Kuntum 19 - 第十九章

205 29 0
                                    


"Yang benar saja!" seru Feifei saat menyusuri koridor gedung F1 yang mengarah keluar kampus. Sore itu pelajaran berakhir setelah pembentukan dan pembagian resmi tugas film pendek Zhao laoshi. Gadis berkacamata itu dari menit akhir keluar kelas terus-terusan mengoceh resah, terhadap keputusan Yan Zi Wei.

"Aku tahu apa yang Zi Wei ingin lakukan, aku tahu semua akal busuk itu!" Suara Feifei kian menekan seraya langkahnya mengujung di bibir koridor, beriringan dengan mahasiswa yang lain menuruni tangga pendek ke gerbang selatan lewat jalan setapak yang membentangkan taman di kanan dan kirinya.

Di sebelah Lynn, Feifei agak mengguncang pundaknya ketika tidak menyahuti satupun ocehan gadis itu.

"Lynn, kenapa kau diam saja? Apa kau tidak khawatir dengan rencana Zi Wei?"

Kalau di suruh memilih, mungkin Lynn tidak pernah mau memainkan peran itu. Apalagi di dalamnya ia akan beradu akting dengan aktor terbaik se-BFU. Pasti sangat minder berada di sebelahnya, berbalut sandiwara sementara Lynn paling tidak bisa berpura-pura. Di samping itu, memerankan cerita menyedihkan yang agak... menyindir dirinya secara tidak langsung--entah kenapa--Lynn merasa ada kegundahan yang membuncah jika ia tidak menerimanya. Satu hal, mengenai harga dirinya.

Yan Zi Wei memang sering memandangnya rendah, bahkan sejak kali pertama ia menginjakkan kaki di BFU. Lynn tidak tahu kenapa kehidupan perkuliahan di Beijing masih penuh drama seperti di SMA. Padahal, kehidupan perkampusan sudah sangat berat. Banyak tugas dan kegiatan praktek. Tapi ketika ia mengenal lebih jauh kelas itu, Lynn tahu kalau hal yang membuatnya drama adalah karena keberadaan Jun Lei Han.

Pemuda yang diimpikan semua gadis. Pemuda yang selalu jadi sorotan utama segala penjuru kampus. Dan, Zi Wei, sebagai gadis penuh kepercayaan tinggi dan acuh tak acuh itu membuatnya selalu menginginkan keberadaan Jun Lei Han berada di dekatnya. Popularitas, merupakan salah satu hal yang Zi Wei cari walau kenyataannya Lei Han sendiri sedang berusaha menjadi normal.

Angin bersemelir lembut, menampar wajah Lynn pelan, mengangkat beberapa rambut tipis di sekitar keningnya. Ia menatap kakinya sendiri dan bergumam kecil, "aku bisa apa? Aku tidak mau direndahkan Zi Wei terus."

Feifei berdecih resah. "Tapi kau terpancing, Lynn! Seharusnya kau tahu, kalau hal ini ada kaitannya dengan Jun Lei Han!"

Sekilas Lynn mengerling bingung ke arah Feifei. "Apa maksudnya berhubungan dengan Jun Lei Han?"

Taman yang membentang di sekitar halaman kampus itu dirindangi berbagai pohon besar. Sepanjang jalan setapak terbujur semak berbunga yang sangat cantik, seperti memagari jalan dan taman. Kehangatan musim semi bercampur suasana perkuliahan di Beijing menimbulkan kesan bagi Lynn sendiri. Namun, pernyataan temannya barusan membuatnya melupakan segala itu.

Mata Feifei memicing dibalik kacamatanya, menatapnya seperti menyuruhnya mengakui sesuatu.

"Apa?" tanya Lynn lagi ketika tidak mendapatkan jawaban. Gadis berkacamata itu mengeluh sejenak, sementara mereka hampir tiba di gerbang.

"Kau menyukai Jun Lei Han, bukan?"

Pertanyaan itu membuat mata Lynn melebar sedikit tak bisa ditahan. Reaksi utama yang selalu ia khawatirkan bisa tertebak akan apa yang ada di pikirannya. Terlebih Feifei sudah lebih tahu karakternya. Sangat tidak mungkin membantah pernyataan barusan. Tapi Lynn tidak mau mengakuinya. Ia tidak sanggup.

