Kuntum 59 - 第五十九章

110 13 0
                                    


Seminggu lagi perputaran film tugas akhir dari musim semi akan resmi diselenggarakan. Segala persiapan dan proses editing resmi selesai. Beberapa hari yang lalu, setelah menyerahkan tugas ke Zhao laoshi, satu tim Lynn merayakan keberhasilan film mereka dengan acara makan malam kecil di salah satu restoran dekat Pasar Weihu.

Karena kesibukan selama hampir sebulan penuh itu, hubungan mereka lambat laun jadi dekat. Bahkan mereka yang tadinya sekelas biasa saja, tapi sekarang jadi sangat akrab, berbagi cerita. Kesan dan segala opini tentang hari-hari mereka syuting runtuh di malam restoran itu. Bagaimana kesulitan, kegemasan yang muncul tiap kali mengutak-atik masalah bisa terpecahkan secara bersama-sama. Bagi separuh mahasiswa jurusan perfilman ini, tugas ini merupakan hal yang paling mereka tunggu. Dan ketika itu selesai, rasanya seperti semua beban lepas dan pergi dengan damai. Proses tidak akan membohongi hasil. Semua tim Lynn percaya kalau mereka akan mendapatkan hasil yang terbaik.

"Aku pasti sangat menanti hasil dari Laoshi Zhao. Pasalnya, kita adalah mahasiswi pertama yang menggunakan tradisi kuno. Kudengar, dari sejarah, belum ada yang pernah mengambil latar ini sebagai tugas karena properti yang sulit." Melody Tai berkomentar disela kunyahan nasi bakarnya. Di atas meja panjang itu, kepulan asap dari panci sup menyebar lezat. Hilir mudik para pelayan dan ricuh tenang suara para pengunjung menghangatkan malam. Lynn duduk di sebelah Melody Tai dan Feifei, tersenyum kecil mendengar gadis itu bercerita.

Li Bei, si Penguasa Matahari dari Barat alias si kepala botak mengacungkan sumpitnya. "Lihat saja reaksi Zhao Laoshi waktu itu. Antara tercengang tapi ia tepuk tangan tak berhenti-henti. Apa namanya kalau bukan 'takjub'?"

Kelima belas orang yang duduk di situ tak semuanya menyimak pembicaraan, tapi hampir semuanya tertawa manggut-manggut.

"Ini semua juga berkat kerja keras kita bersama." Lynn menambahkan. Melody Tai menoleh ke arahnya dengan wajah prihatin.

"Lynn, bisa tidak kau jadi mahasiswa tetap di sini saja? Kami sangat senang memiliki teman sejalan dan sepemikiran seperti kau."

Ying Ying, editor film mereka dari ujung meja ikut mengacungkan sumpit setelah menyumpal daging ke dalam mulutnya yang penuh. "Iya benar! Tidak bisakah kau direkrut? Kan kau sedang pertukaran mahasiswa, biar saja A Liu itu di kampusmu yang ada di Jakarta. Dia kan teman Zi Wei itu, biar saja dia pergi."

Separuh penghuni meja tertawa kecil, sedangkan Lynn hanya tersenyum sendu.

"Teman-teman, bisa ada di sini saja sudah sangat menyenangkan. Program kampus ini kan semua dikendalikan oleh rektor. Aku hanya penerima itu tidak bisa meminta lebih. Yang penting, kita semua tahu, kalau dari tugas ini, kita semua lebih mengenal jati diri dan arah impian kita semua, iya bukan?"

Melody Tai mengangguk keras lebih dulu. "Ya! Setelah mengasah kemampuan make up ku, aku jadi ingin bekerja sama dengan salah satu penata rambut terkenal Martin Lun dari Taichung itu. Dia hebat sekali, semua artis selalu ke sana untuk dipercaya menata rambutnya. Pamornya naik, dan keahliannya dikenal semua orang."

"Benar-benar! Mungkin juga kita nanti bisa membangun sebuah production house bersama, lalu kita membuat film karya kita sendiri atau karya anak bangsa lainnya. Kalian sendiri juga tahu bukan, konsumsi film dan kreativitas kita bisa jadi panutan adik kelas!" Kali ini pendapat Leo Lee, si editor manis yang sering memberi pendapat dan inovasi membuahkan anggukan banyak orang.

"Atau kita bisa buka kursus bagi orang yang kurang mampu dengan biaya murah. Banyak sekali teman saudaraku yang ingin sekolah film tapi kesulitan biaya, kalau kita bisa membantu mereka, bukankah itu sangat menyenangkan? Seperti Lynn yang sudah membantu kita dalam banyak hal?"

Pendapat demi pendapag kian menguar mengisi malam. Sendu tawa berceloteh ria bersama impian-impian yang mulai terlahirkan dalam benak mereka. Di bawah santap malam dan tawa yang terkenang, tak ada satupun kalimat yang bisa menutup makna malam itu. Baik Lynn atau yang lain, mereka percaya kalau perjuangan hidup masih panjang. Rencana belum tercapai, kalau tidak ada niat yang utuh. Lynn tersenyum memandang teman-temannya. Sendu menyentuh relungnya hingga tersadar, kalau semua ini tak lama lagi akan menjadi kenangan.

***

Welcome for mee! Di tengah-tengah writer's block yang melanda, akhirnya aku bisa menepis itu semua. Semua gara-gara cerita baru, niat itu muncul tiba-tiba lalu entah kenapa pas lihat Peony rasanya mau lanjutin. Pas ada niatan itulah langsung aku gas. Sehari, aku bisa langsung kelarin. Well, ini memang baru draft saja. Tapi someday cerita ini bakal aku revisi setelah menyelesaikan draft cerita baru.

Cerita ini akan selesai di Kuntum 64.

.
.
.
.
.
.
Atau kalian ingin ada epilognya?

.
.
Komen ya^^

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang