Mayleen sudah siap dengan hanfu biru mudanya. Rambutnya hanya diberi sedikit aksesoris jepitan bunga pada bagian kanan sebagai pemanis. Wajahnya hanya dipoles sedikit taburan bedak dan pemerah bibir dengan warna yang manis.
Ia tersenyum puas melihat penampilannya yang terlihat manis. Pagi ini ia akan sarapan bersama Ibu Suri dan yang lainnya. Sarapan bersama merupakan rutinitas yang biasa dilakukan oleh anggota kerajaan. Namun semenjak Ibu Suri memutuskan tinggal di istana Selir, rutinitas ini terhenti. Hanya ketika Ibu Suri berkunjunglah rutinitas ini akan diadakan kembali.
"Nona, Panglima Liu sudah menunggumu di luar." Mayleen menganggukan kepalanya.
Mayleen bergegas keluar. Ia melihat Liu berdiri membelakangi pintu kamarnya.
'Ah pria ini manis banget.' batin Mayleen.
Liu yang mendengar pintu terbuka, membalikkan badannya. Pria itu tersenyum manis melihat penampilan Mayleen yang selalu mampu membuatnya terkesima.
"Ayo, yang lain sudah menunggu." Liu mengulurkan tangan kanannya. Dengan senang hati gadis di hadapannya menyambut uluran itu dengan senyum yang begitu manis.
***
Saat tiba di aula, semua orang sudah berkumpul dan duduk di tempatnya masing-masing. Yang Mulia duduk di undakan Aula khusus Kaisar untuk duduk. Di samping kanannya terdapat Ibu Suri yang tersenyum lembut ke arah Mayleen. Lalu, di samping kiri ada Permaisuri yang melihatnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Mayleen dan Liu memberikan hormatnya. Ia tersenyum lembut kepada Kaisar.
"Maafkan keterlambatan hamba Yang Mulia," ujar Mayleen dengan sopan.
"Tidak apa Leen'er. Kau tidak terlambat sama sekali," ucap Ibu Suri dengan lembut. Sontak hal tersebut membuat banyak orang kaget. Bukan hanya intonasi yang lembut, namun panggilan Ibu Suri kepada Mayleen semakin membuat shock orang yang mendengarnya.
"Kalian duduklah," Pinta Xia Jie.
Mayleen duduk di hadapan Liu. Di sebelah kanannya sudah duduk Selir Tzu dengan gaya angkuhnya. Di hadapan Selir Tzu ada Perdana Menteri yang duduk tepat di samping Liu.
"Baiklah karena semua sudah hadir, mari kita mulai sarapan," ucap Xia Jie.
Semua orang mulai makan dengan khidmat. Tidak ada yang mengeluarkan suara, karena memang begitulah aturannya. Berbicara pada saat makan dianggap tidak sopan dan itu sudah ditetapkan dalam tata krama kerajaan.
Setelah sarapan usai. Semua piring kotor telah dibereskan. Kini mereka sedang menikmati teh.
"Leen'er apakah kau memiliki kekasih?" tanya Ibu Suri.
"Tidak ibunda," jawaban Mayleen membuat semua orang terbelalak.
"Lancang! Bagaimana bisa kau memanggil Yang Mulia Ibu Suri seperti itu?!" sentak Selir Tzu dengan intonasi tinggi.
"Maaf." Mayleen menundukkan kepalanya.
"Selir Tzu benar. Tidak sepantasnya kau berkata seperti itu Mayleen. Jaga batasanmu." Selir Tzu tersenyum sinis karena dirasa mendapat dukungan dari Permaisuri.
"Maafkan hamba Permaisuri, tapi hamba tetap berada pada batasan yang sudah ditetapkan." Mayleen mengangkat kepalanya. Ia tersenyum tenang melihat Permaisuri yang menatapnya tak suka.
"Tidakkah kau tahu tata krama kerajaan? Hanya keluarga kerajaan sajalah yang pantas memanggil ibunda kepada Yang Mulia Ibu Suri," tutur Permaisuri.
"Aku sangat paham." Ibu Suri menyesap teh dengan anggun. Ia sangat menikmati perdebatan di hadapannya. Ia terkesan dengan Mayleen yang berani menjawab setiap perkataan Permaisuri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until A Thousand More Years
Historical FictionRania Pandita Clark. Ia adalah gadis yang duduk di bangku kelas 12 SMA elite ternama di Jakarta. Ia memiliki banyak hal menarik dihidupnya. Hidup bebas, sering keluar malam, ke pub, uang melimpah, rumah mewah, mobil mewah, semuanya serba mewah. Hany...