Kuntum 31 - 第三十一章

144 18 0
                                    


Sarapan bakcang gratis dari Feifei ternyata lumayan nikmat juga. Perpaduan nasi berbungkus limas daun bambu, berisi daging ayam kecap yany gurih, sangat pas dengan perut Lynn di pagi hari. Manakala hari ini, proses untuk pembuatan dan perekrutan kru pun sudah di mulai, pasti tenaga akan lebih banyak digunakan.

Semalam Feifei sudah memberikan beberapa kru yang dibutuhkan. Ada tiga kameramen yang berkamuflase jadi staf-staf kecil, peralatan dan sebagainya, masing-masing satu soundman, makeover, pengarah cahaya (lighting), pengatur set dan lokasi, koordinator skrip, dan editor. Skenario film dan sutradara akan dipegang langsung oleh Lynn, Feifei dan Luo Yi. Karena berhubung ide cerita Lynn waktu itu sudah disepekati, maka tinggal menempuh waktu untuk menyiapkan kelengkapan skenarionya dalam pra produksi yang dijadwalkan ditempuh selama seminggu. Lebih cepat dari perfilman pada umumnya, memang.

Dalam pembuatan film, pada sesungguhnya, mereka membutuhkan satu produser untuk menjalankan film sesuai arahan konsumen atau penikmat film nantinya. Tapi karena ini di kampus, maka produser ala-ala mereka adalah Zhao laoshi sendiri. Beliau yang nantinya akan mengedit naskah skenario dan mengkoordinir keutuhan masing-masing film.

Pelajaran pertama dimulai beberapa menit lagi. Kelas yang mahasiswanya tidak terlalu banyak itu mulai mengisi separuh ruangan. Brandon Jun dan Ban Xiao Song sibuk mengobrol dengan teman prianya di belakang kelas. Ricuhnya ruangan, membuat Lynn tak bisa menahan rasa untuk memberitahu apa yang terjadi kemarin.

"Feifei," panggil Lynn setengah berbisik. Feifei yang kali ini duduk di depannya dengan kursi terbalik, mengangkat wajah.

"Apa?"

Lynn agak menoleh ke samping kanan dan kiri, memastikan baik Luo Yi dan Lei Han berada jauh darinya.

"Berjanji padaku kau tak mengatakan ini pada siapapun," sahut Lynn lagi. Gadis di depannya menatap serius lalu mengangguk sambil menaikan tungkai kacamatanya.

"Ada apa? Kenapa rahasia sekali?"

"Kemarin aku dan Lei Han pergi ke Yihe Quan sampai sore. Dan--"

Mata sipit Feifei membulat dibalik kacamatanya, mulutnya setengah terbuka dan menarik napas tak menyangka.

"Kau dan..."

Lynn buru-buru membekap mulut Feifei dengan sebelah tangan, menoleh takut ke arah Lei Han yang masih asyik dengan obrolannya, juga Luo Yi yang belum datang.

Feifei menepis bekapan Lynn. Gadis itu menarik kursinya lebih dekat hingga matanya agak menjereng ketika menatap Lynn dengan seribu tanya.

"Bagaimana bisa kalian berdua pergi ke sana tanpa ada berita..?"

"Aku belum selesai bicara, Nona. Aku dan Lei Han ke sana karena Lei Han ingin membantuku riset lokasi pengambilan film kita. Kebetulan, waktu di toko buku kemarin, kami bertemu. Dan.."

"Kebetulan?" Suara Feifei agak meninggi, ia mundur sejenak. Ekspresinya seperti meremeh tak menyangka. Kemudian ia kembali menatap Lynn dengan gemas. "Lynn, kau ini naif atau benar-benar tidak tahu?"

Lynn mengerut bingung. "Apa maksudmu?"

"Lei Han mengajakmu ke Yihe Quan? Dengan apa kalian ke sana?" Introgasi Feifei kian mendetail.

"Mobil Lei Han tentu saja. Kami lewat jalan rahasia untuk memasuki istana."

Feifei mendecih. "Lihat? Sekarang kau benar-benar temannya."

"Apa maksudmu? Aku kan memang temannya. Kita semua berteman. Kenapa sih, kau selalu tidak setuju kalau aku berteman dengan dia? Dia sangat baik seperti yang lain," jelas Lynn tanpa ingin menyinggung. Ia hanya tak habis pikir. Setelah mendapat informasi dari Feifei kalau Lei Han lah tersangka sementara yang meletakkan bunga itu, ia pikir Feifei akan merestui hubungan dekat dengan Lei Han. Karena Feifei sendiri yang membuat pemikiran dan pembuktian demikian. Tapi ketika Lynn mendapat kesempatan untuk benar-benar berteman seperti yang Feifei maksud, gadis itu malah beremosi aneh.

"Kau tahu kenapa aku tidak pernah mau dekat-dekat dengan Ban Xiao Song?" Jeda sejenak, Lynn ingin menerkanya, tapi Feifei kembali berbicara. "Karena Xiao Song sudah sangat terkenal di kalangan kerabat Lei Han, dan sering kali diolok-olok dan dipertanyakan kenapa Lei Han bisa punya teman seperti Xiao Song."

Alis Lynn berkutat tak setuju. "Memangnya kenapa dengan Xiao Song? Dia baik."

"Dia memang baik untuk kalangan kita, Lynn. Tapi kehidupan sosialita Lei Han, jauh berbeda dari yang kau kira. Ada banyak negatif daripada postif. Karena mereka selalu iri pada siapapun yang dekat dengan Lei Han." Feifei bicara banyak sampai lupa mengatur nada suaranya.

"Feifei, aku tahu kau berusaha membuatku untuk terhindar dari kehidupan sosialita kejam di kalangan Lei Han. Tapi, beribu kali aku ingin menjauh, justru yang kulakukan malah kebodohan. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, Fei." Lynn menatap sahabatnya seakan memohon pengertian. Feifei memang bukan tipe orang yang mudah terbuka akan sesuatu. Mungkin itu adalah semacam shield yang Feifei buat untuk terhindar dari luka-luka psikologis. Lynn pernah diceritakan masa lalunya kalau Feifei sering diolok-olok teman sekolahnya waktu SD karena dia berkacamata, dan berkawat gigi. Meski begitu banyak menyisakan luka, kepribadian dan kedewasaan mengajarkannya untuk mawas diri. Ia tidak bisa selamanya lemah terus. Ia harus bisa melawan kekurangannya.

Dan Lynn percaya, keyakinan itulah yang membuat Feifei ingin membuatkan shield tersendiri untuk Lynn sendiri. Tapi bagaimanapun, Lynn tidak bisa melakukannya. Hatinya meronta untuk melepas langkah, pikirannya jauh melambung jika tak sedetikpun melihatnya. Cinta adalah penguasa misteri dan pemenang harapan. Di jawaban yang ia tunggu, tanpa sadar, ada harapan yang ia ingin kemukakan sebagai kenyataannya.

"Kau bisa mengakuinya sekarang?" Feifei menatap masam. Tanpa sadar, kepala Lynn pelan-pelan tertunduk, menatap sampul buku memo di atas mejanya hingga kilasan matahari sore dan senyum Brandon Jun kembali melintas dalam kepalanya.

"Kurasa, tidak ada yang bisa menahan itu lagi."

***

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang