Kuntum 37 - 第三十七章

126 19 0
                                    


Di ruang tengah, ternyata Wang Xian dan Zi Tong sedang menyenandungkan sebuah lagu. Sewaktu Lynn dan Lei Han memasuki ruangan, Xiao Song yang sudah membereskan kartu tanda mereka selesai mainpun ikut-ikutan bernyanyi dengan lirik yang sering salah.

🎶Merindukanmu, aku memikirkanmu.
Indahnya hidup dengan rasa seperti itu.
Mencintaimu, aku merasa diriku utuh.
Semua tentangmu, hujan dan panas semuanya adalah semi.
Karena kau adalah bunga yang hidup tanpa perlu akar.
Hanya bersamaku, kau akan bahagia🎶

"Ah aku rindu masa-masa ketika kita menyanyikan lagu itu. Setuju tidak, Lei Han?" Wang Xiang, salah satu pemuda yang berhidung besar dan tinggi, yang jika dilihat-lihat visualnya agak kebaratan berteriak sampai suaranya seperti melepas beban. Zi Tong yang masih meladeni permainan kartu Xiao Song tersenyum simpul.

Setelah bertemu dengan kedua member lainnya--Eric Wang dan Jackson Han--Lynn merasa cepat akrab dengan keduanya. Kesupelan kedua orang itu melebihi apa yang ia bayangkan.

Eric Wang, dengan tingkah heboh seperti Xiao Song berkompilasi dengan wajahnya yang seperti bayi dengan rambut agak gondrong kecokelatan dikuncir mencuat ke belakang, menyisipkan kesan kalau Eric Wang memiliki karakter kuat jika memerankan suatu tokoh yang humoris. Sedangkan sahabat yang satunya, Jackson Han, pemuda tinggi yang tampilannya sangat berkarakter, dengan hoodie dongker berpadu celana lenging dan memakai topi dibalik, lebih memancarkan aura senyum manisnya. Ada lesung pipit penambah rasa, juga suaranya yang rendah dan sangat lelaki, lebih dari Lei Han dan Wang Xian sendiri. Sejauh ini, baik Wang Xian atau Han Zi Tong, mereka sama-sama memancarkan karisma tersendiri. Jika dibayangkan masuk layar kamera, Lynn yakin filmnya akan menyatu dengan para visual tersebut.

"Tenang saja, Agustus nanti kan kita ada konser. Nyanyi sepuasmu di sana," sahut Lei Han melemparkan diri ke atas sofa.

"Eh, Lynn. Kalau di Indonesia, apakah ada yang mengenali kami?" tanya Eric Wang sambil menyelonjorkan kakinya.

Lynn duduk bersila di sebelah pemuda itu. Sambil tersenyum khas, ia menjawab, "terkenal sekali. Tapi dibanding dengan Korea--"

"Ah, aku tahu jawaban itu. Kami kalah saing. Tentu saja," ujar Wang Xian lantang tanpa merasa tersinggung. Ciri khas lain dari Wang Xian adalah suara sengau dan kerasnya. Jika sedang bernyanyi, karakter Wang Xian adalah yang terkuat. Tapi entah kenapa sepengetahuan Lynn, Lei Hanlah leader vocal mereka.

"Eh, Xiao Song! Kau curang!" Tiba-tiba Feifei memekik dari meja bundar tempat Jackson Han dan Xiao Song bermain kartu. Gadis itu sempat memukul lengan Xiao Song dan menunjuk kartunya.

"Kau menukar kartuku sewaktu aku ke kamar mandi! Iya, kan?!" Mata Feifei menyalang, kian memukuli Xiao Song yang meminta ampun.

"Astaga. Aku tidak--aduh--iya! Ampun--aw! Lei Han, Jackson! Seseorang tangkap gadis galak ini!" Tawa di ruang tengah pecah. Xiao Song meletakkan semua kartunya di atas meja dengan keadaan terbuka, tanda menyerah.

"Kau menang. Jackson, dia menang, iya. Dia yang menang Jackson. Kita kalah."

Jackson mengangguk, buru-buru menyetujui takut terkena imbasnya. Ia dan Xiao Song ikut-ikutan mengangkat tangan tanda menyerah. Tinggalah Feifei yang memberenggut, dan mendesah kesal sendiri. "Benar-benar tidak asik bermain dengan anak grup seperti kalian! Semuanya sekongkol."

Jackson tergelak diam-diam, semua orang memandangi Xiao Song yang meringis meladeni Feifei.

"Lebih baik bermain bersama kita dari pada bersama Laoshi Li."

Kali ini Feifei membelalakkan matanya. "Xiao Song! Kau manusia tidak berguna! Kenapa menyebut laoshi Li sembarangan!" Gadis itu kembali memukul Xiao Song.

"Laoshi Li jelek. Laoshi Li tua!"

Gerakan Feifei terhenti sejenak, ia menyirami Xiao Song dengan sejuta nyalang yang menyeramkan. Tapi usaha untuk membuat Xiao Song bungkam itu sia-sia. Karena Xiao Song malah menjulurkan lidah lalu bangkit berdiri kabur dari pengejaran Feifei diikuti tawa semua orang di ruangan itu.

***

Setelah ku pratinjau, cerita ini makin lama makin sedikit yang ngikutin. Hm, apa ada yang kurang? Mohon saran ya eheu. Buat yang udah nunggu dan votes, jangan kapok sampe cerita ini selesai ya hehe. Makasih^^

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang