Kuntum 8 : 第八章

304 32 2
                                    


Ternyata kejadian tadi pagi sedikit membuat keadaan kelas meregang. Teman-teman Zi Wei sedang tidak dikelas. Mungkin pergi ke kantin, mengisi setengah waktu istirahat. Sementara itu, Brandon Jun juga tidak di tempat, entah kemana. Lynn menatapi kursi kosong sedikit sendu.

Feifei melemparkan tubuhnya ke kursi di depan Lynn, melemparkan bakcang dari tangannya.

"Untukmu," kata Feifei datar. Lynn agak kaget. Ia memandang bungkusan daun kerucut itu bimbang.

"Bakcang?"

Feifei mengangguk. Tapi Lynn segera menggeleng. "Tidak. Aku kenyang dengan bakpau tadi pagi." Lynn menolak dengan cengiran khasnya, membuat Feifei mendengkus menyesal, kembali mengambil bakcang itu. Tapi ketika Feifei hendak mengambilnya, seseorang dengan sergap merampas bakcang itu lebih dulu.

"Ei!" seru Feifei terperangah oleh seorang pemuda yang tiba-tiba datang.

Lynn menoleh cepat ke arah Ban Xiao Song yang tersenyum usil.

"Untukku saja," sahut Xiao Song. Cepat-cepat membuka bungkusan bakcang itu dan melahapnya seperti orang kelaparan. Terdengar Feifei menghela napas tak peduli, ia memutar bola matanya jengah, kemudian duduk di hadapan Lynn yang agak tertawa.

"Makan sana sepuasnya. Dasar pria tidak jantan. Mau-maunya dikatai oleh Zi Wei," gerutu Feifei pelan. Lynn terkikik, sementara Xiao Song berseru dengan mulut penuh.

"Apa? Kau bilang apa? Kau bilang kau menyukaiku?" Xiao Song tertawa, kembali melanjutkan, "aku tahu. Aku tahu."

Sedetik kemudian, Xiao Song meringis karena kepalanya ditempeleng keras oleh Feifei.

"Feifei, aku bisa lupa ingatan kalau dipukul begitu, tahu? Kalau aku lupa ingatan, kau rela aku meninggalkanmu? Nanti kalau kau sendirian, siapa yang menyapamu setiap pagi? Siapa yang mengantarmu naik bis? Siapa yang ... menggenggam tanganmu ketika kau butuh kehangatan?"

Lynn tergelak tawa. Dengan cepat, Feifei menyembur galak, "mati saja kau!"

Tapi kegalakan itu malah dibalas tawa geli Xiao Song yang kembali patuh menghabiskan bakcangnya. Pemuda itu menarik kursi dari meja kelas yang lain, duduk di antara Lynn dan Feifei.

"Lynn, jangan pikirkan kata-kata Zi Wei tadi. Dia selalu cari ribut kalau dirinya merasa terancam begitu," ujar Feifei menatap Lynn serius. Xiao Song mengangguk. Karisma Xiao Song yang charming tadi seketika lenyap kalau diingat kala Zi Wei mengoloknya seperti pagi tadi.

Lynn tersenyum ke arah keduanya. "Jangan khawatir. Aku sama sekali tidak pernah memikirkannya. Hanya saja, apa maksudmu Zi Wei terancam?"

Dari depan, Feifei menarik napas panjang. "Karena dia dekat dengan Lei Han, dia jadi menganggap pemuda itu adalah miliknya."

Dahi Lynn mengerut dalam. "Maksudmu? Apa hubungannya dengan aku?"

"Aku merasa Lei Han agak.. jauh dari Zi Wei akhir-akhir ini, betul begitu bukan, Xiao Song?"

Yang ditanya manggut-manggut. Sebelum bersuara, ia menelan gumpalan nasi isi itu lumat-lumat hingga agak terbatuk-batuk.

"Ya. Aku juga merasa Lei Han menjauh. Sebenarnya, aku tidak mau membocorkan gagasan Lei Han akhir-akhir ini karena, yah... dia tidak mau orang-orang mengambil opini aneh. Kau tahu, kan. Dia artis, jadi kalau menyebar opini seenaknya, bisa dijadikan bahan gosip dunia," tutur Xiao Song seakan memberi pengertian pada sahabatnya itu. Lynn mengangguk cepat, tapi Feifei kembali memukul pundak Xiao Song.

"Kau pikir kami stalker fangirlnya? Ayolah, kau gila. Cepat katakan!" perintah Feifei. Enak sekali, Feifei bisa memerintahkan sahabat Lei Han sebegini patuhnya. Seandainya Lynn tahu isi hati Brandon Jun yang sebenarnya.. apakah ia bisa mencari-cari di dalam hati pemuda itu ada dirinya? Lynn mengerjap singkat. Astaga, apa yang ia pikirkan?

"Seharusnya kau juga tahu kenapa Zi Wei dijauhkan oleh Lei Han. Karena satu, dia sangat egois dan bermulut kasar seperti tadi. Astaga, sayang sekali, padahal dia cantik tapi mulutnya seperti terkena racun Li Mo Chou yang mematikan," komentar Xiao Song.

Lynn menyelak agak ragu. "Memangnya, Zi Wei dan Lei Han itu pernah... pacaran?"

Feifei dan Xiao Song kompak menahan tawa remehnya.

"Tidak pernah sekalipun. Tapi, keluarga Zi Wei sangat dekat dengan Lei Han. Mereka seperti teman dari kecil. Bahkan Zi Wei tahu segala permasalahan dunia artis Lei Han. Jadi, merasa dia paling dekat dengan orang yang paling dikerubuti para gadis, ia jadi sangat sombong merasa Lei Han selalu di sisinya. Padahal, ya. Lei Han tidak pernah sekalipun menganggap Zi Wei lebih dari seorang teman kecil. Zi Wei saja yang terlalu berharap." Xiao Song bercerita dengan suara pelan, sambil mengulum mulutnya dengan bakcang itu.

Mendengar penjelasan itu entah kenapa membuat hati Lynn agak risau.

Jadi, Zi Wei teman kecil Brandon Jun, ya? Sudah pasti Zi Wei yang memiliki kesempatan lebih banyak untuk mengenal dan menemani separuh hidup Brandon Jun ke depannya. Dan Lynn yang hanya menetap 6 bulan di sini, sudah pasti tidak memiliki harapan sebagaimana ia berharap cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Bahkan Zi Wei tak main-main. Keluarga mereka sudah sangat akrab. Membayangkan wajah ibu dan ayah Brandon saja kian membuat nyali Lynn menciut. Dia siapa? Brandon sangat spesial, sedangkan dirinya tidak.

"Lynn, sebenarnya, aku ingin memberitahumu sesuatu.." Feifei menatapnya dalam. Nada bicaranya pelan, dan serius. Xiao Song menoleh penuh tanya ke arah gadis kacamata itu.

"Ada apa? Apa ada masalah?" Xiao Song mengabaikan wajah muram Feifei. Gadis itu berdecak dan menyuruh Xiao Song untuk diam sebentar.

"Ada apa, Fei?"

Pandangan Feifei merasuk dalam ke bola matanya, seakan manik cokelat itu menusukkan sesuatu hingga membuat sekujur tubuh Lynn mendadak seperti di guyur hujaman es.

"Ini soal Peony. Aku sepertinya tahu siapa yang meletakkan itu. Kau sudah periksa lokermu hari ini?"

Lynn membulatkan matanya, menggeleng cepat. Lalu tanpa disuruh ia buru-buru ke ruang loker di ujung koridor, setengah berlari sementara Xiao Song tak ikut. Lynn agak gemetar, ketika ia menusukkan kuncinya, membuka pintu besi persegi panjang itu cepat-cepat. Sedetik kemudian, napasnya terhenti dalam sekejap.

Feifei mendekati Lynn, melirik ke dalam lemari loker itu.

Kemudian, ia berkata pelan, "tadi pagi, waktu aku meletakkan buku di loker, tanpa sengaja aku melihat Lei Han berdiri di depan lokermu dan sedang menutup pintu lokermu."

Sekujur tubuh Lynn membeku. Matanya terpaku pada seonggok bunga kecil berwarna merah muda berlapis kuntum banyak itu, menyudut di tempat yang sama ketika pertama kali ia mendapatkan Peony itu. Feifei menyentuh pundaknya yang kaku, kembali berujar, "apakah bunga ini benar dari Lei Han?"

Entah untuk detik ke berapa, Lynn tidak bisa berpikir sementara udara di sekitarnya seperti menghilang. Ia tak bisa bernapas normal, jantungnya berdebar tak keruan. Dan ia tak bisa menemukan suaranya kala membayangkan tubuh Brandon Jun tadi pagi, menghalau segala ketakutannya dan memberi perlindungan yang sangat...

Menetap dihati.

***

Selamat hari Bakcang versi China gais! Kemarin sih sebenarnya, telat hehe. Pantengin terus Peony ya! Terima kasih buat yang sudah menunggu apdet :) sebenarnya udah mulai banyak draft, tp bingung mau mulai update tiap hari dari hari apa :')

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang