Usia kandungan Mayleen sudah memasuki usia 3 bulan. Dan selama sebulan lebih ini, Xia Jie berubah menjadi sosok suami yang penurut dan lembut.
Selain morning sickness, wanita itu juga mengalami yang namanya ngidam. Dan sasaran empuk wanita itu tak lain dan tak bukan adalah suaminya sendiri.
Seperti saat ini. Mayleen sedang berjalan bolak-balik di kamarnya. Antara merealisasikan ngidamnya atau tidak. Ia sangat menginginkan buah persik yang tumbuh persis di samping danau teratai. Bisa saja ia menyuruh pelayan memetikkan buah itu untuknya. Hanya saja, di sini wanita itu ingin sedikit membumbui rasa ngidamnya dengan pemanis.
Ia ingin Jie yang memetikkan buah itu untuknya. Kali ini, calon anaknya sangat mendukung. Saat ide itu tercetus, entah mengapa janin di dalam perutnya seakan menyetujui. Perasaan menggebu lantas datang menyerbu.
"Aiih baiklah. Aku akan mendatanginya." Mayleen berjalan tergesa keluar dari kamar menuju ruang kerja pria itu.
"Apa Yang Mulia Kaisar ada?" tanya Mayleen pada kasim penjaga.
"Ada, Permaisuri."
"Apakah Kaisar sendirian?"
"Yang Mulia Kaisar berada di ruangannya sendirian, Permaisuri," jawab kasim itu dengan sopan.
"Kalau begitu aku akan menemuinya." Kasim itu pun menunduk hormat seraya membuka pintu. Ya semudah itulah Mayleen dapat masuk tanpa harus meminta izin. Kaisar sendiri yang menitahkan kepada kasim penjaganya untuk membiarkan Mayleen masuk tanpa perlu izin terlebih dahulu.
Setelah Mayleen masuk dan pintu kembali tertutup, wanita itu menghela napasnya dengan pelan. Pria itu begitu larut dalam pekerjaannya hingga tidak menyadari kehadirannya.
Xia Jie tersentak saat seseorang menyentuh kedua bahunya dan memberikan pijatan lembut. Harum mawar memasuki indra penciumannya. Seketika tubuhnya kembali rileks dan menikmati pijatan yang diberikan wanitanya
"Apa kau sangat sibuk?" Pertanyaan lembut itu membuat senyum Xia Jie terbit.
"Sedikit." Mayleen menghentikan pijatannya, lalu duduk di pangkuan Xia Jie. Ia membelai lembut dada bidang pria itu.
"Kau mengabaikanku Jie." Wanita itu mengerucutkan bibirnya.
"Aku tidak pernah mengabaikanmu sayang. Maafkan aku yang harus pergi ke sini pagi-pagi sekali setelah percintaan panas kita." Kedua pipi Mayleen merah seketika.
"Setidaknya katakanlah sesuatu sebelum pergi." Beberapa kecupan pria itu berikan di bibir manis istrinya yang sedang merajuk.
"Kau terlihat sangat lelah. Tidurmu sangat pulas sekali. Aku tidak tega membangunkanmu." Diusapnya dengan lembut surai hitam yang digerai tanpa hiasan apa pun.
"Tetap saja." Wanita itu memukul pelan dada pria itu.
"Baiklah aku yang salah. Kali ini apa yang kau inginkan?" Xia Jie mendekap lembut tubuh Mayleen. Kepala wanita itu bersandar pada dada bidang suaminya.
"Aku sangat menginginkan sesuatu, tapi ..." Mayleen sedikit ragu, mengingat gelar yang disandang suaminya di negeri ini.
"Katakan saja. Apa pun akan aku lakukan untuk kebahagiaanmu. Terlebih sekarang ada anak kita yang sedang tumbuh di sini." Xia Jie mengusap lembut perut Mayleen. Menghantarkan rasa bahagia yang membuncah dalam diri Mayleen. Perasaan hangat menjalar di hatinya.
"Benarkah kau akan menuruti semua keinginanku?" Mayleen mendongak melihat wajah Xia Jie. Pria itu mengurai pelukannya dan tersenyum lebar menatap balik Mayleen.
"Apa pun." Senyum sumringah wanita itu terbit seketika.
"Aku ingin memakan buah persik."
"Hanya itu?" Mayleen mengangguk mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until A Thousand More Years
Historical FictionRania Pandita Clark. Ia adalah gadis yang duduk di bangku kelas 12 SMA elite ternama di Jakarta. Ia memiliki banyak hal menarik dihidupnya. Hidup bebas, sering keluar malam, ke pub, uang melimpah, rumah mewah, mobil mewah, semuanya serba mewah. Hany...