Ibu Suri Bersamaku

9.6K 789 3
                                    

Seminggu setelah kejadian yang menyakitkan itu. Kini, semuanya berjalan kembali seperti biasanya. Kaisar tetap bersikap lembut kepada Mayleen. Hati wanita itu telah membaik. Sudah seminggu pula Kaisar sibuk dengan urusan kerajaan. Menurut informasi yang ia dapat, Kaisar sama sekali tak menghabiskan waktu bersama Permaisuri. Hal itu membuat hati Mayleen tenang.

"Seberapa banyak dukungan yang kita dapat?" tanya Mayleen.

"Ini sangat baik Selir Agung. Banyak yang berpihak kepada kita. Bahkan banyak pendukung Permaisuri yang beralih mendukung kita." Mayleen tersenyum miring.

"Apa kau sudah memberi tahu mereka cara bermainnya?" Wu menyeringai.

"Tentu Yang Mulia. Mereka akan tetap di tempatnya, seolah berpihak kepada Permaisuri. Bisa dipastikan mereka setia kepadamu."

"Bagus. Lalu, bagaimana hubungan Permaisuri dengan Menteri Tian?"

"Sesuai dugaan anda, mereka menjalin hubungan gelap." Mayleen tersenyum sinis.

"Sudah aku duga. Lalu apa yang kau dapat?" Wu menyerahkan beberapa gulungan kertas.

"Apa ini?" Mayleen menaikkan sebelah alisnya.

"Itu adalah bukti perselingkuhan mereka Yang Mulia." Mayleen membuka gulungan-gulungan tersebut.

"Luar biasa." Mayleen tersenyum miring setelah membaca isi dari gulungan tersebut.

Isi gulungan-gulungan tersebut yaitu surat cinta mereka, surat izin penyeludupan bubuk racun dan penaikan pajak dagang yang sangat tinggi. Hal ini bisa ia jadikan sebagai barang bukti untuk menjatuhkan Permaisuri. Di gulungan tersebut terdapat stempel Permaisuri. Bahkan diperkuat oleh surat cinta mereka berdua yang terkesan erotis.

"Wu, aku memiliki tugas yang sangat menarik untukmu." Mayleen menyeringai.

***

"Bagaimana menurutmu Leen'er?" tanya Ibu Suri.

"Menurutku itu bagus. Rakyat akan merasa senang dengan perayaan itu." Mayleen tersenyum lembut.

Saat ini, ia dan Ibu Suri sedang berada di jembatan. Menikmati pemandangan ikan koi yang berwarna-warni.

"Ibunda, bolehkah aku memberi saran?"

"Tentu saja. Katakan padaku saranmu itu."

"Bagaimana kalau siang harinya kita membagikan makanan dan selimut? Sebentar lagi musim dingin akan tiba, mereka pasti sangat membutuhkan selimut."

"Saran yang sangat bagus. Kau sangat bijak sekali sayang." Ibu Suri tersenyum lembut menatap menantu kesayangannya.

"Apa aku boleh membagikannya langsung?" tanya Mayleen.

"Sepertinya tidak bisa sayang. Kaisar tidak akan mengizinkan selirnya keluar dari istana." Raut wajah Mayleen menjadi muram seketika.

"Tapi ibunda, aku rasa tidak apa bila aku keluar-"

"Keluar apa maksudmu?" Sebuah suara menghentikan ucapan Mayleen.

"Yang Mulia." Mayleen membungkuk hormat kepada Kaisar dan Permaisuri.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Kaisar dengan penasaran.

"Kami sedang berdiskusi," jawab Ibu Suri.

"Tadi aku dengar kau ingin keluar. Kemana?"

"Leen'er hanya ingin keluar istana." Kaisar menaikkan sebelah alisnya.

"Tidak bisa. Kau tidak bisa keluar dari istana ini Mayleen. Kau pasti paham aturannya. Jaga batasanmu," sergah Permaisuri. Nada bicaranya yang terkesan lembut tidak dapat menipu Ibu Suri dan Mayleen yang paham betul sindiran itu.

Until A Thousand More YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang