Kuntum 60 - 第六十章

119 11 0
                                    


Kertas-kertas di atas meja belajar Lynn bertebaran. Kepalanya pusing memikirkan pidato yang baik untuk di sampaikan hari esok. Sebelum seminggu lagi ia berpamitan dengan semuanya, rektor menyuruh Lynn untuk membuat sepatah-dua kata salam perpisahan dan kesan selama berada di China. Well, itu sangat wajar terjadi, tapi Lynn tidak tahu kalau memikirkan semua hal yang ada di China, membuatnya bingung harus mengatakan apa.

Semuanya sangat indah, menakjubkan. Berbagai pengalaman, keseharian yang tak terlupakan. Bagaimana kebiasaan orang-orang Asia itu bertatakrama, kebudi-luhurannya, kesopanan dan sisi buruknya, semua lengkap terjadi dalam bulan-bulan Lynn ada di sini. Ia sampai bingung harus menceritakan dari mana. Meski pulpennya terus bergerak membentuk huruf kanji, ia tidak tahu kalau sebenarnya, pikirannya terbang menuju Brandon Jun. Sosok pertama yang tak pernah bisa ia hilangkan dari sejarah pertemuannya di China.

Sudah seminggu semenjak cutinya Brandon Jun. Kata Ban Xiao Song, pemuda itu sedang membahas permasalahan internal yang cukup serius. Karena grup b boy nya akan menyelenggarakan konser juga bulan depan, maka ia harus training di bootcamp sampai hari itu tiba.

Saking sibuknya, bahkan Lynn baru sadar, kalau Brandon tak pernah lagi mengontaknya.

Tiba-tiba Lynn melirik ponselnya yang bergeming. Di atas meja, ia masih ingat pesan pertama Lei Han yang masuk ketika mereka saling bertukar kontak.

Aku di-chat oleh seorang artis besar.

Hingga rasanya kalimat itu berubah seiring waktu berjalan.

Seketika mulut Lynn terasa pahit.

Hari itu tidak ada lagi. Semenjak mengetahui kalau bunga itu bukan dari Brandon Jun, entah bagaimana semua harapan dan asa yang tadinya bertumpu pada Brandon seketika memudar. Lynn bisa berharap apalagi? Bukan Brandon yang menyampaikan perasaannya selama ini. Bukan Brandon yang selama ini diam-diam melindunginya. Namun di luar dari itu semua, sebenarnya Brandonlah yang tidak pernah berpura-pura meski ia tahu yang sebenarnya terjadi.

Ia juga selalu merasa serba salah jika mengingat perasaannya yang tidak pernah ada untuk Luo Yi.

Lynn melirik jam dinding. Pukul sembilan malam. Ia beranjak ke tempat tidur, merebahkan dirinya dan memandang langit-langit kamar seakan hendak menjatuhi dirinya dengan bayang-bayang masa lalu.

Beson pidato perpisahan akan dilaksanakan. Secara resmi, ia akan melangkah lambat menuju perpisahan. Sejuta kenangan di atas lembaran Peony penuh rahasia lambat laun memberikan jawaban. Sinar mentari yang berpendar di antara sejuknya bulan April, akan membentuk kenangan kuat yang ingin ia hirup dalam-dalam dan ia simpan selamanya.

Bagaimana tekstur kasur ini, tas dan peralatan brand China, pinggir kota saat malam tiba. Samar-samar suara obrolan yang sering terdengar di depan koridor, tumpukan permasalahan dalam tugasnya, entah bagaimana yang terkesan terjadi banyak sekali hal itu, terasa cepat di makan waktu.

Musim semi segera berakhir. Jakarta, ia akan kembali.

Meski dari dasar hati yang mendalam, ia ingin mengirimkan sebuah pesan kepada Lei Han, kalau ia sangat ingin melihatnya untuk yang terakhir kali.

Menyedihkannya, pesan itu tidak akan pernah terkirim.

Hanya di musim semi ini, Lynn bisa menyimpan rasanya untuk diulang kembali jika memiliki kesempatan.

***

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang