Kuntum 23 - 第二十三章

190 24 0
                                    


Lynn memandang keluar jendela dengan takjub. Pemandangan seperti ini memang sangat jarang ia temui di Jakarta. Mobil sudah melaju di Distric Haidian. Lokasi yang sangat kental dengan berbagai wisata kuil-kuil dan tradisi penduduk lokal yang masih sangat melekat. Sedan mereka melaju di jalan besar Yikatong. Berbagai persimpangan ramai para wisatawan asing lalu lalang. Hanya 15km dari Beijing, menggunakan jalan tol, tak sampai satu jam mereka pun berada di tengah kultur China yang kental dengan suasana orientalnya.

Salah satunya sebuah bangunan besar dengan foto seorang pria yang menggantung di depan dinding besar bangunan itu. Seiring melajunya mobil, kepala Lynn mengikuti pemandangan itu hingga pergi meninggalkan tanya. Bangunan apa tadi? Semacam kuil besar beratap oranye merah yang dipagari dinding bata susunan tangan. Lynn seperti sering melihat bangunan itu di film-film China. Walau di kamera terlihat biasa saja, tapi nyatanya bangunan itu sangat besar, tinggi dan megah. Ada sebuah jembatan besar yang mengarah ke pintu utama. Karena letak tanah kuil itu agak ke bawah dari jalan utama, Lynn jadi bisa melihat semua aktifitas para turis dan penduduk lokal yang sedang menikmati pemandangan di taman-taman depan bangunan.

"Itu adalah The Forbidden City." Brandon menjelaskan. Sepintas, Lynn menoleh kecil ke arah pemuda itu.

"Kota terlarang? Bagaimana ceritanya?"
"Entah. Aku bukan sejarahwan." Brandon mengendikkan bahu, dagunya malah menunjuk Chen Dage di kursi supir. "Mungkin Lao da* di depan sana bisa menjelaskan?"

Lao da dalam bahasa indonesia artinya pria tua. Chen Dage langsung melirik tajam ke arah Brandon, pura-pura marah sementara Lynn menahan senyum.

"Lao di**, jangan sembarangan. Aku cuma beda dua tahun di atasmu."

"Hah, benarkah?" Lynn tersentak pelan, menatap Brandon dan Chen Dage bergantian. Sejenak Brandon terdiam, kemudian tergelak sendirian.

"Lynn tidak percaya! Tentu saja, Chen Dage hanya mengibul. Dia itu umurnya seumur kakekku."

"Lei Han..!" Chen Dage agak menahan geram, tapi kemudian ia melepas tawa bersamaan dengannya.

"Lynn, kuharap kau jangan percaya pada wajah karismatiknya. Aslinya dia sangat kejam seperti yang kau lihat sendiri," komentar Chen Dage membelokkan sedan ke arah jalan kecil, keluar dari jalan raya. Mobil melaju di antara bukit dan danau. Jalanan yang agak sepi. Di sekitar jalanan, hanya ada pemandangan danau dan samar-samar menara kuil yang agak tertutup kabut.

"Terima kasih. Kuanggap itu pujian." Lei Han kembali tertawa. Lalu seakan baru menyadari arah tujuannya, ia menyentakkan tubuh agak ke depan.

"Dage, kau mau lewat pintu samping ya?"

Chen Dage melirik Lei Han agak keji. "Tentu saja! Kau mau lewat gerbang utama? Kujamin, setelah dari situ kau tidak akan bisa kembali ke apartemen."

Dari kursi, Lynn mendengarkan obrolannya sembari menyeletuk ringan. "Memang ada pintu samping?"

"Oh ayolah. Untuk seorang Brandon Jun kau bisa mendapatkan fasilitas yang cukup mengejutkan. Bahkan di kota wisata sekalipun." Chen Dage berujar seperti seorang bos besar yang menggenggam uang berdolar-dolar.

"Tapi sekarang sudah agak sore. Padahal aku ingin mengajak Lynn ke Xiequ Yuan. Masih keburu tidak, ya?"

"Apa itu Xiequ Yuan?"

Brandon menoleh, menatap Lynn yang bertanya bingung. "Xiequ Yuan adalah sebuah taman yang dikelilingi bangunan tua di Summer Palace. Salah satu tempat kesukaanku karena taman itu mengarah langsung ke Danau."

Terdiam sejenak, Lynn membayangkan tempat itu dalam gambarannya sendiri.

"Summer Palace sangat besar. Banyak kuil yang berdiri di atas bukit tinggi. Ini hanya salah satunya."

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang