Biksu Kong sudah pergi beberapa saat yang lalu. Kondisi Rania sudah lebih baik dan tidak menangis lagi. Hanya saja saat ini ia lebih banyak diam. Kepalanya sedikit pusing karena memikirkan banyak hal.
"Sekarang kita akan kembali ke istana. Identitas dirimu telah berubah. Mulai saat ini namamu adalah Mayleen. Kau adalah keponakanku. Aku akan mengatakan pada Raja bahwa orang tuamu telah tiada sehingga kau menjadi tanggung jawabku saat ini." Perdana Menteri menjelaskan identitas Rania dengan jelas.
"Mulai saat ini belajarlah berbicara seperti kami. Aku mohon ikuti semua perkataanku nanti jika kau memang ingin hidup aman di sini. Kau akan naik kereta kuda bersama Liu. Dia akan mengajarkanmu beberapa hal," ucap Perdana Menteri Qiang dengan serius.
"Iya paman." Rania naik ke dalam kereta kuda bersama Liu, sedangkan Perdana Menteri menunggangi kuda bersama beberapa ajudannya.
"Mulai saat ini belajarlah berbicara dengan benar Rania." Rania menatap Liu dengan sinis.
"Gue kalau ngomong selalu benar," tukas Rania dengan kesal.
"Maksudku kau harus membiasakan diri berbicara seperti kami. Gunakanlah bahasa yang kami mengerti," jelas Liu dengan lembut.
"Bahasa gue udah benar Liu. Gak mungkin gue ubah tatanan bahasa gue. Itu susahnya minta ampun. Apa kata teman gue kalau mereka dengar bahasa gue yang kaku? Bisa-bisa turun pamor dong. Gue gak mau terbiasa pakai bahasa yang baku. Nanti kalau gua balik, pasti jadi kebiasaan." Emosinya sangat tidak stabil. Ia masih pusing memikirkan nasib malangnya yang terlempar ke zaman kuno, kini harus ditambah dengan masalah bahasa. Lagi pula Rania tidak mau mengubah gaya bicaranya yang kekinian menjadi kaku. Ia tidak mau menjadi seperti anak nerd di sekolahnya yang selalu kaku bahkan gagap saat berbicara.
"Aku paham dengan kesulitanmu saat ini. Tapi tempat ini bukanlah duniamu, Rania. Jika kau ingin hidup aman dan tidak dalam masalah, maka berubahlah. Kau tidak tau bagaimana orang-orang di sekitarmu saat ini. Jika mereka merasa ada yang tidak beres denganmu, mereka akan mencari tau. Dan jika mereka tau siapa dirimu, maka nyawamu terancam." Rania bergidik ngeri mendengar penjelasan Liu. Saat ini ia tidak memiliki siapapun. Dia tidak mau mati sia-sia di tempat ini. Ia bahkan belum menonton konser Blackpink di Indonesia. Ia tidak mau mati sebelum meresmikan hubungan gelapnya dengan Chanyeol. Bahkan kekasihnya Sehun, belum sempat ia berikan pelukan hangat.
"Rania, cobalah untuk tidak mengeluarkan kata-kata ue dan loh mu itu," perkataan Liu sukses membuat Rania tertawa.
"Hahah aduh Liu sayang. Bukan ue tapi gue. Terus juga bukan loh tapi yang benar itu lo." Rania masih tertawa dengan ucapan Liu yang salah.
"Ekhm ... terserah katamu saja. Tapi cobalah diubah." Liu mengusap tengkuknya yang tidak gatal. Bagaimana bisa orang cerdas seperti dirinya salah berbicara?
"Ok, kalau itu mau lo. Tapi serius deh Liu, kalau ngomong sama lo gue gak mau berubah. Maybe kalau di depan ayah lo sama orang lain baru gue ubah cara ngomong gue."
"Itu lebih baik. Dengarkan ucapanku dengan baik-baik." Wajah Liu berubah menjadi serius.
"Siap." Rania mengubah mimik wajahnya menjadi serius juga.
"Setibanya kita di istana jagalah sikapmu sebaik mungkin. Kita akan langsung menemui Kaisar Xia Jie. Kaisar sangat menjunjung tinggi tata krama. Jadi cobalah untuk bersikap baik dengan menjaga ucapanmu." Rania menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Saat kau bertemu dengannya maka bungkukkan badanmu sebagai tanda hormat dan jangan menatap wajahnya karena itu tidak sopan. Kau adalah seorang gadis, sudah seharusnya tidak sembarang menatap lawan jenis." Rania menaikkan sebelah alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until A Thousand More Years
Historical FictionRania Pandita Clark. Ia adalah gadis yang duduk di bangku kelas 12 SMA elite ternama di Jakarta. Ia memiliki banyak hal menarik dihidupnya. Hidup bebas, sering keluar malam, ke pub, uang melimpah, rumah mewah, mobil mewah, semuanya serba mewah. Hany...