Mine

10.8K 717 21
                                    

Keesokannya, seisi istana dibuat sibuk untuk upacara pengangkatan Permaisuri baru yang akan dilaksanakan pagi hari.

Semua orang membicarakannya. Tidak ada yang tahu secara detail bagaimana pengadilan itu terjadi semalam. Yang mereka tahu, Menteri Tian telah dihukum pancung karena kebusukannya dalam berpolitik telah terbongkar. Dan yang membuat banyak orang tercengang, kasus pembunuhan Selir Agung didalangi oleh Permaisuri Xi.

Semua orang hanya membicarakannya dengan diam-diam. Mereka tidak ingin mendapat hukuman bila ketahuan membicarakan apa yang terjadi.

"Kau ternyata bergerak lebih cepat," ujar Menteri Qiang.

"Bahkan kau bergerak tanpa sepengetahuanku." Mayleen tersenyum tipis mendengarnya.

"Paman, aku hanya ingin meringankan bebanmu saja."

"Sayangnya kau tidak memperhitungkan kejadian panah itu."

"Nyawamu hampir saja pergi ke surga," lanjut Menteri Qiang.

"Hal itu memang tidak dapat aku duga akan terjadi. Tapi setidaknya, dewa masih menginginkanku ada di sini."

"Kau benar. Aku sangat bahagia sekali. Akhirnya, kita dapat memenangkannya."

"Belum." Menteri Qiang mengangkat sebelah alisnya.

"Belum?"

"Aku masih harus menghapus bayang-bayang Permaisuri Xi dari hidup Kaisar."

"Kau menyukainya?" Mayleen menundukkan kepalanya.

"Kau mencintainya," tukas Menteri Qiang.

"Bukan begitu. Dia suamiku. Tidak ada seorang pun wanita di dunia ini yang mau berbagi, bukan? Aku tidak akan melibatkan hati terlalu jauh." Mayleen tersenyum miring.

"Teruslah berpikir seperti itu. Karena jika suatu hari nanti hal yang tidak terduga terjadi dalam hubungan kalian, kau akan siap melepaskan tanpa merasakan sakit sedikit pun."

"Maksudmu?" Mayleen mengernyit tak mengerti.

"Kau akan mengerti suatu hari nanti."

***

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Semua orang menyambutnya dengan suka cita. Sifat Mayleen yang selama ini terkenal baik di mata orang, menjadikan wanita itu banyak disayang dan dijadikan panutan.

"Bagaimana perasaanmu, Yang Mulia?"

"Entahlah." Mayleen tersenyum tipis.

"Kau begitu sangat cantik Yang Mulia. Aku yakin semua orang akan terpukau melihatmu," ujar gadis itu dengan senang.

"Kau terlalu berlebihan Lin."

"Tentu saja tidak Yang Mulia."

"Sebaiknya kau berhenti berbicara. Kau kurangi saja hiasan kepalaku ini."

"Tidak mungkin Yang Mulia. Sebentar lagi kau akan menjadi Permaisuri Negeri ini. Perhiasan seperti ini yang akan selalu kau kenakan," jelas Lin.

"Ini sangat berat. Aku tidak menyukainya. Kepalaku terasa sakit," keluh Mayleen.

"Bersabarlah. Kau hanya akan menggunakan hiasan rumit ini hanya saat acara tertentu saja. Di hari biasa kau akan menggunakan yang biasa dan sesuai yang kau inginkan. Hanya saja, tentu barang-barang yang kau kenakan nanti akan lebih mewah dan menawan." Mayleen menatap sebal pantulan Lin di cermin.

"Aku sungguh paham takaran kata biasa bagi dirimu itu." Lin langsung tersenyum lima jari.

"Terima saja Yang Mulia. Nasib baikmu sungguh membuat mataku silau." Mayleen terkekeh kecil mendengarnya.

Until A Thousand More YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang