Kuntum 33 - 第三十三章

133 15 0
                                    


Bersama teman-teman yang lain, Lynn keluar perpustakaan seraya melambai sampai jumpa kepada mereka. Setelah selesai rapat kecil-kecilan yang memakan waktu setengah jam, Lynn berpendapat, sore jadi terasa lebih cepat. Padahal sekarang baru pukul tiga. Langit di Beijing terasa lebih petang dibanding di Jakarta. Semburat oranye yang mewarnai langit diantas kanvas birunya, bertemu dengan bongkahan awan tipis, cerah musim semi pada matahari sore masih terasa hangat.

"Lynn, kurasa aku hari ini tidak bisa ke Weihu." Dari belakang Lynn, Luo Yi muncul paling akhir dari dalam perpustakaan.

Lynn yang sedang berdiri di sebelah balkon koridor panjang yang terbuka menghadap taman menoleh cepat ke arah pemuda itu. "Ada apa? Kau mau asistensi?"

Pemuda itu mengangkat tangannya, seraya memberi kode untuk izin menjawab telepon. Dengan agak tergopoh, ia mengangkat telepon yang berbunyi itu.

Feifei yang masih sibuk memeriksa data-data hasil rapat tadi sesekali mencuri pendengaran dan melirik Lynn mengedutkan alisnya, seakan-akan bertanya 'kenapa dia' yang kemudian dijawab gelengan pelan Lynn.

Tepat setelah itu, Luo Yi menutup telepon yang kedengarannya seperti dari salah satu dosen yang ia asistensi.

"Laoshi Yu membutuhkanku." Luo Yi mengangkat alis, tersenyum maklum.

"Luo Yi, sebenarnya kau asistensi berapa dosen?"

Tak menggubris pertanyaan Lynn, Luo Yi melirik jam tangannya lalu terkekeh pelan sambil hendak beranjak pergi.

"Yang pasti bukan satu. Sampai besok, Lynn." Luo Yi melambai singkat, meninggalkan kesan misterius setengah bercanda lalu berlari pergi menyusuri koridor hingga suara dentuman langkahnya menggema ke ruang koridor yang sepi itu.

Dari tempatnya berdiri, Feifei menghampiri Lynn seraya memberitahu. "Setahuku dia mengasistensi banyak dosen. Makanya hidupnya selalu begitu. Tidak pernah ada waktu bermainnya."

Lynn masih memandangi bayangan kosong kepergian Luo Yi tadi. Tanpa sadar, mulutnya menggumam pelan. "Dia tidak pernah memberitahuku apapun tentang itu."

Feifei melirik Lynn setengah berkilat remeh. "Dia itu sedikit aneh. Hal yang tidak perlu, suka dirahasiakan. Ya, begitulah. Aku tidak begitu peduli sebenarnya."

Otak Lynn kosong. Ia tidak memiliki opini atas jawaban Feifei. Karena selama ini yang Lynn tahu soal Luo Yi adalah hanya pemuda manis baik hati, dan seorang yang sangat enak diajak mengobrol. Walau sesekali Luo Yi sering menimbulkan pertanyaan-pertanyaan secara tidak langsung, tapi Lynn masih bisa menduganya diam-diam. Tidak seperti membayangi Lei Han, yang segala kehidupannya tak pernah tergambar dalam otak Lynn. Seorang artis besar yang tumbuh di segerombolan kehidupan yang amat normal, bagi Lynn itu sulit dibayangkan.

Tapi, hati Lynn masih terenyuh waktu kepalanya mengingat pertanyaan Luo Yi malam itu.

Apakah kau menyukai Lei Han?

Bukan jawaban yang justru muncul dari kepalanya. Malah amuba akan pertanyaan yang kian menggandakan dirinya. Kenapa Luo Yi bertanya demikian? Apa hubungannya? Bagaimana bisa Luo Yi bisa berkata begitu? Apa yang salah sebenarnya? Dan masih banyak lagi. Lynn sadar, setelah Luo Yi mengajukan pertanyaan itu, Lynn seperti punya jawaban yang ia simpan dalam hatinya. Di letakkan di peti paling rahasia, lalu dikunci dan kuncinya di buang ke samudra hingga ditemukan oleh putri duyung ajaib sendirinya. Sampai kapanpun, Lynn tidak ingin Luo Yi tahu jawabannya karena sampai detik ini, rasanya seperti salah jika ia memberitahu perasaan yang sebenarnya kepadanya. Lynn tidak tahu makna kenapa ia tidak ingin memberitahu Luo Yi soal perasaannya.

Tapi yang pasti, Lynn tidak mau merasa jauh dengan Luo Yi jika seandainya Luo Yi kecewa pada jawaban itu.

Dari saku Feifei, ponselnya bergetar. Gadis itu agak kerepotan karena tangannya penuh lembaran kertas dan buku. Jadi dengan sedikit mengacungkan kantung celananya, Feifei melirik Lynn memintanya mengambilkan benda itu.

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang