"Fei, maksudmu apa? Tugas dari laoshi Zhao adalah tugas yang sangat dinantikan seluruh orang dikelas?"Perpustakaan BFU yang luas dan besar pagi itu tidak begitu ramai. Lynn dan Feifei duduk di meja panjang yang diapit lemari buku tiap sisinya. Ruangan berbentuk segiempat ini memiliki hampir lima puluh lemari buku. Sebagian meja ada di sisi luar agak menghadap jendela besar. Sebetulnya Lynn ingin duduk di sana supaya bisa lihat taman yang mengarah ke piramida kecil khas BFU, tapi apalah daya Fei dengan galak menyuruhnya nurut duduk di meja yang menghadap persis ke meja penjaga perpustakaan.
"Tugas itu semacam skor tambahan yang efeknya lumayan besar. Kata laoshi Zhao, kalau hasilnya baik nanti akan dipertimbangkan untuk diikutsertakan ke New York Akademi."
Mata Lynn melebar kaget. "Hah? Kau serius? Tapi--tapi--laoshi Zhao, menyuruhku untuk jadi sutradaranya--bukankah itu--" Lynn tersekat disepanjang kalimatnya. Rambut Lynn yang selalu dicepit poni ke belakang, menampikan keningnya yang berkeruh resah.
"Ei. Laoshi percaya padamu, masa kau tidak percaya pada dirimu sendiri?"
Lynn melesakkan bahu, pasrah. Ia merasa tugas itu agak berat. Padahal, di BFU ini ia niatnya ingin belajar lebih banyak soal cinematography atau edit dan photohraphy. Tapi, kalau waktunya habis untuk membantu tugas itu.. apakah ilmu yang ia dapatkan akan sama seperti yang ia bayangkan? Hm..
"Eh, Zi Wei itu, orangnya sangat cerdas ya?"
Feifei menarik wajahnya kembali setelah menoleh dari meja penjaga perpustakaan. "Zi Wei orang cerdas yang sombong. Hm, padahal, menurutku skor dia biasa saja. Waktu tugas pertama pembuatan Music Video saja, menurutku konsep yang ia ambil sangat pasaran. Dan tidak kreatif. Mungkin karena ayahnya adalah salah satu direktur di perusahaan entertaiment jadi dia agak sombong merasa dirinya pintar dan jago." Feifei kembali menoleh ke arah meja penjaga yang entah kenapa sepanjang duduk tadi, meja penjaga itu seakan-akan pusat perhatiannya. Lynn yang mengamati itu sedari tadi akhirnya melepas topik dan angkat bicara.
"Weh, sebetulnya, siapa yang kau perhatikan sedari tadi?" bisik Lynn agak menyimpan senyum kecilnya.
Fei beralih kikuk, menyembunyikan pipinya yang merona.
"Tidak ada siapa-siapa." Fei menunduk, kembali fokus pada buku seraya membenarkan tungkai kacamata.
Lynn menoleh ke arah meja penjaga, dan mendapati seorang pria jangkung berwajah eksotis berdiri di belakangnya. Mencatat sesuatu, dan sibuk melayani peminjaman buku para mahasiswa. Sudah tertebak, pasti pria itu yang membuat Feifei kasmaran.
"Maksudmu pria itu? Laoshi Li?" bisik Lynn lagi, yang entah bagaimana membuat Feifei agak mendesah malu.
"Aiyah. Jangan keras-keras!"
Lynn terkikik sejenak. "Lihat? Ternyata kriteriamu seperti itu ya. Padahal menurutku, kau dan Ban Xiao Song sangat cocok. Ban Xiao Song sangat imut. Dia cukup tinggi juga. Yah, walau agak sedikit..."
"Lynn, bisa tidak jangan bicarakan dia? Dia itu pemuda menjijikkan. Suka dengan kpop, dan hobinya berteriak-teriak dikelas. Kau gila aku suka pada pemuda seperti itu?" ungkap Fei.
"Kenapa tidak? Ban Xiao Song sangat baik. Dia lucu, walau terkadang menyebalkan, dan dia juga teman baik Brandon Jun. Cukup terkenal, menurutku."
Fei menatap risau ke arahnya. "Kau suka Ban Xiao Song, ya? Sedari tadi membicarakan dia terus. Sana-sana pergi! Dekati saja Ban Xiao Song!"
Lynn menyipitkan mata sambil menyelipkan tawa menggoda. "Lihat kan, ada yang cemburu." Setelah berkata demikian, Lynn buru-buru bangkit dan kabur secepat kilat, walau ia sempat mendengar teriakan Fei yang menggelegar memecah hening perpustakaan.
"Lynn! Awas kau ya!!"
Lynn hanya terkikik menembus koridor, sempat melihat Laoshi Li berseru ke arah Fei menyuruhnya tenang.
***
Ini adalah draft terakhir yang kupunya. Sembari menikmati liburan, kuharap aku bs segera mengisi draftku biar kalian ga penasaran. Hehe.
Terima kasih^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Peony
Fiction généraleCompleted. Sebuah bunga pagi dari belahan Istana Musim Panas dari Dinasti Jin bermekaran. Musim Semi pada pertengahan Semester di Beijing Film University, ada rahasia dari keindahan yang besar itu. Di dalam loker 101, Lynn menemukan sekuncup Peony t...