Luo Yi masih ingat pertama kali ia mengenal musim semi di Beijing. Waktu itu, ketika seluruh bunga berubah warna menjadi sangat cerah, di depan halaman rumahnya yang tersebar beragam pepohonan bunga melebatkan warna itu hingha hampir membuat halaman rumah Luo Yi jadi sangat berwarna. Jika setelah pulang sekolah dari Chu Zong*, dia akan berlarian di antara semak berbunga depan halaman rumahnya, bahkan bermain dengan kumbang-kumbang yang hinggap di kelopak daun bunga-bunga itu. Bagi Luo Yi kecil, entah kenapa pemandangan itu seperti sebuah imajinasi dari mimpi-mimpi malamnya.Berkat keindahan musim semi, pelan-pelan, Luo Yi jadi sangat menantikan tahun ke tahun pertumbuhan bunga-bunga itu. Ingin sekali rasanya ia memiliki satu di antara ribuan bunga itu untuk di simpan selamanya, tidak perlu ia menunggu setiap tahunnya untuk menyambut musim semi. Tidak perlu lagi menempuh musim panas dan dingin yang terlalu menyiksa dirinya karena hanya di musim semilah ia merasa dirinya hidup. Ia merasa, sebagian dari jiwanya bermerkaran bersama waktu. Ia merasa musim semi adalah teman bagi kesepiannya selama ini.
Dan karena musim semi, ia jadi mengetahui perasaan. Sejatinya sebuah kebahagiaan, ia akan sampai ketika kau berani menempuh luka dan menerjang duka. Banyak perasaan dari setiap musim yang singgah dalam tahun ke tahun. Tapi Luo Yi tidak pernah segan untuk terus menunggu hari itu tiba.
Tapi, ketika tahun silih berganti, dan ada perubahan dalam keluarga Luo Yi, ia jadi merasa musim semi hanya melintas begitu saja dalam hidupnya.
Ayahnya di pecat, ibunya tidak memiliki budget yang cukup untuk menyekolahkan kedua anaknya. Pertengkaran dalam rumah itu melebar, dan banyak duka yang terselip walau akhirnya ia menemukan jalan sendiri untuk bertahan dalam kejamnya hidup.
Tapi, setelah itu, musim semi bukan lagi keindahan yang selalu ia nanti. Bahkan, beranjaknya dewasa, musim semi hanya sebatas keindahan yang lewat begitu saja. Ia terlalu terluka begitu lama hingga rasanya tidak sanggup lagi merasa utuh untuk merasa bahagia.
Dari yang waktu perlihatkan, Luo Yi hanya sebatas mengingat, kalau di antara liku hidupnya, masih ada musim yang terus berganti. Masih ada banyak kesempatan yang bisa dia ambil.
Namun, semua pemikiran itu punah ketika seorang gadis berwajah tropis muncul dalam hidupnya. Tidak tahu kenapa, setelah mendapatkan tatapan pertama darinya, Luo Yi seperti kembali di sadarkan oleh masa lalunya. Oleh asa-asa kecil yang berhamburan dan sudah diacuhkan olehnya. Mata cokelat dan senyum cerah itu seolah-olah bisa menghipnotisnya dalam rangkap waktu yang memenjarakannya untuk berhenti merasa tertekan oleh kehidupan. Di dalam mata Lynn, Luo Yi seperti bisa melihat, kalau di sana, masih ada musim semi yang senantiasa menampakkan kebahagiaannya kepada semua orang. Di dalam musim semi, masih ada waktu untuk sejenak rehat dalam pincangnya dunia yang menyuruh Luo Yi untuk mengejar mimpi. Untuk sejenak berisitirahat, bersama dengan perasaan yang lama-lama membuncah kian menghangatkan seluruh jiwanya.
Di taman Yihe Quan yang luas, Luo Yi menyebarkan pandangannya, menembus langit lewat rindang pohon di atasnya. Ia menatap sinar matahari sore yang menyelip malu di antara daun, seakan membisikkan sesuatu lewat angin yang melesat pelan di telinganya.
Lynn bukan sembarangan memilihnya sebagai pemeran utama dalam tokoh cerita yang menurutnya nampak sangat dikagumi oleh Dewi Bunga itu. Tapi seharusnya ada alasan kenapa Lynn memilihnya begitu saja. Karena hatinya terus menerus berdegup kala membayangkan Lynn yang menatap dirinya seperti dalam cerita.
Walau kenyataan yang sebenarnya, ia sangat pahit.
Di sebrang taman, terbentang sungai yang memisahkan dirinya di pendopo salah satu kuil kecil, di sebrang sana Lei Han, Lynn dan Feifei hanya sebatas figura bergerak.
Lynn selalu nampak bahagia jika bersama pemuda itu. Apa sekarang ia rela merusak seluruh kebahagiaanya kala posisinya sudah jelas sangat berbeda?
Dia Brandon Jun. Tidak ada wanita yang tidak menyukai pemuda cerdas, ramah dan manis sepertinya. Bukan hanya wanita, dalam diri Luo Yi, ia sangat ingin memiliki seluruh pesona itu ada dalam dirinya, ingin juga membuat Lynn tertawa sedimikian lebarnya supaya bisa ia ingat-ingat, hari ini ia membuat musim seminya nyaman bersamanya. Tapi, Luo Yi tidak bisa.
Ia terlalu hening seperti Danau Kunming. Yang selalu bergeming kecuali oleh cuaca. Ia terlalu naif untuk bersuara dan ia terlalu merasa kalau musim semi lebih bahagia ditemani matahari ketimbang kumbang kecil. Karena baginya, kumbang kecil yang tak terlihat lebih mengerti arti memberikan perlindungan diam-diam.
Dan seekor kumbang, tidak pernah diketahui keberadaannya karena ia terlalu kecil bagi musim semi. Seperti seharusnyalah demikian.
***
*Chu Zong = Sekolah Dasar (SD)
KAMU SEDANG MEMBACA
Peony
General FictionCompleted. Sebuah bunga pagi dari belahan Istana Musim Panas dari Dinasti Jin bermekaran. Musim Semi pada pertengahan Semester di Beijing Film University, ada rahasia dari keindahan yang besar itu. Di dalam loker 101, Lynn menemukan sekuncup Peony t...