Kuntum 9 : 第九章

274 31 4
                                    


Pulang kampus, harusnya Brandon Jun buru-buru kembali ke apartemennya karena dari tadi, Managernya tak berhenti terus menerus meneleponnya. Akan ada jadwal photoshoot lagi untuk merk endorsement yang sudah dikontraknya. Katanya ada perubahan tema, jadi dia harus mengambil photo beberapa kali lagi. Waktunya mepet. Padahal Brandon ingin bertanya pada Lynn apakah ia butuh tumpangan pulang ke asramanya.

Kemarin, Brandon ingin sekali berhenti di pinggir jalan dan menawarkan tumpangan pada gadis itu. Tapi karena managernya mencegahnya, jadinya tidak jadi. Kebetulan juga, saat itu sedang banyaknya stalker, jadi tidak memungkinkan untuk membiarkan mereka kian gencar mengulik kehidupan pribadinya. Untung saja BFU sudah memperketat keamanannya, dan karena bukan hanya Brandon Jun artis yang sekolah di kampus ini, ada banyak artis lain, jadi pergaulan di sini sudah sangat terbiasa. Yah, walau Brandon harus beberapa kali menerima qing shu* dari beberapa adik tingkatnya, tapi ia masih bisa mengendalikan itu sendiri.

Brandon dan Xiao Song berjalan beriringan ke ruangan loker. Keduanya sama-sama akan pulang. Lynn dan Feifei sudah kabur duluan entah kemana, jadi Xiao Song juga tidak sempat mengejar mereka. Alhasil, ia cuma bisa pasrah dan pulang ke rumah tanpa berhasil membujuk Feifei makan siang di restauran terdekat.

"Ei, Lei Han. Kenapa sih, Zi Wei selalu saja memojokkan Lynn seperti tadi. Bisa tidak, kau beritahu dia untuk jadi binatang yang baik sekali-kali?"

Ketika melewati loker 101, sudut mata Brandon menangkap sesuatu yang ia ingat tadi pagi. Samar-samar, suara Xiao Song tenggelam pada kejadian pagi tadi.

Tanpa sadar, bahkan ia memandangi loker itu lamat-lamat, seakan ia bisa membayangkan hal apa yang terjadi itu berulang-ulang dalam kepalanya. Padahal, tak ada satupun kemungkinan yang bisa ia ambil sebagai dugaan. Malah, hanya rasa penat yang kian mengguyur perasaannya. Sebelah tangannya mengangkat kunci loker yang sedang ia pegang. Ditatapnya benda itu lamat-lamat seolah-olah ia ingin berbagi rasa penasaran itu dengan kunci tersebut.

Suara Xiao Song merebak cepat. "Lei Han!"

Brandon menoleh cepat ke arah Xiao Song yang menatapnya setengah berkerut.

"Apa yang sedang kau lihat?" Xiao Song berjalan mendekat ke arah pandangan Brandon. Brandon segera melepaskan perhatian, buru-buru berjalan ke lokernya sendiri yang ada beberapa pintu dari sisi loker Lynn. Karena ruang loker itu seperti model perpustakaan, yang seluruh isinya di penuhi jajaran lemari loker, hingga tak ada benda lain selain loker, Xiao Song pun dengan mudahnya menerka apa yang dipandangi Brandon tadi.

"Kau sedang memandangi loker Lynn?" tanya Xiao Song.

Brandon meletakkan buku dan jaket musim dinginnya ke dalam loker dengan asal. Ia berkata seakan tak tertarik pada pertanyaan sahabatnya itu. "Dari mana kau tahu itu loker Lynn?"

"Tadi waktu istirahat mereka membicarakan sesuatu tentang loker Lynn. Katanya ada yang meletakkan sesuatu di dalam lokernya." Xiao Song bercerita sambil menatap langit-langit ruangan, memandang menerawang.

Gerakan Brandon yang sedang memakai topi baseballnya itu terhenti beberapa detik. Kepalanya terhuyung lagi pada kejadian pagi tadi. Tapi, sekali lagi, ia tak menemukan apapun kecuali perasaan ingin tahu dan resah itu. Sekilas, ia menatap Xiao Song.

"Sesuatu apa yang mereka maksud?"

Xiao Song mengerutkan alis sambil mengelus dagunya. "Apa ya? Oh, Mudan**!" seru Xiao Song menjetikkan jarinya.

Seketika, mulut Brandon terasa pahit. Dengan gerak samar, ia pun segera menutup pintu loker, menarik resleting jaketnya dan memakai makser dengan cepat dan cekatan.

"Paling orang iseng," gumamnya sambil berlalu.

"Tapi mana bisa orang iseng membuka loker Lynn?"

Pernyataan Xiao Song menghentikkan langkah kaki Brandon ketika sudah di ambang pintu.

Pada satu titik yang buram, Brandon berkelit dengan logikanya beberapa detik, lalu ia menoleh sambil melepaskan maskernya.

"Mungkin, dia bisa membukanya seperti yang difilm-film? Pakai peniti?" Brandon mengendikkan bahunya acuh tak acuh. Lalu melambai sekilas ke arah Xiao Song, yang sepintas ia seperti mendengar teriakan Xiao Song yang menyuruhnya menunggunya.

Brandon tidak bisa diam lama-lama dengan perasaan ingin tahu sebesar itu. Ia harus bersembunyi, setidaknya dari orang-orang yang mulai mencurigainya seperti Xiao Song.

***

*Qing Shu : Surat Cinta
**Mudan : Peony (sebutan pinyin)

Makasih udah nungguin Peony ya^^ vote dan dukungan kalian sangat berarti untukku :')

PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang