Ibu Suri

9.8K 925 32
                                    

Seisi istana sibuk menyiapkan kedatangan ibu suri. Mulai dari merapikan kediaman hingga menyiapkan hidangan, semua itu tampak begitu membuat suasana istana terlihat sibuk.

"Kaisar, kapan Ibu Suri akan tiba?" tanya Permaisuri Xi.

"Ibunda akan tiba nanti siang." Permaisuri menghela napasnya.

"Ada apa? Kau baik-baik saja?" Xia Jie mengusap lembut kepala Permasuri.

"Aku baik. Hanya sedikit lelah." Permaisuri memaksakan senyumnya.

"Aku sudah mengatakan padamu untuk diam saja. Biar para pelayan yang menyiapkan semua. Tapi lihat, istriku ini keras kepala sekali." Xia Jie terkekeh.

"Yang Mulia, semua ini aku lakukan untuk Ibu Suri. Aku ingin yang terbaik untuknya." Permaisuri Xi menyandarkan tubuhnya pada dada Xia Jie.

"Kau memang yang tebaik." Permaisuri memejamkan matanya menikmati usapan lembut Xia Jie.

Napas Permaisuri terdengar teratur. Xia Jie tersenyum melihat istrinya tertidur dalam pelukannya. Kaisar mencium puncak kepala Permaisuri dengan lembut. Sebenarnya ia ingin memindahkannya ke kamar, tapi melihat istrinya begitu nyenyak, ia jadi tak tega mengganggunya.

Tok, Tok, Tok.

Suara ketukan menarik perhatian Xia Jie.

"Masuk."

Gadis dengan hanfu berwarna kuning cerah masuk ke dalam ruang kerjanya. Seketika Kaisar terpaku melihatnya. Hanfu dengan potongan yang menonjolkan lekuk tubuhnya, Mayleen. Gadis itu berdiri dihadapannya dengan tertunduk.

"Ada apa?" tanya Xia Jie dengan pelan.

"Maaf mengganggu waktumu. Aku cuma mau mengingatkan kamu kalau sekarang Perdana Menteri sudah menunggu kamu di aula," jawab Mayleen tanpa menaikkan pandangannya sedikit pun.

Xia Jie menganggukan kepalanya. Ia kembali menatap Permaisuri yang tertidur di pangkuannya.

"Sebentar lagi aku akan ke sana." Mayleen lalu pamit undur diri. Sedangkan Xia Jie membopong tubuh Permaisuri ke kamarnya.

Di lain sisi, Mayleen pergi ke aula dengan wajah kesal. Kesal karena melihat Xia Jie bersama Permaisuri. Bahkan wanita itu tidur di pelukan sang pria. Salahkah ia tak menyukai itu?

'Nikmatilah kebahagiaanmu sekarang wanita ular. Lihat aja sebentar lagi kedokmu terbongkar,' batin Mayleen.

***

"Paman, ada apa? Kenapa mukanya kaya banyak beban gitu? Cerita sini sama aku. Jangan dipendam sendiri nanti keriputnya makin banyak." Mayleen terkekeh pelan melihat wajah masam Perdana Menteri.

"Dasar anak ini. Sekarang senang sekali menggodaku. Bukan dirimu saja, Liu bahkan sekarang tertular sifatmu itu." Perdana Menteri menyentil dahi Mayleen.

"Awww ... pedas banget itu tangan." Mayleen mengusap dahinya yang terasa panas

"Ayah jangan menyakitinya," tegas Liu. Ia mengusap pelan dahi Mayleen.

"Apa kau terluka Leen'er?" tanya Liu. Mayleen menggelengkan kepalanya.

"Oh Dewi, aku hanya menyentilnya pelan tapi kau sudah berlebihan seperti ini." Perdana Menteri menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Salah paman sendiri main sentil gadis imut kaya aku." Mayleen memeletkan lidahnya ke Perdana Menteri.

"Aissh ... anak ini." Perdana Menteri sudah akan menjewer telinga Mayleen namun segera ditahan oleh Liu.

Liu memeluk tubuh Mayleen agar terhindar dari amukan ayahnya. Mayleen kembali memeletkan lidahnya lalu tertawa membuat Perdana Menteri hanya mendengus kasar.

Until A Thousand More YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang