bergambar kereta seolah-olah kereta itu misterius. Lynn melebarkan matanya sejenak ketika melihat benda itu keluar dari dalam tasnya, dan tanpa sadar ia refleks terpekik.
Brandon menoleh ke arahnya seketika.
"Ada apa?" tanyanya bingung.
Giliran Lynn yang tergagap. Masalahnya, itu adalah novel Agatha Cristie yang sangat ingin ia baca akhir-akhir ini. Tapi karena belum sempat, jadi ketika melihat benda itu ada di tangan Brandon--yang tak disangka juga suka membaca novel--Lynn terkejut untuk keduanya.
Lynn menunjuk buku yang dipegang pemuda itu. "Kau.. suka baca novel, juga?"
Kepala Brandon mengikuti arah telunjuk Lynn, kemudian ia mengangkat buku itu sambil tersenyum. "Agatha Cristie? Jangan bercanda. Aku baca semua bukunya."
Lynn tersentak, lalu berdiri cepat. "Serius? Ku pikir kau tidak memiliki waktu untuk membaca novel seperti itu."
Brandon melesatkan senyum penuh kemenangan sambil menutup loker dan menyampirkan tasnya. Pemuda itu berjalan ke arah Lynn yang terdiam di tempat.
"Nih. Kau mau lihat? Apa kau suka juga?"
"Hah?" Saat itu, bola mata Brandon Jun sangat memukau. Entah untuk ke berapa kalinya, Lynn tidak bisa menghitung seberapa cepat degup jantungnya berlari. Menatap butiran manik yang tak sehat bagi jantungnya itu sangat tidak baik, tapi, ia nyaman ada di sana. Ia menikmati setiap pancaran mata Brandon yang tertuju hanya padanya. Wangi tubuhnya yang ringan, seperti bau sabun bayi bercampur parfum asing, menurut Lynn, itu adalah perpaduan yang sangat sederhana bagi seorang artis. Walau membayangkan banyak barang-barang mahal dipakai Brandon, tapi kenyataannya, Brandon sangat sederhana.
"Kau suka baca ini juga, bukan?" ulang Brandon lagi.
Sesaat, Lynn terbangun dari khayalan pesona Brandon itu, lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia menerima buku itu, melempar cengiran khasnya ke arah pemuda yang lebih tinggi darinya itu.
"Bagaimana kau tahu aku suka ini juga?" Lynn ragu untuk bertanya, tapi ia sangat ingin tahu bagian mana yang membuat Brandon mengetahui sesuatu yang tidak pernah Lynn katakan. Kalau diingat lagi, pertama kali bertemu Brandon, Lynn ingat kalau Brandon menyebut namanya dengan lengkap. Dan itu sebuah keajaiban karena menurutnya, bagi orang China, menyebut nama orang asing itu sulit. Sedangkan Brandon bisa dengan lancar tanpa memikirkannya lebih dari satu detik.
Brandon membenarkan letak tali ranselnya sambil tersenyum. "Wajahmu memberitahu semuanya," kata Brandon.
Pipi Lynn mendadak bersemu. Tapi Brandon hanya tertawa iseng, lalu melambai pergi duluan. Meninggalkan detak jantung Lynn berdebar tak keruan lagi. Sedetik, Lynn hanya merasa waktu yang mengelilinginya seperti berhenti sejenak. Ia menunduk menatap novel tadi. Beberapa detik memperhatikan buku itu, Lynn baru sadar sesuatu.
Ia mendesah tak percaya ketika baru sadar kalau buku itu adalah novel terjemahan bahasa mandarin.
Lynn mengeluh kesal. Bagaimana bisa ia baca full mandarin sedangkan ia baru tahu beberapa ribu kata saja? Menyedihkan.
Tapi, setidaknya, ini milik Brandon. Dan ia masih tak berhenti bersemu kala teringat lagi senyum dan pancaran mata teduh milik pemuda yang indah seperti musim semi itu.
***
Heu part ini lama ya apdetnya. Maapkan, aku bener2 lagi gila push ranked nih duh. Oh ya, kalau besok mau update lagi, kasih tau aja. Kayaknya aku bakal apdet dua hari sekali sih hehe irit draft juga belom penuh soalnya. Makasih buat yang sudah setia menunggu^^
Love love, see you all^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Peony
Fiksi UmumCompleted. Sebuah bunga pagi dari belahan Istana Musim Panas dari Dinasti Jin bermekaran. Musim Semi pada pertengahan Semester di Beijing Film University, ada rahasia dari keindahan yang besar itu. Di dalam loker 101, Lynn menemukan sekuncup Peony t...