Kepala Lynn beralih cepat ke depan hendak melangkah, menghindari pernyataan itu tapi tangannya dicekal Feifei dari belakang

Mata Feifei yang besar menatapnya serius. Dari balik kacamata itu, Lynn bisa melihat raut resah gelisah campur aduk dan ketakutan dirinya sendiri itu.

"Jawab aku." Feifei bersedekap, kian mengurung langkah Lynn yang hendak kabur.

Lynn terdiam sejenak, memutar jawaban alibi. "Semua orang menyukai Lei Han, bukan?" ia berputar kembali hendak beranjak. Kali ini Feifei tidak mencekal tangannya, tapi berjalan beriringan.

"Lynn, dengar aku. Lei Han memang disukai banyak orang. Tapi bisa kuberitahu kalau caramu menyukai seperti berbeda."

"Berbeda bagaimana? Aku hanya menganggapnya sebagai teman tidak lebih," alih Lynn.

Feifei menatapnya dari samping, mereka sudah tiba di depan gerbang. Jalanan kecil di samping gedung agak sepi. Kecuali jalan besar di ujung jalan itu, ramai mobil lewat. Seharusnya Feifei bisa segera pergi sekarang, tapi nampaknya gadis itu belum puas menyelesaikan kata-katanya.

"Lynn, dengar aku." Fei agak menyipitkan mata ketika surya pukul tiga itu menyiram tepat di atas kepalanya. Gadis itu menatap lurus ke arahnya. "Lei Han adalah orang yang berbeda dari kita. Dia memiliki status bukan orang biasa."

"Dia masih orang biasa Feifei. Bahkan dia sama sepertiku menyukai bacaan yang sama."

"Kebetulan mungkin. Tapi yang pasti, berada di dekat Lei Han kau tidak akan aman. Ada banyak fangirl dan stalker yang sangat ganas. Mereka bisa membuatmu jadi terkenal hanya gara-gara kau dekat dengannya walau tanpa status sekalipun."

Lynn mengerutkan kening, agak tersenyum ragu. "Wajar sekali itu, Fei. Dia kan artis."

"Iya, tapi--"

Tangan Lynn menyentuh pundak gadis berkacamata itu dengan lembut lalu tersenyum sekilas. "Baiklah, Feifei, aku harus ke toko buku sekarang. Sore nanti aku akan berbelanja dan Luo Yi menungguku di sana. Kalau sekarang kau terus berbicara, aku bisa membuat Luo Yi menunggu. Belanjaan buku-bukuku cukup banyak. Oke, babai!"

Belum sempat Feifei melemparkan ocehannya lagi, Lynn buru-buru kabur. Setengah berlari menyusuri trotoar sepanjang luar gedung dan berusaha meredam kata-kata Feifei yang terngiang-ngiang di kepalanya.

Ada banyak fangirl dan stalker yang sangat ganas. Mereka bisa membuatmu jadi terkenal hanya gara-gara kau dekat dengannya walau tanpa status sekalipun.

Terus melangkah hingga mencapai toko buku diujung jalan besar, Lynn terus berjalan menunduk hingga tak sadar hampir menubruk seseorang di depannya.

Ya, kami sangat berbeda. Tapi bagaimana dengan bunga itu? Benarkah itu Lei Han yang melakukannya? Feifei yang bilang sendiri kalau dia melihat Lei Han meletakkan bunga itu, sekarang apakah aku salah jika aku juga..

Tepat ketika Lynn berbelok hendak membuka pintu kaca toko buku, pundaknya tanpa sengaja tertabrak seseorang yang juga ingin masuk di sampingnya. Lynn tersentak, ia mengerjap singkat menoleh ke arah seorang pemuda jangkung di sebelahnya, memakai masker menutupi separuh wajahnya, dan topi baseball yang sangat dikenalnya.

Kening Lynn mengernyit, antara terkejut dan menerka, ia merasa otaknya beku di bola mata cokelat hangat itu. Mereka saling bertatap beberapa detik, hening mencari jawaban lewat masing-masing batin.

Dari balik masker itu, Lynn merasa pemuda di depannya tersenyum. Alis pemuda itu terangkat, matanya agak menyipit. Saat itu, Lynn kian tercenung di gerakan hendak membuka pintu.

"Lei Han?"

***

Et et Lynn ciye ketahuan naksir sama Fei :v Yok gimana kelanjutannya, ditunggu ya part selanjutnya. Thank you buat yang sudah votes dan komen juga sudah setia menunggu kelanjutan cerita ini :') ku terhura :')

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang