"Okay, jadi, kira-kira kita membutuhkan satu orang bervisual teduh seperti yang kau ceritakan itu ya," tanggap Fei yang langsung mengerti posisi para cast supaya sesuai dengan keinginan cerita itu.Lynn agak kaget melihat Fei langsung memutuskan keputusan begitu. "Eh, tunggu. Kalian.. setuju cerita itu yang akan kita jalankan?"
Mata Fei mengerling jengah ke arah Luo Yi di sebelahnya. Lynn mengikuti arah pandang Fei, menatap pemuda yang agak tertegun beberapa detik lalu mengucapkan sesuatu.
"O. Aku sih, setuju. Itu ide yang kompleks. Maksudku, ada unsur tradisionalnya, terutama di bagian Istana Summer Palace. Bukankah lebih bagus kalau ceritanya klasik seperti ini?" ungkap Luo Yi memandang bolak-balik ke arah Lynn dan Fei.
Lalu Fei menyingkap keadaan dengan cepat. "Dengar? Aku juga sependapat. Nah, jadi apa kau punya pendapat tentang pemeran yang cocok? Siapa yang kau bayangi ketika membuat cerita ini? Siapa tahu kita bisa cari supaya pas dengan isi skenario hingga film kita lebih hidup dan menarik," kata Fei terus-terusan membuat kepala Lynn mendesak wajah seseorang yang sedari tadi dibayangkan olehnya. Seseorang yang terus-terusan membuat degup jantung Lynn terpompa bahkan hanya membayangkannya saja. Tapi bibir Lynn kaku, ia tak berani mengajukan seseorang dalam kepalanya itu. Ia takut pendapat itu kedengaran sangat frontal.
"Kurasa..." Belum selesai bicara, tiba-tiba Feifei teringat sesuatu, menyelak Lynn.
"Eh, Lynn tunggu sebentar. Password untuk akun pembayaranku yang baru sudah kau dapatkan?"
Waktu istirahat tadi, tiba-tiba akun aplikasi untuk membayar makanan di kantin (di China sudah banyak menggunakan teknologi tap pay menggunakan sistem aplikasi dan sistem ponsel. Jadi ponsel siswa yang sudah diisi saldo dalam aplikasi itu bisa di ditempelkan dalam mesin pembayaran tanpa cash) milik Feifei eror. Kebetulan, Feifei juga meminta bantuan Lynn yang saat itu juga mau ke Leixin laoshi jadi sekalian minta tolong dibuatkan akun yang baru. Dan Lynn baru teringat sekarang, ia lupa memberikan password itu kepada Feifei.
Sekilas Lynn memukul keningnya sambil bergumam astaga. Buru-buru ia membuka tasnya, mengecek saku jaket dan celana, tapi ia tidak menemukan keberadaan ponselnya. Lynn mulai cemas. Feifei dan Luo Yi memandangi dengan bingung.
"Ada apa?" tanya Luo Yi terus mengamati tangan Lynn liar mengangkat tumpukan buku di atas meja, melongok ke bawah meja, sekali lagi meraba saku celananya.
"Ponselku.." gumam Lynn. Kali ini Feifei dan Luo Yi ikut-ikutan membantu Lynn mencari benda itu.
Menyerah karena tidak ketemu disekelilingnya, akhirnya Lynn memutuskan pergi ke loker, karena siapa tahu benda itu kelupaan ada di sana.
"Lynn, kau ini bagaimana. Tadi kau abis pakai di mana?" protes Feifei setelah mengubek-ngubek tempatnya sendiri tidak ketemu juga.
Lynn meringis. "Aku lupa."
"Begini saja. Berapa nomormu? Aku telepon siapa tahu bisa di angkat orang terdekat ponselmu." Luo Yi mengacungkan ponselnya, menyodorkannya untuk Lynn. Awalnya Lynn agak lupa nomor telepon China-nya. Bahkan ia tidak pernah mengingatnya karena angkanya agak memusingkan. Luo Yi yang memperhatikan itu seperti tahu apa yang Lynn pikirkan.
"Kau... tidak tahu nomor ponselmu?"
Terdengar Fei mengaduh.
Lynn melemparkan senyum khasnya, kemudian mengembalikan ponsel itu kembali ke pada Luo Yi.
"Aiyah. Lynn, ingat-ingat lagi, ayo. Terakhir kau letakkan di mana?" Feifei menatap agak gemas. Lynn tahu sahabat wanitanya itu selalu agak resah tiap kali penyakitnya kumat. Kejadian ini bukan pertama kalinya. Justru ini sudah kedua kalinya. Pertama kali, Lynn selamat karena waktu itu Brandon Jun menemukan ponselnya di ruang Studio 1 sehabis pelajaran kamera. Nah, kali ini, Lynn benar-benar lupa meninggalkan benda itu di mana.
Lynn mengelus keningnya, berharap ada kilasan memori yang melintas. "Terakhir itu.."
Tiba-tiba dari samping, seseorang yang baru masuk ke kelas meletakkan ponsel Lynn di atas mejanya sambil lewat di sampingnya. Lynn tersentak cepat, beralih langsung ke seseorang yang baru saja lewat mejanya itu.
Pandangannya langsung tertubruk oleh punggung tinggi Brandon Jun yang menoleh sekilas ke arahnya sambil berkata, "jangan tinggalkan ponselmu di atas lemari loker lagi ya."
Wajah Lynn langsung bersemu. Brandon Jun beranjak duduk di kursinya sambil terus tersenyum, menatap Lynn dari kejauhan. Tempat duduk Brandon Jun berbeda tiga meja ke belakang agak ke kanan dari tempat Lynn.
"Aiyah, bagaimana bisa di atas lemari loker? Ah, sudahlah, sini berikan padaku passwordnya. Aku mau membeli camilan di kantin," seru Feifei mengabaikan semu di wajah Lynn.
Walau Lynn susah payah menyembunyikan rasa senang itu, tapi Luo Yi sudah tahu dari awal.
Wajahmu memberi tahu segalanya.
***
Whehehe saya apdet nih hari ini gara-gara kemarin abis push ranked langsung ke epic III. Yaampun, mau naik itu aja susah banget tau, jadi aku selalu ngepush dulu baru nulis. Haha parah ya, orang mah nulis dulu baru push. Abis gimana ya, besok seasonnya abis, nanti kalau ga di push aku turun jauh banget bisa-bisa ke grandmaster II. Kan capek :') belum lagi timnya itu... Hadeuh. Eh kok malah curcol mobile legend di sini sih, duh. Wkwkw. Maaf yak.Btw, besok aku update lagi apa push ranked dulu ya? XD
KAMU SEDANG MEMBACA
Peony
Ficción GeneralCompleted. Sebuah bunga pagi dari belahan Istana Musim Panas dari Dinasti Jin bermekaran. Musim Semi pada pertengahan Semester di Beijing Film University, ada rahasia dari keindahan yang besar itu. Di dalam loker 101, Lynn menemukan sekuncup Peony t...