Kuntum 50 - 第五十章

99 12 2
                                    


Alur mulai bergerak menuju pertengahan cerita. Walau lelah, tapi otak Zi Wei tak berhenti mendidih untuk sampai menuju konflik cerita. Yaitu di saat Brandon akan mengatakan barisan dialog kalau ia tidak bisa membalas cinta seorang asisten managernya. Tidak semua cinta juga harus memiliki, jadi di sanalah letak pembalasan Zi Wei yang tak kasat untuk Lynn.

Menjadikan Lynn sebuah peran dalam ceritanya, juga salah satu hal yang membuat Lynn mau tak mau mendalami si tokoh. Lynn seharusnya menghayati bagian itu. Bagaimana posisinya seharusnya berada, baik di film atau di kenyataan. Dan tujuan untuk membuat Lynn mundur dari Brandon ada dalam kalimat dialog itu. Zi Wei ingin Lynn mencamkan kalimat itu dalam otaknya, dan meresapinya bukan hanya di film melainkan pada kenyataan.

Brandon Jun tidak pernah pantas untuknya. Brandon Jun terlalu spesial untuknya. Tapi, apakah hanya dengan sebaris kalimat itu Zi Wei bisa puas membayar seluruh panas dan remum redam dalam hatinya?

Pemandangan di balik kamera, bagaimana cara Brandon Jun menatap Lynn, bagaimana Lynn berbicara agak malu-malu tapi cukup membuat gestur Lei Han begitu tertarik padanya, cara mereka saling memandang, cara mereka berbicara satu sama lain, membuat Zi Wei selalu ingin angkat pantat dari kursi sutradaranya dan menarik Lynn jauh dari sana. Pergi dan menghilang.

Ia tidak rela.

Benar-benar tidak rela.

Karena sebagai sutradara, posisi itu terlalu nyata untuk menyadari kalau cara memandang Lei Han dan Lynn di dalam syuting, ternyata bukan akting. Melainkan betulan. Zi Wei sangat tahu bagaimana akting Lei Han dan sikap yang sesungguhnya. Dan dalam permainan ini, ia sama sekali tidak menemukan bentuk akting manapun yang membuatnya untuk meyakini kalau Lynn akan terperosok setelah syuting ini selesai.

Dan kenyataan itu, yang membuat seluruh kru tersenyum lega karena baik Lei Han dan Lynn memyempurnakan jalannya syuting dengan akting yang sangat sempurna.

Tanpa sadar, genggaman tangan Zi Wei mengerat hingga hampir membuat ujung buku skrip skenarionya kusut.

Bukan ini yang ia harapkan. Bukan kesempurnaan ini yang ia inginkan. Melainkan Zi Wei menginginkan kehancuran untuk Lynn miliki dan ingat-ingat dalam hidupnya. Kalau Lynn hanyalah seorang asisten manager yang sama tak pantas untuk berada di dekat Lei Han.

"Zi Wei, apa kau ingin melanjutkan syutingnya lagi? Kita sudah menuju pertengahan cerita dan sepertinya kru di sini nampak kelelahan--"

"Tidak." Zi Wei memotong cepat, memandang salah satu kameramennya tegas. "Scene terakhir bagian perpisahan. Aku mau kita selesai di sana. Lynn orang sibuk, kita harus memanfaatkannya seharian penuh ini."

"Tapi, Zi Wei, Lynn kelelehan."

"Aku tidak peduli."

Pemuda kameramen itu mengerutkan alis, tapi Zi Wei balik mengangkat satu alisnya.

"Kau mau bilang apalagi? Sudah selayaknya para artisku merasa lelah. Aku pun lelah. Kita semua lelah. Ayo, sebelum pertengahan malam, aku ingin scene ini selesai, supaya besok tinggal mengumpulkan bahan untuk di edit."

Pemuda kameramen itu hanya menghela napas lalu menjawab ya yang singkat. Tahu semua orang di sini lelah, tapi dalam hati Zi Wei ada kekukuhan yang kuat untuk dendamnya pada Lynn. Ia harus menumpahkan semua pahit dan kekesalan itu di scene terakhir. Ia harus meledakkan semua konflik di antara konflik itu. Hingga Lynn sadar, kalau ia bukan hanya menyedihkan di dalam cerita. Melainkan di dunia kenyataan pula demikian.

Tidak ada yang pantas menjadi pacar Lei Han selain dirinya.

Mengenal Lei Han dari kecil, tumbuh bersama dalam satu kekeluargaan.

Tidak ada waktu yang lebih lama dari itu. Dan Zi Wei memiliki seluruh rekaman Lei Han dari masa lampau. Dan bahkan, secara tidak sadar, ia sudah memiliki dan mengunci hati Lei Han untuk tidak kabur ke mana-mana. Tanpa tahu sebenarnya, Lei Han tak pernah menginginkannya.

***

Gengs, yuk merapat, setelah ini ada part konflik yang kalian nanti nantikan lho hehe. Stay tuned yaa makasih^^

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang