Kuntum 56 - 第五十六章

92 11 0
                                    


"Jangan memberi penjelasan lagi, Zi Wei. Berhenti."

"Kau terlalu naif, Lei Han! Kau terlalu tenggelam dalam imajinasimu! Lihat ke depan dan hadapi apa yang kau akan lakukan sekarang! Cinta itu bukan urusanmu! Kau lahir untuk mengejar mimpimu, Lei Han. Kau sendiri yang mengatakan itu di depan semua orang!"

Dalam sekali gerakan, Lei Han menurunkan tangannya, menutup ponsel lalu melemparkan benda itu ke atas kasur.

Pagi menjelang siang. Matahari menggantung rendah di langit cerah damai akhir musim semi. Menyambut musim panas, udara sudah berubah kian menghangat. Meski begitu, tak ada yang bisa Lei Han pikirkan selain perkataan Zi Wei beberapa menit lalu.

Ia dilahirkan untuk karir, bukan untuk cinta pertamanya. Demi langit dan bumi, apakah ada manusia yang memiliki cita-cita namun tidak memiliki sebuah cinta dalam hatinya? Jika orang itu ada, maka Zi Wei lah orangnya.

Sudah cukup bagi Lei Han, Zi Wei mengatur kehidupannya. Lei Han tahu sebagaimana masa lalunya di campur tangan oleh ayah gadis itu, menyelamatkan Lei Han dari perkara grup bandnya beberapa tahun lalu, maka dengan segenap keterpaksaan, Lei Han menerima posisi di mana Zi Wei saat itu adalah orang yang perlu ia banyak-banyak terima kasih. Tapi, setelah kebiasaan memperlakukannya demikian, nyatanya, Zi Wei menyimpan perasaan lain yang tidak pernah Lei Han harapkan. Zi Wei menyukainya. Ia tentu jelas tahu. Tapi caranya menunjukkan, bukan sesuatu yang nyaman bagi Lei Han. Zi Wei bukan ibunya, Zi Wei bukan juga Managernya. Tapi kenapa Zi Wei selalu merasa ia paling baik memberi saran? Padahal, yang ia butuhkan sekarang ini cuma satu.

Ia cuma ingin dengar suara Lynn.

Gadis yang kini berdiri jauh di kenyataan namun selalu terasa dekat di pikirannya. Hangat dalam hatinya tiap kali melihat wajahnya dekat di kepalanya.

Beberapa hari lagi, ia akan menghadiri rapat rahasia anggota boybandnya yang selama ini sudah hampir vakuum karena kesibukan masing-masing itu. Akan ada pembahasan jangka panjang mengenai project tahun ini dan tahun depan. Akan ada berbagai persiapan yang harus di persiapkan ditengah padatnya jadwal kuliah. Tapi Lei Han tidak pernah merasa semua kesibukan itu adalah bebannya. Justru, yang kali ini membuat hati dan pikirannya gelisah adalah rasa takut yang menjelma jadi sugesti akan kepergian Lynn.

Gadis itu akan pulang tanpa lambaian tangannya. Bertepatan dengan hari sampai jumpa, Brandon takut ia tidak ada di sana. Kacau memporak-porandakan dirinya. Rasa ingin bertemu membadai dalam hatinya. Tapi kakinya terkunci rapat di ruang waktu yang sebenarnya. Ia hanya bisa memiliki Lynn di dalam hatinya.

Jika diingat lagi, jauh di masa Lynn masih belum menyentuh kesibukannya ini, Lei Han masih sangat ingat waktu menelanjangi Luo Yi dengan segala kebenaran yang ia lihat lewat mata kepalanya sendiri.

Soal Peony itu, dan percakapannya di koridor sepi setelah pulang kuliah.

"Kenapa kau meletakkan bunga di loker Lynn? Dapat darimana kunci itu?" Lei Han berdiri tegak, seolah-olah mengintrogasi Luo Yi tanpa cela.

Pemuda berambut cokelat itu nampak enggan menjawab, ekspresinya sungkan sekali. "Apa kau perlu mengetahui itu semua? Lei Han, ini urusan pribadiku. Dan kau cukup diam saja."

"Kau memerintahkan aku untuk diam sementara kau dalam posisi dicurigai?"

"Memangnya kenapa? Apa kau juga menyukai Lynn sama sepertiku?"

"Kalau kau menyukainya, katakan saja langsung Luo Yi. Tidak perlu membuat orang jadi menyangka yang aneh-aneh. Apa kau tahu, bunga yang kau letakkan di dalam loker Lynn, membuahkan kesalahpahaman Lynn sendiri?"

"Aku tahu."

"Kalau begitu berhenti melakukannya."

"Tidak akan."

"Kenapa?"

"Karena aku bukan kau."

Detik itu Lei Han bungkam.

"Aku bukan kau, Lei Han. Aku bukan Brandon Jun yang dieluk-elukan semua wanita. Aku tidak bisa menerima kenyataan kalau sebenarnya hati Lynn bukan untukku."

Saat itu, Lei Han sadar. Ada cerita tentang cinta di dunia ini yang kebenarannya tidak pernah terungkap. Soal Luo Yi yang sangat rela Lynn menyangka bunga itu darinya, dan soal Luo Yi yang begitu pengecut menghadapi perasaannya sendiri. Lei Han tahu persoalan perasaan, laki-laki sangat tunduk kepadanya. Tapi ia sendiri tidak bisa menahan rasa takut yang hebat untuk membayangkan Lynn tidak ada lagi dalam hidupnya. Musim semi yang selama ini mewarnai jiwanya, mewarna masa-masa perkuliahannya, secara tidak sadar menimbulkan satu gejolak untuk mengikat memori itu kuat-kuat sebagai pegangan hidupnya. Bersama Lynn, ia tidak pernah sadar kalau rasa mencintai akan sebebas itu. Dan ia rindu untuk terus berada di perasaan seperti itu.

Lei Han ingat ketika Leixin laoshi mengatakan kalau mahasisiwi pertukaran dari Indonesia itu akan menetap di kelasnya. Betapa tak sabarnya ia hingga secara refleks mendatangi Leixin laoshi dan menanyakan namanya sebelum pulang kuliah. Mendengar nama sesusah itu, Lei Han yang sebetulnya jago pelafalan Inggria, entah kenapa begitu menempelkan nama Frederica Lynn kuat-kuat dalam benaknya, hingga tanpa sadar membuat dirinya yang paling lancar memanggil nama gadis itu.

Bahkan, tanpa sadar, Lynn sudah merasuki hatinya lebih dulu sebelum ia tahu.

Bayangan akan pesona orang Indonesia yang begitu tropis seketika merebak dan membuatnya jatuh cinta hanya mendengar nama itu. Rasa tak sabar dan menanti hari dimana seorang Federica Lynn datang menjadi penantian Lei Han selama itu.

Namun, ketika mengetahui kalau bukan Lei Han satu-satunya orang yang menyukai musim semi dan tropis itu, ia terpuruk, karena ada orang yang lebih dulu menyatakan perasaannya lewat sekuntum bunga kecil pembawa pertanyaan.

Lei Han merasa kalah oleh Luo Yi. Tapi kesalahan pemuda itu membuat perasaan Lei Han sedikit membaik. Karena di sela-sela waktu yang menghimpit pertanyaan rahasia itu, justru membungkam Luo Yi dan memutar balikkan kenyataan kalau Lynn menyangka benda itu dari dirinya sendiri.

Tidak pernah ada keinginan dari Lei Han membuat Lynn menyangka kalau bunga itu bukan darinya. Luo Yi sudah mengancamnya, kalau saja berani mengatakan bunga itu dari Luo Yi, maka Luo Yi tidak segan-segan mengatakannya lebih dulu kepada Lynn supaya Lynn kecewa kalau harapannya selama ini bukan seperti apa yang ia bayangkan. Maka dengan tak punya pilihan lain, Lei Han memilih bungkam. Di antara pahitnya kebohongan, Lei Han bertahan untuk terus menyukai Lynn tanpa suara.

Tanpa kebenaran, kalau dirinya, bukanlah yang membuat Lynn selalu penasaran.

Tanpa tahu, hal yang sesungguhnya justru kebalikan dari apa yang ia pikirkan.

***

Maaf guys, aku baru update setelah sekian lama. Writer's block lagi mengidap, jadi aku sdg berjuang ngembaliin semangat lagi. Tapi hari ini aku update dua. Sementara kisah mereka mau berakhir, jangan lupa tungguin terus ya. Terima kasih untuk dukungannya :)

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang