Kuntum 7 : 第七 章 (1)

325 34 0
                                    


Pagi itu, setelah ritual Ban Xiao Song--membeli bakpau di kantin belakang sambil menggoda mahasiswi baru yang ia kenal lewat *Weibo perkumpulan mahasiswa BFU--Xiao Song kembali ke kelas. Masih sepi dan saat itu ia akan menghabiskan waktu menonton konser panggung salah satu grup band favoritenya pakai wifi. Tapi ketika ia memasuki kelas, sekilas, ia melihat batang hidung Lynn muncul dari ambang pintu, hampir menabraknya.

"Lynn!" seru Xiao Song agak kaget. Wajah gadis itu sama-sama terkesiap, kemudian tertawa pelan.

"Oh, Xiao Song. Pagi," sapanya mengumbar senyum. Lynn ternyata cuma mau buang sampah di pojok kelas, kemudian ia mengarah pandangan ke bakpau enak yang digenggam Xiao Song.

"Xiao Song, kau beli di mana bakpao itu?"

Xiao Song mengacungkan roti isi itu. "Ini? Kau mau? Ambil saja." Xiao Song menyodorkan bakpau itu tanpa di minta, namun Lynn cepat-cepat menolaknya.

"Eh, bukan. Bukan. Aku kan hanya bertanya, biar aku beli sendiri. Jangan repot-repot," tolak Lynn halus, mengulas cengir khasnya yang manis. Wajah Lynn walau agak chinese, tapi tetap saja bentuk mata dan bibirnya bisa membedakan kalau dia kelihatan bukan pribumi asli. Mata besar dan bibir tebal dipadu dengan gigi rata putih yang manis. Walau kulitnya tidak begitu putih, agak kecokelatan, tapi itulah yang membuatnya menarik. Kombinasi yang tepat untuk orang asia berparas tropis.

"Di kantin belakang, ayo, mau kuantar?" Xiao Song menawarkan, lalu dengan sekali anggukan cepat Lynn menarik Xiao Song keluar kelas dan berjalan menyusuri koridor menuju kantin yang di maksud.

"Eh, Lynn, bagaimana bisa kau kenal dengan Feifei?" tanya Xiao Song sesampainya mereka di kios bakpau yang kebetulan pagi itu agak lengang.

"Leixin laoshi yang mendatangkan Fei padaku. Katanya dia pintar bahasa Inggris dan bisa membantuku untuk beradaptasi. Fei sangat baik, dan dia sangat membantuku akhir-akhir ini." Lynn menjelaskan dengan bahasa mandarin yang agak kaku tapi cukup lancar.

Xiao Song dan Lynn kembali ke kelas. Sepanjang menyusuri lorong, pikiran Xiao Song tak beralih dari keinginannya untuk mendekati Lynn supaya bisa mencuri hati Feifei. Sepanjang tahun ini, Xiao Song agak pasrah karena Feifei bukan gadis yang mudah ditaklukan. Anehnya, Xiao Song juga tidak mengerti kenapa ia sebegitu tertariknya bisa menyukai gadis tomboi itu.

"Xiao Song," panggil Lynn mengumbar lamunannya.
"Hm?
Lynn menoleh ragu ke arahnya. "Kudengar kau menyukai Feifei, ya?"
Gadis itu menyelipkan cengirannya, berharap pertanyaan itu tidak menyinggung perasaannya.

"Semua orang tahu itu. Aku tak menyangkalnya," kata Xiao Song sembari menunduk, tiba-tiba merasa malu.

Lynn terus merujuk. "Kenapa kau bisa suka padanya? Kau tahu, kan. Feifei itu sangat galak. Kacamatanya saja cuma untuk penyamaran. Terlebih, kau yang menyukai gadis seperti itu."

"Memangnya kenapa kalau aku suka dengan Feifei? Kau pikir, orang yang suka Feifei harus berperawakan dewasa, tampan dan perut enam kotak begitu?"

Lynn tertawa sekilas. "Bukan. Kau sangat lemah lembut, hanya tidak bisa membayangkan saja bagaimana nanti kalian jadi pasangan suami istri."

Dari samping, Xiao Song menoleh ragu. "Sebenarnya, awal pertemuanku dengan Feifei sangat picisan."

Menyusuri koridor yang sampingnya menghadap langsung ke hamparan taman dan gedung-gedung kampus lainnya, membuat keduanya nyaman mengisi waktu lima menit menuju kelas itu.

"Feifei sangat menyukai puisi romantis klasik China. Dulu, waktu pertama kali masuk jadi mahasiswa baru, Feifei mencari buku itu di perpustakaan. Bertanya dengan sekumpulan gadis yang adalah kakak tingkat. Tapi nyatanya Fei malah diolok dan diejek. Katanya, untuk apa baca puisi begitu. Kuliah di sini harus serius, bla.. bla.. bla.. Karena aku sebal dengan kakak tingkat sombong itu, aku berlari ke laoshi Li bertanya di mana bagian buku puisi klasik. Kebetulan, aku habis meminjam teori cinematography. Lalu aku berlari ke arah Feifei yang kelihatannya agak terpukul itu. Pertamanya, Feifei memberontak ajakanku, tapi akhirnya aku bersikeras mengantarnya ke lemari buku itu. Seketika, Fei langsung terdiam dan menatapku.." Xiao Song berhenti di ujung kalimat, membuat Lynn melongok ke depan wajah Xiao Song, menanti lanjutannya.

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang